Personal Finance

Pefindo: Outlook Beberapa Bank Stabil di 2014

Pefindo: Outlook Beberapa Bank Stabil di 2014

PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) memberikan peringkat atau rating terhadap surat utang/obligasi (bond) beberapa bank yang menjadi kliennya. Mereka berpendapat bahwa industri perbankan memiliki tantangan terhadap kenaikan suku bunga, dan juga mungkin kualitas aset perbankan akan sedikit memburuk di 2014, karena perekonomian yang memang belum pulih.

Pefindo-500x375

“Tapi kalau untuk rating secara umum masih stabil. Jadi walaupun ada gejolak-gejolak seperti itu ya kemungkinan dari perbankan yang kita rating itu stabil. Kalau dari komposisi aset DPK juga kita nilai masih dalam koridor yang terkendali. Kalau BI memang mensyaratkan rasio LDR antara 78%-92%, sekarang sih ada dalam range itu,” ujar Hendro Utomo, Senior Vice President (SVP) Financial Institutions Rating Pefindo.

Pertama, Bank DKI yang peringkat perusahaan dan Bond VI/2011 naik menjadi “idAA-“ dari “idA+”, lalu peringkat Sub-Debt II/2011 naik menjadi “idA+” dari “idA”. Kenaikan peringkat ini mencerminkan perbaikan yang berkelanjutan dari profil permodalan dan kualitas aset Bank DKI. Sehingga outlook bank ini adalah Stabil, untuk periode pemeringkatan 10 Maret 2014 sampai 1 Maret 2015.

“Faktor pendukung outlook Stabil untuk Bank DKI disebabkan oleh faktor dukungan yang kuat dari pemegang saham, pasar captive di Provinsi DKI Jakarta, serta profil likuiditas yang kuat. Sementara faktor penghambatnya adalah tingkat profitabilitas yang moderat, dan sumber pendanaan yang relatif terkonsentrasi,” jelasnya.

Lalu, Bank ICB Bumiputera diberikan peringkat “idBBB” dan peringkat obligasinya (Obligasi Wajib Konversi Subordinasi) “idBB-“. Outlook Stabil, untuk periode pemeringkatan 27 Februari 2014 sampai 1 Maret 2015. Faktor yang mendukung peringkat tersebut adalah pangsa pasar yang moderat, serta likuiditas dan fleksibilitas finansial yang memadai. Sementara yang membatasi peringkatnya adalah permodalan yang di bawah rata-rata, rasio NPL yang tinggi, dan indikator profitabilitas yang lemah.

“Kalau outlook Stabil (untuk Bank ICB Bumiputera) bisa dinaikkan jika perusahaan dapat meningkatkan posisi bisnisnya melalui perkembangan pangsa pasar secara konsisten, dan harus diikuti oleh perbaikan dalam komposisi pendanaan. Sedangkan outlook itu dapat diturunkan jika terjadi penurunan yang signifikan pada indikator permodalan dan likuiditas,” katanya.

Kalau untuk Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk atau Bank Saudara, yang baru-baru ini 33% sahamnya diakuisisi oleh Woori Bank asal Korea Selatan (yang berperingkat A- atau stabil dari S&P), institusi pemeringkat efek ini memberikan revisi outlook dari Positif ke Stabil. “Karena bukan cuma diakuisisi, Bank Saudara juga di-merger dengan PT Bank Woori Indonesia, jadi akan membawa perseroan pada posisi bisnis yang lebih kuat lagi di industri perbankan Indonesia,” imbuhnya.

Periode pemeringkatan untuk Bank Saudara tersebut berlaku untuk periode 5 Maret 2014 sampai 1 Maret 2015. Kalau untuk peringkat perusahaan, dari “idBBB+” naik menjadi “idA-“. Lalu untuk peringkat Obligasi I/2011 naik jadi “idA-“ dari “idBBB+”, peringkat Obligasi II/2012 dari “idBBB+” naik menjadi “idA-“, dan peringkat Obligasi Subordinasi I/2012 naik jadi “idBBB+” dari “idBBB”.

“Faktor yang mendukung peringkat untuk Bank Saudara adalah dukungan yang kuat dari pemegang saham mayoritas, dan model bisnis bank yang memberikan marjin tinggi dari kredit konsumer. Sedangkan yang menghambat adalah profil permodalan bank yang lemah, serta sumber pendanaan yang terkonsentrasi,” ucapnya.

Kemudian untuk Bank Pembangunan Daerah (BPD). Pertama, PT Bank Pembangunan Daerah (BPD) Sumatera Barat atau Bank Nagari, Pefindo memberikan peringkat perusahaan “idA”, peringkat Obligasi VI/2010 adalah “idA”, peringkat Sukuk Mudharabah I/2010 yakni “idA(sy)”, peringkat Obligasi Subordinasi I/2010 yaitu “idA-“, dan peringkat Obligasi Subordinasi II/2012 adalah “idA-“. Sehingga outlook Stabil, untuk periode pemeringkatan 3 Maret 2014 sampai 1 Maret 2015.

“Faktor pendukung peringkat tersebut untuk Bank Nagari adalah pasar captive bank di Provinsi Sumatera Barat, dan bisnis bank yang memberikan marjin tinggi dari kredit konsumer. Sementara, yang membatasi peringkatnya adalah tingginya NPL dari kredit produktif, serta sumber pendanaan yang terkonsentrasi. Peringkat itu dapat dinaikan jika bank memperkuat posisi bisnisnya dengan signifikan secara konsisten, yang juga harus diikuti dengan perubahan profil pendanaan dan tingkat profitabilitas. Sebaliknya, dapat turun jika terjadi penurunan yang material pada indikator permodalan dan kualitas aset,” tuturnya.

Kedua, PT Bank Pembangunan Daerah (BPD) Sumatera Utara atau Bank Sumut. Namun tidak seperti Bank Nagari, outlook Bank Sumut direvisi menjadi Negatif dari yang tadinya Positif (untuk periode pemeringkatan 10 Maret 2014 sampai 1 Maret 2015). Hal ini disebabkan melemahnya kualitas aset bank untuk hampir semua kategori asetnya (konsumer, komersial, maupun korporasi). Untuk peringkat perusahaan dan Obligasi Bank Sumut adalah “idA+”, dan peringkat Sub-Debt “idA”. Lalu, untuk obligasi yang belum jatuh tempo yaitu Obligasi III/2011 sebesar Rp600 miliar (Juli 2016), serta Obligasi Subordinasi I/2011 sebesar Rp400 miliar (Juli 2018).

“Faktor pendukung pemeringkatan ini adalah pasar captive bank di Sumatera Utara, dan rentabilitas yang kuat. Sedangkan faktor pembatasnya adalah permodalan bank yang moderat, serta kualitas asetnya yang lemah. Untuk outlook Negatif, hal ini akan diturunkan lagi jika indikator kualitas aset bank tidak membaik dalam waktu dekat. Namun dapat juga direvisi ke Stabil, apabila terjadi perbaikan yang material terkait indikator kualitas aset bank, dan pada saat yang sama pangsa pasar bank meningkat secara berkelanjutan, juga jika bank mengalami peningkatan siginifikan di rentabilitas,” paparnya.


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved