Hario Soeprobo, Presiden Direktur First State Investments Indonesia, menyebutkan bahwa masih sedikit masyarakat di Tanah Air yang berinvestasi di reksadana. Padahal, menurut dia, reksadana itu menjanjikan secara jangka panjang.

Hario Soeprobo, Presiden Direktur First State Investments Indonesia

“Penjualan reksadana masih terbatas pada high net worth individuals,” sebut Hario, di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Reksadana sendiri adalah salah satu jenis investasi. Sederhananya, reksadana adalah wadah yang digunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh manajer investasi.

Hario mengatakan, reksadana ini adalah investasi yang sifatnya untuk jangka menengah dan panjang. Dengan kondisi itu, kata dia, investasi ini pun cocok bagi masyarakat yang mau “menabung” demi masa tuanya. “Reksa dana sendiri adalah instrumen untuk berinvestasi jangka menengah-panjang,” terangnya.

Ditegaskan dia, prospek investasi di reksadana pun cukup menjanjikan, sekalipun ada masa naik- turun. Investasi di reksadana juga dipandang lebih baik ketimbang emas. “Volatilitas short term tidak ada artinya dalam jangka panjang,” imbuh dia.

Sekalipun menjanjikan, masih sedikit masyarakat yang mau berinvestasi di reksadana. Padahal, menurut Hario, investasi sebaiknya dilakukan sedini mungkin. Ditegaskan dia, masyarakat yang mau investasi di reksadana tidak harus menunggu mempunyai banyak uang. Dengan uang Rp 100.000 pun, investasi bisa dilakukan. “Mau beli reksadana Rp 100 ribu, 1 unit, boleh,” tegas dia.

“Nggak perlu sebetulnya (dana besar). Dari dulu saya menekankan pentingnya edukasi dari awal. Sekarang yang harus kita hilangkan adalah kesan bahwa berinvestasi di reksadana itu adalah orang kaya,” pungkas Hario. (EVA)