Personal Finance

Kesalahan Orang Tua Saat Mempersiapkan Dana Pendidikan Anak

Oleh Editor
Mahasiwa yang sedang belajar di kelas

Jika diakumulasikan dana pendidikan anak sangatlah mahal. Untuk mendapatkan pendidikan dari sekolah dasar hingga kuliah, minimal orang orang tua menyiapkan dana Rp 500 juta sampai Rp 1 miliar untuk satu anak.

Sungguh angka yang besar bukan? Apalagi untuk orang tua yang mempunyai banyak anak, faktor sekolah ini bisa jadi sangat membebani keuangan keluarga. Jangan khawatir, biaya tersebut hanyalah estimasi untuk persiapan orang tua. Biaya riil-nya tentu berbeda karena disesuaikan lagi dengan kebutuhan anak. Pilihan sekolah swasta atau negeri, jarak sekolah dengan rumah, dan reputasi sekolah menentukan besaran biaya pendidikan anak.

Meskipun biaya yang dibutuhkan untuk menyekolahkan anak sangat besar, sayangnya masih banyak orang tua yang lalai dalam mempersiapkannya. Dana pendidikan bukan sesuatu yang sepele dan harus dilrencanakan bahkan sejak anak belum memasuki usia sekolah. Tapi, masih banyak orang tua yang beranggapan “banyak anak banyak rejeki” tanpa usaha untuk menambah rejeki sang anak. Sehingga tidak mengherankan jika angka putus sekolah di Indonesia masih tinggi.

Bagi Ninet Dangirani, CFP®, perencana keuangan Finansialku, kacaunya rencana dana pendidikan anak disebabkan oleh beberapa kesalahan berikut ini.

Tidak melakukan perencanaan

Kesalahan dalam merencanakan dana pendidikan anak yang paling fatal adalah tidak melakukan perencanaan. Seperti yang sudah sedikit dibahas di atas bahwa uang sekolah anak tidak semurah kacang rebus. Untuk mengumpulkan biaya yang besar, dibutuhkan perencanaan matang dan berkala. Jika dari awal orang tua tidak sadar akan hal ini, akan ada banyak masalah keuangan yang menimpa di masa depan. Misalnya, ketidakmampuan membayar SPP anak bisa mengakibatkan anak putus sekolah, tidak ada biaya les tambahan sedangkan anak kesulitan belajar di sekolah akan menghambat anak belajar, atau bisa saja jika anak tidak ikut kegiatan sosial bersama temannya ia akan dikucilkan yang mana hal ini akan berpengaruh pada kesehatan mental anak.

Menunda perencanaan dana pendidikan

“Kesalahan dalam merencanakan dana pendidikan anak yang paling sering saya temui adalah terlambat.” ujar Ninet.

Keterlambatan tersebut terjadi bukan karena orang tua tidak sadar pentingnya perencanaan, melainkan karena orang tua menunda. Sejuta alasan dikeluarkan untuk menunda dana pendidikan anak. Ada yang menunda karena dipakai untuk membeli barang yang diinginkan, misalnya mobil atau gadget terbaru. Ada juga alasan menunda karena merasa waktu pendidikan anak yang butuh biaya besar seperti kuliah masih belasan tahun lagi. Selain itu, tidak menutup kemungkinan kurangnya komunikasi antar orang tua menjadi penyebab keterlambatan persiapan dana pendidikan anak.

Tidak memperhitungkan inflasi atau kenaikan harga

Ada beberapa orang tua yang salah melakukan perencanaan dana pendidikan, karena mengabaikan faktor inflasi atau kenaikan biaya pendidikan. Rata-rata kenaikan biaya pendidikan di Indonesia adalah 15% – 20% per tahun. Ada beberapa sekolah yang mengalami kenaikan 10% per semester (setara dengan 21% per tahun).

Perhitungannya akan jauh lebih kompleks jika orang tua ingin menyekolahkan anak ke luar negeri. Contoh jika ingin menyekolahkan anaknya di Singapura, maka orang tua perlu mempertimbangkan kurs Rupiah terhadap Dollar Singapura. Selain itu orang tua juga perlu mempertimbangkan kenaikan biaya hidup di Singapura, kenaikan biaya pendidikan di Singapura dan lainnya.

Salah menentukan waktu

Terkadang ada orang tua yang salah menentukan perkiraan antara waktu dan biaya yang dibutuhkan. Pada saat Anda menentukan periode waktu perlu disesuaikan dengan umur Anak saat ini. Jika anak Anda masih bayi berusia 0 tahun, maka sedikitnya ada 5 tahapan waktu yang harus diperhatikan:

jika kamu salah atau meleset terlalu jauh dalam menentukan jumlah dan waktunya, dapat menimbulkan kerepotan. Misal untuk dana pendidikan masuk playgroup kamu malah berinvestasi saham, padahal waktunya sudah mepet dan portofolio kamu dalam kondisi tidak baik.

Tabungan dan investasi terlalu sedikit

Kesalahan berikutnya adalah orang tua menabung atau berinvestasi terlalu sedikit. Contohnya, berdasarkan rencana yang telah dibuat, seharusnya berinvestasi sebesar Rp 3 juta per bulan. Namun, kamu hanya berinvestasi sebesar Rp 1 juta per bulan. Jumlah yang terlalu sedikit ini pasti akan melenceng dari rencana yang telah dibuat sebelumnya.

Perlu diingat, semua perhitungan keuangan selalu dilandaskan asumsi-asumsi perhitungan. Dalam melakukan perhitungan, idealnya Anda menggunakan asumsi-asumi yang realistis atau cenderung konservatif. Jika sudah membuat perencanaan yang matang, tugas berikutnya adalah “stick to the rules” dan selalu disiplin.

Berinvestasi tanpa rencana

Selain itu orang tua juga perlu mengetahui sebaiknya menabung atau berinvestasi diproduk mana? Berapa jumlahnya? dan Kapan waktunya? Banyak sekali produk-produk keuangan yang didesain untuk memenuhi kebutuhan dana pendidikan anak, mulai dari tabungan pendidikan berjangka, deposito,asuransi pendidikan, investasi reksa dana dan produk investasi lainnya. Intinya sebelum kamu melakukan investasi, mulailah dengan membuat rencana keuangan.

Setelah Anda memahami kesalahan-kesalahan tersebut, usahakan agar Anda tidak melakukan kesalahan yang sama. Segera lakukan perbaikan dan tindakan (action) untuk menyiapkan pendidikan yang terbaik untuk buah hati. (Mutiara Ramadhanti)

Artikel ini diproduksi oleh tim finansialku.com untuk swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved