Personal Finance

Sampai Akhir 2014, BEI Targetkan Rata-Rata Transaksi Perdagangan Harian Rp7 Triliun

Sampai Akhir 2014, BEI Targetkan Rata-Rata Transaksi Perdagangan Harian Rp7 Triliun

Meskipun kondisi perekonomian global belum membaik, termasuk perekonomian Indonesia yang masih naik-turun, namun perdagangan di pasar modal masih berlangsung baik. Apalagi dengan keberhasilan penyelenggaraan Pemilu Legislatif pada 9 April lalu, yang mana itu berjalan lancar dan tidak ada gejolak di masyarakat yang begitu berarti.

BEI

“(Setelah Pemilu) kecenderungan (perdagangan) tetap sama dengan hari-hari biasa, tapi mungkin dengan adanya ketidakpastian (kondisi makro perekonomian dan politik), orang itu berpikir nantinya akan terjadi apa. Beberapa orang malah masuk dalam kondisi seperti ini, karena mereka berharap dengan adanya kepastian nantinya, itu akan mengerek harga. Kalau setelah Pemilu, misal yang jadi Presidennya bisa mempunyai impact kepada pasar modal, tentu perusahaan-perusahaan di Indonesia akan terdorong kinerjanya. Apalagi kalau ada kebijakan tertentu yang bisa meningkatkan potensi mereka,” jelas Samsul Hidayat, Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa, Bursa Efek Indonesia (BEI).

Samsul menuturkan bahwa sampai April 2014, rata-rata transaksi perdagangan harian di pasar modal (BEI) sudah pernah mencapai Rp6,3 triliun. Padahal di akhir tahun lalu, BEI sendiri menargetkan rata-rata transaksi perdagangan harian hanya mencapai Rp5,5 triliun.

“Pada akhir tahun ini, kita perkirakan rata-rata transaksi bisa mencapai Rp7 triliun. Dari transaksi harian ini, 60% dilakukan investor lokal, sedangkan 40% investor asing. Ini sebenarnya ada beberapa kebijakan mikro secara struktur yang sudah kita buat, walaupun nanti akan ada boost lebih besar kalau sampai terpilih presiden baru,” tuturnya.

Menurutnya, rata-rata transaksi harian sebesar itu akan tercapai, salah satu caranya yaitu jika jumlah investor pasar modal pada tahun ini juga meningkat. “Kita bekerja terus untuk menaikkan jumlah investor dan infrastruktur kita. Kita juga percepat perdagangan di jam 9 pagi, supaya investor yang tinggal di Indonesia Timur masih terkejar. Lalu, kita lakukan juga stock split saham, sebab angka 1 lot = 500 lembar saham, masih berat untuk beberapa investor. Jadi kebijakan ini juga bisa memperbanyak investor individual,” paparnya.

Samsul juga bilang bahwa pasar modal di Indonesia sudah on track dalam prosesnya menuju kemajuan seperti yang sudah terjadi di negara-negara yang pasar modalnya sudah mumpuni. Jadi jumlah investor pasar modal yang masih sedikit di Indonesia merupakan satu hal yang wajar, karena semuanya mengalami sebuah proses yang tidak sebentar.

“Ada faktor yang mempengaruhi masyrakat untuk menjadi investor pasar modal. Beberapa negara dalam perubahan dari saving oriented menjadi investment oriented itu butuh waktu. Kita juga sudah melakukan berbagai kegiatan sosialisasi soal pasar modal ke seluruh wilayah di Indonesia,” ucapnya.

Sementara, Nurhaida, Kepala Eksekutif Pengawasan Pasar Modal OJK, menerangkan bahwa pihaknya akan mempermudah proses bagi seseorang untuk menjadi investor ritel di pasar modal. Apalagi bagi mereka yang tinggal jauh dari Bursa Efek.

“Investor potensial tidak hanya di Jakarta atau Jawa saja, tapi saat ini untuk pembukaan rekening investor itu masih harus face to face. Yakni si calon investor harus datang ke satu perusahaan efek agar dilakukan know your customer (KYC). Jadi ini masih mempersulit, sehingga aturan face to face dalam rangka KYC untuk pembukaan rekening investor itu sudah direvisi. Hal ini supaya jumlah investor bisa meningkat signifikan,” ungkapnya. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved