Personal Finance

Properti Bubble, Saham Konstruksi Lebih Cerah

Properti Bubble, Saham Konstruksi Lebih Cerah

Meski sebagian lapisan pengembang meramalkan bahwa ancaman gelembung ekonomi (economic bubble) masih jauh dari sektor properti Indonesia, kalangan fund manager justru sangsi. Jika harga saham properti melonjak tiada henti, gelembung bisa tak terhindarkan.

Idhamshah Runizam saat meresmikan kerja sama peluncuran sebuah produk pada Mei 2012 silam

Idhamshah Runizam, Presiden Direktur BNI Asset Management , mengaku, ia dan kolega sesama fund manager agak ragu dengan sektor properti. “Jangan-jangan akan jadi bubble kalau harga saham properti mencapai Rp5.500. Terlalu cepat kenaikannya,” ujarnya dalam pembicaraan telepon dengan SWA online (24/5).

Di sisi lain, saham konstruksi menawarkan peluang yang lebih cerah ke depannya. Ini disebabkan giatnya pemerintah membangun infrastruktur, terutama di ibukota negara. “Barangkali tren positifnya masih bertahan agak lama,” imbuh Idhamshah. Sektor ini juga terbilang menghasilkan return yang tinggi untuk investor sekarang. Contohnya Adhi Karya, Wijaya Karya.

Saham konstruksi sedang jadi pilihan saat ini. Buat fund manager, pasti yang menyebabkan ini menjadi saham pilihan adalah kinerja perusahaan. “Kalau kita bicara kinerja, banyak masalahnya. Bukan hanya return itu sendiri, melainkan juga masalah industri, masalah ekonomi,” terangnya.

Ia melanjutkan, kinerja fundamental saham-saham pilihan seperti ini, termasuk Astra Internasional, BCA, Unilever, memang sangat baik sehingga persepsi pasar tidak terlalu berpengaruh lagi.

Saham-saham yang kini jadi pilihan pasti bisa berubah ke depannya. “Di samping infrastruktur, pasti nanti yang akan ikut adalah perbankan,” ucap Idhamshah. Untuk saat ini, saham perbankan juga termasuk sektor yang menghasilkan keuntungan yang baik untuk investor. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved