Personal Finance Editor's Choice

Didit Hediprasetyo, Mengangkat Kain Songket ke Pentas Fashion Dunia

Didit Hediprasetyo, Mengangkat Kain Songket ke Pentas Fashion Dunia

Didit Hediprasetyo adalah desainer asal Indonesia yang sukses berkarier di dunia fashion internasional. Ia berkarier di pusat mode dunia, Paris, Perancis. Dalam kiprahnya di dunia mode, Didit mengedepankan rancangan dengan garis kesederhanaan dalam keanggunan. Ia juga memperkenalkan kain songket Sumatera Utara di pentas dunia. Bagaimana lika-liku Didit Hediprasetyo menapaki karier? Ia menuturkannya kepada Herning Banirestu:

Didit Prabowo (utama)

Apa background pendidikan dan karier? Bagaimana perjalanan dan perkembangan kiprah Anda di dunia fashion?

Saya menyelesaikan gelar Bachelor of Fine Arts di Parsons Paris pada 2007. Setahun sebelumnya saya memenangkan Silver Thimble Award of Parsons Paris, hal ini memantapkan saya untuk membangun karier sendiri di Paris. Setelah menyelesaikan pendidikan, saya berkeinginan untuk melamar pekerjaan di beberapa fashion house di Paris. Namun setelah teman, kolega dan professor saya di Jakarta maupun Perancis melihat portfolio saya dan prestasi yang pernah saya raih, mereka mendorong saya untuk menampilkannya dalam Couture Fashion Week.

Paris Couture Fashion Week Spring/ Summer 2010 merupakan pagelaran pertama saya dan menjadi awal dari karier saya di Paris. Dan saya tidak menyangka show koleksi saya yang pertama, Spring/Summer 2010 mendapatkan apresiasi dan sambutan positif dari kalangan fashion internasional.

Dengan kesuksesan besar Anggun di Paris, saya percaya bahwa ada kesempatan untuk meperkenalkan dan diterimanya karya anak Indonesia di pusat kota fashion tersebut. Untuk bisa tampil di Paris bersama desainer terkenal dari belahan dunia lainnya sungguh merupakan tantangan yang luar biasa bagi saya sebagai orang Indonesia.

Kenapa setelah lulus sekolah lebih memilih membangun bisnis sendiri dan menjadi desainer?

Saya selalu ingin belajar banyak hal saat masih kecil, sampai akhirnya saya cukup sulit memilih ingin jadi apa. Saya ingin menjadi seorang pelukis, fotografer, sejarawan, sutradara teater, dan seorang pengusaha. Banyak orang mengatakan saya tidak bisa fokus dengan apa yang saya inginkan.

Namun, apa yang saya kerjakan sekarang dengan fashion justru sempurna karena saya akhirnya bisa melakukan semua keinginan tersebut dalam satu jalan karier. Satu hal yang selalu saya yakini adalah saya ingin menciptakan sesuatu yang visual yang dapat menceritakan sebuah cerita atau merefleksikan sebuah emosi.

Didit Prabowo

Seperti apa gambaran karier Anda di kancah fashion saat ini? Siapa target pasarnya?

Saat ini saya terdaftar sebagai official off calendar Paris Fashion Week yang menggelar peragaan untuk perancang Internasional. Adapun saya harus merilis rancangan dua kali setahun yakni untuk pergelaran Spring/Summer dan Fall/Winter. Dalam setahun saya biasanya mengerjakan 2 koleksi, fall-winter dan spring-summer. Satu koleksi antara 20 sampai 40 pakaian.

Proses saya masih dalam tahap mematangkan garis dan konsep. Saya masih berfokus dalam eksplorasi teknik dan inspirasi dalam berkarya. Karena itulah saya memulainya dalam bentuk Couture bukan berupa mass produk ready to wear di awalnya.

Target pasar saya biasanya wanita 28 sampai 60 tahun, pencinta seni yang menghargai karya pembuatan tangan yang diaplikasijkan ke sebuah pakaian yang praktis.

Apa deferensiasinya dibanding desainer yang lain? Apakah bermitra?

Setiap desainer pasti memiliki ciri khas dengan garis rancangannya. Kesederhanaan dalam keanggunan. Saya mengedepankan estetika yang menggambarkan definisi dari indah dan murni dalam dunia modern saat ini. Drapery adalah salah satu aspek yang saya sangat cintai dalam proses pembuatan karya ini. Seperti seorang seniman yang sedang memahat patung, saya dapat mengungkapkan siluet dan karakter dari segi unsur sebuah perasaan dalam lipatan lipatan berbagai jenis kain.

Dalam presentasi koleksi saya di Paris, saya memadukan produk Indonesia dengan hasil karya tangan khas Perancis, seperti kolaborasi pembuatan pakaian dengan Rumah Lesage, bordir tradisional di Perancis. Saya mendapatkan kesempatan untuk kolaborasi dengan Christian Louboutin, Philip Treacy. Saya sendiri memiliki mitra binaan perajin songket di Sumatra Utara.

Apa saja terobosannya? Bagaimana kinerjanya saat ini? Bagaimana prospek ke depannya? Apa target dan rencana ke depannya?

Terobosan yang saya lakukan bagaimana memulai dengan memperkenalkan songket Indonesia dalam garis rancangan yang feminin, minimalis, regal dan understated.

Untuk karier di Indonesia, saat ini di Jakarta sudah ada beberapa pelanggan yang menyukai karya saya. Untuk selanjutnya, rencana saya adalah memulai bisnis ready to wear, second line yang dapat menjangkau pasar yang lebih luas.

Bagaimana dukungan orang tua pada karier yang sekarang dijalani? Apakah sudah ada butik di Indonesia atau negara lain?

Orang tua sangat mendukung dan memberikan kepercayaan penuh kepada saya untuk membangun karir yang saya geluti hingga sekarang. Pesan mereka adalah untuk terus berjuang sepenuh hati dalam mengharumkan nama bangsa. Mereka tahu bagaimana proses yang sangat panjang untuk saya lalui hingga dapat diterima oleh kalangan dunia fashion internasional. Setelah pagelaran pertama saya tahun 2010, tanpa disangka saya diminta oleh BMW Grup Indonesia menjadi desainer BMW Individual 7 Series yang diluncurkan pada tahun 2012. Merupakan suatu kehormatan tersendiri bagi saya menjadi desainer kedua setelah Karl Lagerfeld dan pertama di Asia yang diajak berkolaborasi dengan BMW Individual untuk merancang desain interior dan eksterior BMW Individual 7 Series yang hanya diproduksi terbatas di seluruh dunia.

Saat ini saya memiliki workshop di Jakarta dan team komunikasi dan pemasaran berada di Paris. Saya memiliki mitra atau binaan perajin songket di daerah Sumatera Utara karena Saya concern untuk memajukan citra kualitas produk tenun Indonesia yang ditujukan pada peningkatan perekonomian perajin Indonesia. (***)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved