Di tengah masih lesunya pertambangan, laba bersih PT ABM Investama Tbk. (BEI: ABMM), sub-holding energi di bawah PT Tiara Marga Trakindo, ikut tergoyang. Laba bersih ABMM jatuh di angka US$ 13,64 juta. Sementara itu, laba bruto menunjukkan nilai US$ 172,26 juta.

Perseroan ABM Investama

“Tekanan pada industri batubara, di sisi kontraktor, menyebabkan kenaikan biaya operasional dan peningkatan beban keuangan yang mendorong penurunan laba bersih ABM,” ungkap Andi Djajanegara, Direktur Utama ABM, melalui pernyataan tertulis (30/5).

Dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) tahun buku 2012 yang diadakan hari Kamis (30/5), ABMM mencatatkan pertumbuhan pendapatan konsolidasi sebesar 17,7% atau senilai US$ 886,97 juta. Pada tahun buku sebelumnya, yakni 2011, pendapatan konsolidasinya hanya US$ 753,83 juta.

Dalam RUPST tersebut, perseroan juga membagikan dividen sebesar 25% atau lebih dari US$ 3,4 juta. Kinerja 2012 ini ditopang oleh entitas anak-anak usaha ABMM. Namun, sisa 75%-nya ditetapkan menjadi laba ditahan. “Komposisi alokasi pengunaan laba bersih tersebut telah diperhitungkan untuk kebutuhan dana , baik untuk investasi, ekspansi, maupun kegiatan operasional tahun 2013,” jelas Andi.

Anak usaha di pertambangan batubara dan kontraktor tambang menyumbang paling banyak bagi kocek ABMM. Kedua unit bisnis mengkontribusikan US$ 536 juta atau 60,4% terhadap total pendapatan konsolidasi ABM pada tahun 2012. Angka ini menunjukkan pertumbuhan 21,6%. Sementara pada 2011, pendapatan unit-unit ini US$ 441 juta. Adapun anak usaha ABMM dalam pertambangan adalah PT Cipta Kridatama, PT Reswara Minergi Hartama, dan Tambang Aceh.

“Memasuki 2013, ABM telah menyiapkan belanja modal sebesar US$ 275 juta,” ungkap Andi optimis. Dana tersebut merupakan investasi dan modal operasional ABMM untuk meningkatkan kapasitas produksi dan meningkatkan margin usaha. (EVA)