Personal Finance

Saat IHSG Jatuh, Saham-Saham IDX30 Bisa Jadi Pilihan Bagus Investasi

Saat IHSG Jatuh, Saham-Saham IDX30 Bisa Jadi Pilihan Bagus Investasi

Ketika kondisi pasar saham kurang kondusif saat ini, di mana Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada penutupan 27 Agustus 2013 kemarin berada di bawah level 4000. Tepatnya anjlok 3,59% atau turun 147 poin ke level 3972. Hal ini dikarenakan tidak tenangnya pelaku pasar dalam menerima paket kebijakan ekonomi yang diluncurkan pemerintah minggu lalu.

Namun, dalam masa seperti ini masih ada pilihan saham-saham yang bisa menjadi pilihan investor, yakni saham-saham yang berada dalam indeks IDX30. Yang mana saham-saham ini cukup aman, dengan penurunan harga yang sedikit dan tidak terlalu volatile pergerakannya, khususnya bagi para investor yang tadinya bergerak di reksa dana fixed income tapi ingin mengambil sedikit resiko.

CIMB Principal-IDX30

“Saham-saham dalam IDX30 ini termasuk yang turun harganya sedikit. Jadi IDX30 ini lebih baik dan bisa jadi pilihan investasi, baik mau dibeli ATF, reksadana, maupun mau dibeli langsung ketiga puluh sahamnya itu. Ini bisa jadi pilihan bagi investor yang awalnya konservatif, maka kalau dia mau risky asset sedikit, IDX30 adalah jawabannya Lalu, ini (IDX30) juga bagus bagi investor yang tidak mau tergantung dengan manajer investasi,” kata Fajar R. Hidajat, Direktur PT CIMB-Principal Asset Management, ketika ditemui Selasa (27/8).

Saham-saham yang termasuk dalam penghitungan IDX30 periode Agustus 2013 sampai Januari 2014 antara lain adalah PT Astra International Tbk (ASII), PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), PT Gudang Garam Tbk (GGRM), PT Kalbe Farma Tbk (KLBF), PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR), dan masih ada 24 saham perusahaan lainnya lagi.

Fajar menuturkan bahwa indeks IDX penurunannya masih lebih kecil daripada indeks yang lain. “Kalau kita lihat benchmark, IHSG itu turunnya 3,5% per tanggal 22 Agustus 2013, IDX30 itu turun 5,6%, LQ 45 turun 6%, dan rata-rata indeks yang lain seperti Bisnis 27, dan sebagainya itu turun 0,4%,” katanya.

Dia menambahkan, kalau secara year to date (dari Januari sampai Agustus 2013) banyak reksadana yang minus 10%. Bahkan dalam tiga tahun terakhir hanya ada 19 reksadana yang nilainya bisa mengalah IHSG. “Bahkan tidak satu pun reksadana dari perusahaan sekuritas atau asset management manapun yang bisa tiga kali berturut-turut mengalahkan IHSG,” ungkapnya.

IDX30 ini terdiri atas saham-saham blue chips atau big caps, maka menurut Fajar, saham-saham dalam indeks ini akan bagus dibeli ketika pasar modal sedang menurun seperti sekarang. “Kalau ada sentimen negatif lagi ke depannya, pasti yang kena memang (saham-saham) blue chips, tapi mereka balik laginya ke harga semua lebih cepat daripada yang small caps,” ucapnya.

Sebenarnya ada faktor kebijakan dalam dan luar negeri yang mempengaruhi penurunan IHSG dalam beberapa waktu terakhir ini. Dari dalam negeri misalnya kenaikan harga BBM, defisit transaksi pembayaran (current account) di Neraca Pembayaran Indonesia (NPI), serta melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS. Untuk mengatasi defisit transaksi berjalan, rencana pemerintah salah satunya adalah mendongkrak produksi biofuel, yakni bahan bakar yang dibuat dari minyak sawit (crude palm oil/CPO) yang jatuhnya lebih murah, untuk mengurangi impor minyak mentah dan BBM.

“Namun kebijakan seperti biofuel ini adalah untuk jangka panjang, padahal pasar menunggu kebijakan yang bisa dirasakan dengan cepat (dalam jangka pendek dan menengah). Mereka malah mau kalau tidak ada kebijakan yang menahan Rupiah, tapi sebaiknya yang dilakukan adalah kebijakan mengatasi defisit current account dalam waktu dekat ini,” paparnya.

Sementara, faktor dari luar negeri adalah kemungkinan adanya quantitative easing (QE) tappering dari Federal Reserve atau The Fed (bank sentral AS). QE 3 yang lalu itu pun yang membuat banyak investor di pasar modal Indonesia yang “lari” ke pasar modal AS. Jumlahnya sekitar Rp105 triliun yang keluar dari pasar modal kita ke sana.

“Untuk QE itu misalnya diperlambat, ada pertanyaan-pertanyaan misalnya jumlahnya berapa, benar tidak akan terjadi, benar tidak AS akan recovery. Kekhawatiran itu sudah sedikit banyak terefleksikan di market. Jadi kalaupun turun lagi, karena ada shock berita yang jelek, itu tidak akan seperti seminggu turun 20% lagi, atau 12% lagi, makanya kalau dibilang buy back (saham) boleh 15% dalam tiga hari, itu sudah tidak akan kejadian lagi,” terangnya.

Tahun 2008 lalu, ujar dia, merupakan waktu terjadinya krisis ekonomi global yang dimulai dari AS, yang mana dalam hal ini yang dibicarakan adalah aset. Aset, dalam pasar modal, bentuknya berupa uang, dan menurutnya ini pasti kembali ke tempatnya semula (Indonesia).

“Karena tidak mungkin aset terkumpul di satu tempat saja. Maka kita lihat saja di 18 September nanti, jadi atau tidak penambahan QE. Kalau tidak jadi, maka tidak akan ada terjadi lagi penarikan dana dari investor, sehingga IHSG bisa ‘terbang’ lagi,” ujarnya yakin. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved