Personal Finance

Lelang Sukuk Negara Didorong Sentimen Paket Kebijakan Ekonomi

Lelang Sukuk Negara Didorong Sentimen Paket Kebijakan Ekonomi

Investor mengapresiasi lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) alias sukuk negara di hari ini sebagai respons positif terhadap pengumuman pemerintah di paket kebijakan 1-4. Animo investor cukup besar karena berharap terhadap perbaikan ekonomi nasional serta kondisi pasar keuangan yang berangsur-angsur membaik.

Pemerintah meraup dana Rp 1,73 triliun dari lelang tiga seri sukuk negara pada Selasa (20/10/2015). Seri tersebut adalah sukuk negara atau SPN-S 07042016 (reopening), PBS006 (reopening), dan PBS009 (reopening). Total penawaran yang masuk dari investor terhadap ketiga sukuk negara ini sebesar Rp 2,99 triliun, atau lebih tinggi dari target indikatif yang ditetapkan pemerintah senilai Rp 2 triliun. Paket kebijakan ekonomi jilid 1-4, menurut Reza Priyambada, Kepala Riset PT NH Korindo Securities Indonesia, menjadi faktor utama bagi investor mengapresiasi lelang sukuk negara.

Reza mengatakan penawaran yang masuk di lelang sukuk negara kelebihan penawaran alias oversubscribe dari target indikatif sebesar Rp 2 triliun. “Itu menunjukan ekspektasi investor sangat positif. Paket kebijakan ekonomi yang diumumkan pemerintah menjadi mood booster bagi investor di lelang sukuk negara,” jelas Reza.

Reza Priyambada Head of Research NH Korindo Securities Indonesia, pose di kantor Porto Edisi18 2015

Reza Priyambada Kepala Riset PT NH Korindo Securities Indonesia. (Foto : Prio Santoso/SWA).

Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, sebanyak tiga seri yang dilelang adalah seri SPN-S 07042016 dengan imbalan diskonto yang akan jatuh tempo pada 7 April 2016. Instrumen ini beraset dasar Barang Milik Negara (BMN) berupa tanah dan bangunan.

Kemudia seri seri PBS006 dengan imbalan 8,25% yang jatuh tempo pada tanggal 16 September 2020 dan seri PBS009 dengan imbalan 7,75% yang tenggat waktunya 25 Januari 2018. Kedua seri PBS tersebut beraset dasar proyek atau kegiatan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara – Perubahan (APBN-P) 2015.“Animo investor di lelang sukuk negara sangat lumayan, khususnya di sukuk yang tenornya pendek. Mereka agresif di sukuk tenor pendek karena bisa mengukur risikonya dan imbal hasil sukuk yang umumnya lebih tinggi juga menarik bagi investor,” jelas Reza.

Likuiditas sukuk relatif lebih minim ketimbang Surat Utang Negara (SUN) sehingga wajar saja apabila yield (imbal hasil) sukuk ditetapkan lebih besar ketimbang surat utang konvensional.Ia menduga, seri SPN-S 07042016 dan PBS009 merupakan dua seri yang akan diburu investor. Alasannya, investor sukuk gemar menggenggam instrumen hingga jatuh tempo. Artinya, investor lebih memilih sukuk bertenor pendek agar tidak menunggu terlalu lama hingga tenggat waktu.

Total nilai dari lelang sukuk yang dimenangkan pemerintah adalah sebesar Rp 1,73 triliun. Penawaran yang masuk ke seri SPN-S 07042016 sebesar Rp 1,47 triliun dan yang dimenangkan pemerintah Rp 1 triliun dengan yield rata-rata tertimbang 7,25% dan imbalan diskonto. Dalam lelang seri ini, yield terendah mencapai 7,18% dan yield tertinggi 8%. Seri ini jatuh tempo pada 7 April 2016. “Investor lebih banyak masuk ke seri SPN-S daripada kedua seri lainnya karena tenornya lebih pendek. Investor lebih menyukai sukuk bertenor pendek karena bisa mengukur tingkat risikonya dibandingkan sukuk bertenor panjang,” urai Reza.

Tenpr di seri lainnya yakni PBS006 jatuh tempo pada 15 September 2006 dan PBS009 jatuh tempo di 25 Januari 2018. Seri PBS006 yang diserap Rp 605 miliar dari penawaran yang masuk Rp 867,10 miliar dengan yield rata-rata tertimbang 8,25%. Adapun, yiled terendah di seri ini asebesar 8,59% dan yield tertinggi 10,12%. Sedangkan, PBS009 menyerap Rp 125 miliar dari total penawawan yang masuk Rp 653 miliar. Yield rata-rata tertimbangnya 7,75%. Sedangkan, yield terendah 8,56% dan yield tertinggi 9,65%. “Kalau melihat nilai dan imbal hasil dari kedua seri PBS itu, investor tampaknya lebih atraktif di PBS006 karena imbal hasilnya lebih tinggi dari imbal hasil yang ditawarkan PBS009,” kata Reza.

Reza memprediksi investor akan kembali menyemarakkan pasar obligasi karena pada akhir tahun pasar keuangan akan kembali memantul ke zona positif menyusul paket kebijakan yang sudah diumumkan tersebut. “Pemodal juga berharap pemerintah segera merealisasikan paket kebijakan, inilah faktor yang mempengaruhi sentimen pasar,” ungkapnya.

Selain itu, Reza menambahkan pasar obligasi dalam dua pekan terakhir ini membaik memanfaatkan momentum dari kebijakan pemerintah. “Jadi Investor akan memanfaatkan semua momentum untuk memburu obligasi yang menawarkan imbal hasil yang menarik,” ucap Reza. Investor akan mencermati perkembangan terkini dari kebijakan ekonomi pemerintah serta pasar keuangan domestik. Belakangan ini, gejolak pasar keuangan cenderung mereda, seperti penguatan Indeks Harga Saham Gabungan dan penguatan kurs rupiah terhadap dollar Amerika Serikat.

IHSG pada perdagangan Selasa ini ditutup menguat menguat 0,35% ke level 4.585 poin dibandingkan penutupan di hari sebelumnya.Berdasarkan data PT Bursa Efek Indonesia (BEI), Obligasi Berkelanjutan I Waskita Karya Tahap II Tahun 2015 yang diterbitkan oleh PT Waskita Karya (Persero) Tbk tercatat pada 19 Oktober. Obligasi ini dicatatkan dengan nilai nominal sebesar Rp 1,5 triliun yang terdiri dari Seri A dengan nilai nominal Rp 350 miliar dan jangka waktu 3 tahun, dan Seri B dengan nilai nominal Rp 1,15 triliun dan jangka waktu 5 tahun.

Dengan pencatatan tersebut, maka total emisi Obligasi dan sukuk yang sudah tercatat hingga Oktober ini adalah 41 emisi dari 34 emiten senilai Rp 53,99 triliun. Dari sisi nilai emisi, pencatatan obligasi dan sukuk telah melampaui pencapaian di sepanjang 2014 dengan total nilai emisi Rp46,84 triliun dari hasil penerbitan 49 obligasi dan sukuk. Total emisi Obligasi dan Sukuk yang tercatat di BEI sampai saat ini berjumlah 275 emisi dengan nilai nominal outstanding sebesar Rp 251,62 triliun dan US$ 100 juta, diterbitkan oleh 104 emiten. (***)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved