Personal Finance

Jackson Suwargo, Berinvestasi Saham Sejak Kuliah di AS

Jackson Suwargo, VP Pengembangan Bisnis Creative Experience Office (CXO
Jackson Suwargo, VP Pengembangan Bisnis Creative Experience Office (CXO

Jackson Suwargo sudah mengenal dan berinvestasi di saham sejak masih kuliah di Amerika Serikat (AS). Saat itu saham pertama yang dibelinya adalah saham Apple. Pria berusia 25 tahun ini memilih saham Apple karena waktu itu ia kuliah di bidang keuangan sehingga sudah paham soal saham. Adapun berinvestasi pada saham-saham di Indonesia dimulai saat pandemi Covid-19, ketika Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sedang jatuh.

“Dulu lebih ke iseng-iseng saja main dikit, berapa dolar saja, main saja, tanpa analisis, value-nya juga kecil,” ujar Jackson menceritakan pengalamannya. Ia menyebutkan, saham Apple dibelinya dengan nilai hanya US$ 20. Membeli saham Apple saat itu, diakuinya, karena saham tersebut sedang naik. Itu pun ia membelinya dengan menitip beli ke temannya yang mahasiswa Hong Kong. “Saham itu hanya dipegang satu bulan, tapi sempat dapat gain 5%-6%,” kata VP Pengembangan Bisnis Creative Experience Office (CXO) ini –CXO adalah salah satu unit Bisnis CT Corpora yang dipimpin Putri Tanjung (anak Chaerul Tanjung) yang juga teman kuliah Jackson saat di AS.

Pria lulusan Jurusan Manajemen Universitas San Francisco, AS, dengan predikat summa cum laude ini kemudian baru serius berinvestasi saham pada 2020. “Saya lihatnya saat itu investasi kan momentum. Saat Maret 2020 (IHSG) mulai jatuh, hingga Agustus, saya lihat pattern mulai berstrategi kapan mulai main (saham),” katanya. Barulah pada Oktober 2020, Jackson mulai bermain saham. Namun, ketika mulai masuk saham, ia mengaku sudah mulai matang secara pengetahuan. Paham berapa dana pertama yang harus disiapkan untuk bermain saham dan akan masuk ke saham mana saja.

“Saya masuk pas euforianya, naiknya gila-gilaan. Saya tidak pakai manajer investasi, jadi main sendiri,” ungkap Jackson. Menurutnya, saat mau bermain saham, hal pertama yang dilakukannya adalah mencari informasi dari orang sekitar yang lebih berpengalaman, melihat mereka masuk ke saham mana saja, lalu mempelajari apa alasan mereka masuk ke saham tersebut, serta melakukan diskusi dengan banyak teman yang memiliki ketertarikan yang sama. “Namun, waktu Oktober 2020 saya masuk, belum begitu hype sebenarnya di media dan saya cari teman yang pintar analisis untuk diskusi,” imbuhnya.

Jackson mengaku bergabung dengan beberapa grup yang memiliki hobi sama, bermain saham. Hanya saja, ia tidak ingat betul saham apa saja yang ia beli saat itu. “Yang jelas, saya langsung bagi-bagi beli ke beberapa industri, ada Garuda Indonesia (GIA), Indah Kiat Pulp and Papers (INKP), XL Axiata (EXCL), Adaro, Waskita, Antam, dan ada yang lain, saya tidak ingat yang lain,” tuturnya.

Jackson mengaku menanam saham melalui BCA Sekuritas, karena ia juga nasabah BCA. Selain itu, karena sebagai nasabah, ia mendapat rate khusus. “Saya juga belakangan coba aplikasi saham Ajaib,” ujarnya.

Ia menjelaskan, mulai tahun ini caranya bermain saham akan berbeda dibandingkan tahun lalu yang lebih banyak trading. “Dulu, kalau profit/gain tidak lebih dari 20% tidak akan saya ambil. Istilahnya saya dulu tidak takut saham turun, pasti ada yang naik,” kata Direktur Operasional Jim Joker, perusahaan ritel sepatu milik keluarganya yang berlokasi di Surabaya, ini.

Mulai tahun ini, Jackson akan lebih berstrategi, mendiversifikasi portofolio, dan lebih dalam menganalisis saham. “Sekarang sedang tertarik di lembaga-lembaga pemerintah, di infrastruktur, juga tertarik di saham-saham bluechip, termasuk di bank-bank, juga saham-saham yang memberikan dividen tinggi. Jadi, akan tetap ada trading, tapi lebih strategis. Dulu, diinfo untuk segera beli akan beli, sedangkan sekarang, akan lebih menganalisis lagi,” katanya. (*)

Herning Banirestu dan Dede Suryadi

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved