Personal Finance

Inilah Cara Andien Berinvestasi

Inilah Cara Andien Berinvestasi

Pola investasi seseorang biasanya berubah-ubah seiring dengan bertambahnya usia, penghasilan, atau pengetahuannya mengenai suatu produk investasi, khususnya investasi di pasar keuangan. Biasanya, seorang investor pemula mencoba-coba instrumen investasi yang mudah dipahaminya. Misalnya, berbisnis fashion atau kuliner.

Andien selama ini dikenal sebagai musisi yang rajin berbisnis di sektor riil daripada investasi di pasar modal. “Saya memang punya bisnis fashion, restoran dan fitness,” ungkapnya. Penghasilannya sebagai penyanyi papan atas memungkinkannya memutar uangnya di bisnis tersebut. Sejak masa remaja ia sudah bisa mendapatkan penghasilan dari honor menyanyi dari panggung ke panggung.

Andini Aisyah Haryadi (Andien), foto: Ist

Andini Aisyah Haryadi (Andien), foto: Ist

Andien memulai kariernya pada tahun 2000. Selain rajin menyisihkan pendapatannya untuk berbisnis, ia juga gampang menghabiskan honornya. “Misalnya nih, saya bisa menghabiskan duit Rp 75 juta, padahal penghasilan dalam sebulan Rp 50 juta,” tutur Andien mengilustrasikan gaya hidup konsumtifnya. Kira-kira begitulah gaya hidup Andien saat masih lajang.

Ia pun menyesalinya karena telah menghambur-hamburkan hasil kerja kerasnya di dunia tarik suara. Apalagi, usianya kini sudah beranjak dewasa. Ia ingin merencanakan keuangannya lebih cermat dan bijak demi menjamin masa depannya. Ia mencari informasi mengenai dunia investasi di pasar keuangan. Gaya hidupnya pun mulai berubah perlahan-lahan begitu mengetahui keuntungan serta manfaat produk investasi berbasis saham.

Lantas, pemilik enam album ini memberanikan diri membeli dua produk reksa dana saham. “Tujuan investasi di reksa dana untuk merencanakan masa depan,” Andien menerangkan. Dananya dikelola oleh manajer investasi di salah satu perusahaan manajemen aset yang menerbitkan dua produk reksa dana sahamnya itu. “Saya sudah memiliki dua reksa dana saham sejak dua tahun lalu,” kata Andien.

Pelantun lagu Gemintang ini menginginkan modalnya terus meningkat dalam jangka panjang. Karena itu, ia tidak pernah mencairkan reksa dana sahamnya sampai jangka waktu yang ditentukannya. “Jangka waktunya 5-10 tahun,” tuturnya. Ia meminati reksa dana saham karena produk investasi ini menawarkan keuntungan yang lumayan tinggi. Tingkat risikonya pun lebih rendah daripada saham.

Aset dasar (underlying asset) reksa dana saham itu terdiri dari saham-saham yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI). Dengan demikian, Andien tidak berinvestasi langsung di pasar modal, sehingga tingkat risikonya bisa diminimalkan. Performa reksa dana saham pada 2013 dan 2014 naik-turun karena volatilitas pasar saham di BEI. Apabila merujuk data PT Infovesta Utama, imbal hasil reksa dana saham pada 2014 sebesar 27,86%, atau mengungguli kenaikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang mencapai 22,29%. Return setiap produk reksa dana saham di tahun itu membukukan imbal hasil yang positif.

Hal itu melampaui pencapaian return reksa dana saham pada 2013 yang rata-rata mengalami penurunan karena sepanjang tahun itu volatilitas di pasar saham cukup tinggi. Waktu itu, imbal hasil indeks reksa dana saham anjlok ke 3,66% dan IHSG minus 0,98% apabila dibandingkan dengan tahun 2012. Ujung-ujungnya, mayoritas return produk reksa dana saham tercatat negatif. Walau demikian, sejumlah reksa dana saham malah meroket imbal hasilnya. Sebagai contoh, Pratama Equity memberikan return 23,28%, Pratama Saham 16,41%, dan Schroder Indonesian Equity Fund 13,34%.

Kini, return reksa dana saham masih melorot per November 2015 (year to date). Tingkat IHSG juga masih menyusut menjelang akhir tahun ini. Andien awalnya khawatir, tetapi dirinya tak menghiraukan kabar yang kurang menggembirakan tersebut. “Awalnya saya mengkhawatirkan kondisi pasar saham, tetapi saya cukup tenang karena reksa dana saham dikelola oleh orang yang profesional,” ia menjelaskan.

Andini Aisyah Haryadi

(foto:andien-herryananta.wordpress.comandien.net )

Andien rutin menambah kepemilikannya di kedua reksa dana sahamnya. Nilai asetnya semakin gemuk dari modal awalnya. “Saya memikirkan investasi jangka panjang untuk reksa dana. Suprisingly, hasilnya menggembirakan,” ujarnya tanpa menyebutkan peningkatan aset dari modal awalnya itu. Penyayang kucing ini tidak menampik dikatakan asetnya sudah berlipat ganda. Namun, ia enggan menyebutkan persentasenya. Ia meyakini manajer investasi yang mengelola modalnya mampu menguntungkan para investor. Tiap perusahaan aset manajemen menerapkan taktik yang berbeda dalam merespons harga saham yang bergerak dinamis.

Mereka meracik portofolionya dengan berbagai cara, seperti menempatkan dana nasabahnya di saham-saham unggulan yang prospektif atau selektif memilih saham-saham yang tidak rentan terhadap sentimen negatif internal atau eksternal. Selain itu, para manajer investasi melakukan rotasi sektor dan mengubah komposisi antara saham blue chip dan saham lapis kedua (second liner). Cara lainnya: mengikuti tren pasar (follow the market) dengan memburu saham-saham yang bullish di momen tertentu.

Pengelolaan reksa dana Andien mengacu anjuran si perencana keuangan. Ia menyebutkan, reksa dananya terdiri dari reksa dana saham A dan reksa dana saham B. “Dua tahun yang lalu saya bertemu financial consultant yang sangat membantu dalam mengelola investasi saya,” ujarnya. Berikutnya, si perencana keuangan mengenalkan saham sebagai pilihan berinvestasinya.

Wawasannya mengenai saham bertambah luas. Namun, Andien tidak terburu-buru menyuntikkan modalnya ke lantai bursa sebelum mengetahui lebih detail mengenai tingkat risiko atau imbal hasilnya. Lalu, ia menghimpun informasi dari para sahabatnya.

Andien agak keheranan karena disarankan untuk bertanya ke istri atau ibu dari para sohib-nya itu. Alasannya, pengalaman dan pengetahuan istri atau ibu sang sahabat mengenai saham cukup memadai. Andien terinspirasi dari pengalaman wanita-wanita yang ditemuinya tersebut. “Mereka itu kok lebih paham ya mengenai investasi saham,” ujarnya. Kesamaan gender Andien dengan mereka semakin mendorong minatnya untuk segera berinvestasi di pasar modal. “Ternyata, saham memberikan return yang bagus untuk ke depannya walau saat ini kondisinya belum menggembirakan,” ia menjelaskan.

Sebelumnya, Andien tidak tertarik mencicipi saham karena pertimbangan tertentu. Ia lebih memilih tabungan. Belakangan, pemilik nama Andini Aisyah Haryadi ini khawatir laju inflasi bisa menggerus uang di tabungannya. Apalagi, ia baru saja melepas masa lajangnya setelah menikah dengan Irfan Wahyu pada April 2015. Ia membayangkan masa depan keluarganya. Karena itu, ia tidak ingin mengandalkan pendapatan dari honornya saja. Maklum, profesinya tidak memberikan penghasilan tetap. “Makanya, sejak enam bulan lalu saya sudah membeli saham-saham unggulan perbankan, otomotif atau produk-produk sehari-hari. Jumlah saham yang saya miliki lebih dari dua digit, seperti saham Astra, Bank Mandiri, Mitra Adi Perkasa, dan Unilever,” ujar wanita kelahiran Jakarta 30 tahun silam ini.

Inspirasi Andien membeli salah satu saham dipetik dari aktivitas sehari-harinya. Sebagai contoh, ia kerapkali membeli produk yang dijual oleh emiten barang-barang konsumsi (consumer goods). Ia mengemukakan, ia menggunakan produk-produk dari perusahaan publik, mulai dari bangun tidur, mandi, mengggosok gigi, hingga saat tidur. “Jadi, kita jangan jadi konsumen saja, kita beli sahamnya agar menjadi bagian dari pemilik saham di perusahaan itu. Setelah membeli saham perusahaan ini, saya merasakan sense of belonging,” ujar Andien menjelaskan alasannya.

Strateginya adalah buy and hold guna meningkatkan asetnya di kemudian hari. ”Saya tidak pernah profit taking, saya selalu buy, buy, and buy,” katanya. Jika dicermati, Andien membeli saham-saham tersebut ketika harganya terkoreksi. Sejak awal kuartal II tahun ini hingga Desember, harga saham-saham menukik cukup tajam karena masih diterpa sentimen negatif internal atau eksternal. Harga saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. hingga 14 Desember (year to date) minus 20,32%, PT Unilever Indonesia Tbk. minus 8,07%, PT Mitra Adi Perkasa Tbk. minus 23,28%, dan PT Astra International Tbk. juga masih merah karena menciut hingga 17,23%.

Namun. Andien tidak terlalu merisaukan hal ini. “Saya kan menabung saham, jadi saya tidak trading,” ia menegaskan. Berdasarkan data historis BEI, biasanya harga saham di tahun berikutnya akan memantul ke zona positif (rebound) setelah terkoreksi cukup dalam. Itu ditunjukkan saat IHSG anjlok di tahun 1997, 2008 dan 2013. Setelah tahun tersebut, harga saham-saham kembali menguat dan level IHSG cukup solid. Levelnya di tahun 2014 melonjak 22,27% ke 5.226 poin dari 4.274 poin di tahun 2013.

Selain itu, saham-saham unggulan menawarkan keuntungan yang menjanjikan dalam jangka panjang. Rata-rata pertumbuhan tahunan (compound annual growth rate/CAGR) saham Bank Mandiri pada periode 2010-14 sebesar 26,04%. Adapun CAGR Unilever 3,26% dan Mitra Adi Perkasa (15,44%). “Pelan-pelan saya belajar saham, saya kadang-kadang memantau saham. Saya akan bertanya ke financial planner kalau mau membeli saham,” ia memaparkan.

Andien memilih investasi jangka panjang selama 5-10 tahun. Untuk komposisi portofolionya, ia membagi modalnya ke saham sebesar 25%. “Reksa dana saham juga 25%, emas dan ORI (Obligasi Ritel Indonesia) 10%, sedangkan yang lainnya ke bisnis restoran, fitness, fashion, dan properti,” ia membeberkan.

Andien membeli rumah (landed house) di Depok, Jawa Barat, dan Jakarta Selatan. Portofolio lainnya adalah pusat kebugaran 20Fit. Saat ini, ada 23 gerai 20Fit. Ia pun memperluas cakupan bisnisnya di Asia Tenggara dengan membuka cabang 20Fit di Kamboja. (Riset: Sarah Ratna Herni)

Alokasi Dana Andien

Strategi Andien Melipatgandakan Aset


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved