Personal Finance Editor's Choice

Steny Agustaf: Dunia Milik Mereka yang Berani Ambil Risiko

Oleh Admin
Steny Agustaf: Dunia Milik Mereka yang Berani Ambil Risiko

Bagi Steny Agustaf, mempersiapkan masa depan adalah yang paling penting. “I love challenges. Risk is my best friend. And future is my goal,” itulah prinsip Steny Agustaf dalam berinvestasi.

Pekerja keras dan disiplin menabung, tampaknya ini adalah deskripsi yang tepat untuk menggambarkan sosok seorang Steny Agustaf yang berprofesi sebagai pengusaha, master of ceremony (MC), penyiar radio, aktor, dan bintang iklan. Boleh dibilang, Steny adalah pribadi yang tidak suka membelanjakan uangnya hanya untuk hal yang tidak perlu. Terbukti, di saat ia belum mengenal berbagai jenis instrumen investasi keuangan pun, ia telah mampu menabung secara disiplin, dan baru membelanjakan uangnya secara bijak, misalnya dengan membeli rumah yang menjadi salah satu investasinya hingga kini. “Saya tidak suka spending untuk hal yang tidak perlu, misalnya membeli mobil mewah keluaran terbaru hanya untuk kesenangan. Buat saya yang mahal itu adalah ilmu menata keuangan itu sendiri. Kalau uangnya sih dua menit juga bisa hilang. Menurut saya, uang itu seharusnya tidak membuat kita pusing, tapi justru membantu kita dan memberi kita penghasilan,” ungkapnya.

Steny Agustaf

Pria kelahiran Jakarta 23 Agustus 1974 ini memperoleh pengetahuan tentang investasi pada produk keuangan sejak tahun 2007, kala itu ia dan rekan siarannya, Pandji Pragiwaksono, kerap menghadirkan perencana keuangan Ligwina Hananto di acara radio yang mereka pandu. Sejak itu pula Steny merencanakan keuangan pribadinya. Ia menyediakan rekening bank khusus untuk menyimpan penghasilannya, dan setiap bulan sebagian dana di rekening itu dibelikan beberapa reksa dana secara otodebit, dari yang paling konservatif, yaitu reksa dana pasar uang, hingga yang paling agresif (reksa dana saham).

Setiap produk reksa dana miliknya mewakili satu tujuan finansial, misalnya untuk dana pensiun, dana kesehatan orang tua, hingga dana kesehatan saat pensiun. Meski belum berkeluarga, Steny bahkan telah menyiapkan pula dana untuk biaya pendidikan anak pertamanya kelak mulai dari SD, SMP, SMA hingga ke universitas. Ia juga telah membeli asuransi jiwa term life dengan jangka waktu 20 tahun sejak 2006 untuk melindungi keluarganya, mengingat saat ini ia menanggung hidup kedua orang tuanya.

Steny banyak berdiskusi dengan temannya para perencana keuangan, membaca berbagai buku, serta mengikuti beberapa akun Twitter para perencana keuangan dan ahli keuangan untuk mempelajari seluk-beluk investasi di produk keuangan tersebut. Dan, kini ia merasa beruntung telah berinvestasi dengan tujuan yang spesifik. ”Karena terbukti ketika orang tua saya sedang sakit, biaya pengobatannya tidak terasa berat karena memang telah dipersiapkan,” ungkap nomor empat dari lima bersaudara ini.

Pendiri & CEO Evio Productions dan Inside Productions ini telah melengkapi investasinya dengan aset keras berupa apartemen, rumah dan tanah. Saat ini, ia memiliki beberapa apartemen yang semua disewakan dan telah memberinya pendapatan pasif berkisar 7%-10% per tahun.

Sebenarnya, investasi pertama Steny bukan di produk keuangan, melainkan properti, yaitu rumah yang dibelinya tahun 2003 di Cimanggis, Depok. Saat ini rumah itu masih menjadi salah satu aset properti yang memberinya pendapatan pasif berupa uang sewa. Rumah berikutnya yang ia beli adalah rumah yang kini ia tinggali di kawasan Ragunan, Jakarta Selatan. Rumah ini bahkan ia beli secara tunai. “Banyak orang yang bilang, ‘ngapain sih beli rumah dengan cara cash’. Saya bilang, ya karena saya capek berutang. Kebetulan saya punya pengalaman buruk dengan utang saat bisnis keluarga saya bangkrut dan banyak utang akibat krisis tahun 1998,” Steny menjelaskan.

Steny2

Kejatuhan bisnis mebel keluarganya yang menyisakan banyak utang akibat pengelolaan yang kurang bagus memang memberikan pelajaran berharga bagi Steny, dan sekaligus membentuk dirinya menjadi seorang pekerja keras yang selalu berhati-hati dalam mengelola bisnis dan keuangan. Akhirnya, Steny pun berusaha membantu menyelesaikan permasalahan bisnis keluarganya tersebut. Ia membuat perjanjian dengan kreditur dan meminta waktu untuk membayar utang perusahaan keluarganya.

Maka, tahun 2000, Steny yang telah aktif mengajar bahasa Inggris di LIA sejak tahun 1995 saat ia masih kuliah semester dua di Jurusan Akuntansi, STIE YAI, semakin giat bekerja. Ia bisa mengajar selama 10 jam sehari untuk mengejar penghasilan ekstra demi segera melunasi utang perusahaan keluarganya.

Merasa tak cukup dengan hanya mengajar, tahun 2002 Steny lalu pindah ke Indika Entertainment Advertising, perusahaan yang bergerak di bidang event organizer dan rumah produksi. Sejak itu, berbagai peluang bisnis pun kian terbuka untuknya. Ia sering kali mendapat pesanan untuk pembuatan booth pameran, baliho dan sebagainya. Dari sinilah ia merintis perusahaannya yang dinamakan Inside Productions.

Selanjutnya, kesempatan memasuki dunia hiburan Indonesia pun datang bertubi-tubi, terlebih setelah ia menjadi penyiar radio di tahun 2004. Dan akhirnya, masalah utang keluarganya berhasil diselesaikan seluruhnya tahun 2005.

Sejak itulah ia menata kembali keuangannya, aktif berinvestasi dan membuka bisnis barunya di bidang event organizer. “Saya rasa itulah momen back to zero saya,” ucap Steny.

Saat ini penghasilan pribadi Steny lebih banyak diperoleh dari profesinya sebagai MC. Dalam sebulan ia pernah mendapat order menjadi MC hingga 12 kali. Selain itu, ia juga memperoleh pendapatan pasif dari menyewakan apartemen dan rumah yang ia investasikan kembali ke reksa dananya.

Portofolio investasi Steny kini terdiri dari properti dengan porsi sekitar 30%, investasi keuangan termasuk reksa dana dan saham sebanyak 40%, serta bisnis sebesar 30%. Ia setidaknya mampu memperoleh capital gain dari kenaikan harga propertinya yang rata-rata mencapai 20%-30% per tahun. Sementara dari produk keuangannya, Steny memperoleh return yang cukup bervariasi. “Return-nya sangat bervariasi. Pernah pada tahun tertentu, saya dapat return hingga 50%, memang tidak selamanya demikian, tapi tidak apa-apa karena saya tahu investasi saya akan terus tumbuh,” tuturnya.

Toh, Steny bukannya tidak pernah mengalami kerugian. Investasinya di reksa dana sejak 2007 sempat tergerus cukup dalam di 2008 akibat empasan krisis keuangan global. Namun, saat itu ia sama sekali tidak menarik dana investasinya, karena pada dasarnya tujuan investasinya untuk jangka panjang. Ia tidak khawatir dan justru menambah alokasi dananya saat harga saham di Bursa Efek Indonesia berjatuhan. “Saya tidak khawatir. Selama saya tahu aturan mainnya, dan update dengan situasi yang terjadi di saat itu, menurut saya tidak masalah,” kata Steny.

Setiap tiga bulan ia mengevaluasi portofolio investasinya, apabila dalam setahun kinerjanya terlihat kurang bagus, ia akan menggantinya ke jenis produk lain yang kinerjanya lebih baik. Misalnya dari infrastruktur ke consumer goods yang lebih blue chip.

Ke depan, Steny berencana meningkatkan alokasi dananya di saham. Ia berharap suatu saat persentase investasinya di saham secara langsung dapat mencapai 70% dari total investasinya di produk keuangan. “Tapi saya ingin belajar dulu, karena saat ini saya belum mahir dan belum berani,” ungkap pengusaha yang bercita-cita ingin memiliki bisnis restoran suatu hari nanti ini.

Bagi mereka yang ingin berinvestasi, Steny menyarankan agar memulainya dari usia yang semuda mungkin dan dari jumlah yang kecil lebih dulu. Ia menekankan agar generasi muda memiliki mimpi yang besar dalam mengejar kemapanan finansial lebih awal dan tidak pernah berhenti belajar. “Start young, start small, start now, dream big, and never stop learning,” ia menandaskan.

Ia juga mengingatkan agar setiap orang, terutama generasi muda pandai menyaring informasi, karena kemajuan teknologi saat ini sering kali memicu gaya hidup banyak orang menjadi konsumtif. Misalnya saja, dengan kian maraknya penggunaan media sosial, orang semakin mudah memperoleh informasi apa pun, termasuk tentang berbagai produk baru, jasa, tempat wisata, informasi tentang potongan harga untuk produk tertentu, dan sebagainya. Akhirnya, tak jarang orang menjadi sangat mudah terpengaruh dengan informasi tersebut. “Misalnya melihat teman kita liburan ke Eropa, kita jadi ingin juga liburan ke Eropa. Akhirnya dana yang harusnya dialokasikan untuk investasi menjadi berbelok untuk liburan. Padahal, menurut saya, the best place to travel itu adalah hati. Dan, level of happiness tiap orang itu berbeda-beda. Jika teman kita merasa bahagia dengan jalan-jalan ke Eropa, belum tentu kita juga membutuhkan itu untuk bisa merasa bahagia,” kata Steny menggarisbawahi.

Menyaring informasi juga dinilainya perlu dalam memilih strategi investasi. Saat ini kisah sukses para investor ataupun trader di dalam dan luar negeri memang sangat mudah dibaca di berbagai media. “Namun, kembali lagi, menurut saya, kita ini sebaiknya tidak mengikuti cara yang dilakukan oleh banyak orang. Karena setiap orang punya strateginya masing-masing, dan jika kita mencoba mengikuti semuanya, tentu kita akan bingung,” pria yang suka membaca dan menulis blog ini menjelaskan. Bagi Steny, lebih baik salah karena pilihan strategi investasi yang dipilih sendiri daripada salah karena mengikuti pilihan atau strategi orang lain.

Gagal saat sudah mencoba baginya adalah lebih baik daripada gagal mencoba. Kegagalan dalam investasi baginya merupakan vitamin untuk kesehatan finansialnya. “Jangan jadikan risiko itu sebagai hal yang menutup langkah kita. Dunia adalah milik mereka yang berani mengambil risiko dan memulai sedini mungkin. Tapi ingat satu hal, risiko yang dimaksud adalah manageable risk atau calculated risk, bukan risiko orang yang nekat,” tambahnya lugas. (***)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved