Personal Finance

Schroders: Presiden Baru Harus Bisa Atasi Defisit Transaksi Berjalan

Schroders: Presiden Baru Harus Bisa Atasi Defisit Transaksi Berjalan

Salah satu perusahaan aset manajemen terbesar di Indonesia, PT Schroders Investment Management Indonesia, memprediksikan bahwa pada enam bulan pertama di tahun 2014, keadaan ekonomi Indonesia masih akan tidak menentu. Hal ini ditunjukkan dengan data makro Indonesia yang masih belum menunjukkan perkembangan yang stabil.

Sentimen positif diperkirakan meningkat di semester kedua 2014, karena ada perbaikan dari situasi defisit saat ini, yang merupakan akibat dari perlambatan ekonomi dunia dan melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS. Salah satu hal pendukung perekonomian tahun ini adalah munculnya kandidat Presiden baru dalam Pemilu 2014, yang diharapkan akan mampu mendukung pasar dan melanjutkan agenda reformasi.

Michael Tjoajadi Schroders

“Tahun politik ini akan memberikan kesempatan bagi kita untuk melihat apakah pasar akan terus tumbuh. Kalau Pemilu lancar, kita akan punya Presiden baru, dan yang menjadi tugasnya yang utama adalah bagaimana mengatasi defisit neraca transaksi berjalan, memperbaiki kondisi ekonomi domestik, dan meningkatkan kesejahteraan rakyat,” ujar Michael T. Tjoajadi, CEO Schroders Indonesia.

Indonesia, ungkap Michael, termasuk salah satu dari “Lima Negara yang Rentan” (the fragile five) di emerging market lain, seperti Brazil, India, Turki dan Afrika Selatan. Keempat negara itu juga mengalami defisit pada saat ini. Hal ini ditunjukkan dengan pertumbuhan yang melambat dan melemahnya nilai tukar mata uang mereka.

“Saat ini, Indonesia memiliki dasar perekonomian yang kuat, serta memiliki hutang luar negeri yang lebih sedikit jika dibandingkan dengan tahun 1997. Jadi saat ini perekonomian kita relatif lebih tangguh. Melemahnya nilai tukar mata uang di negara-negara emerging market ini akan melemahkan permintaan domestik, namun ekspor akan menjadi lebih kompetitif dan membaik, sehingga perekonomian negara-negara ini akan kembali meningkat,“ tegasnya.

Menyoal inflasi, pada tahun ini, itu diperkirakan akan lebih terkendali sebagai dampak pencabutan subsidi bahan bakar yang mereda secara perlahan di pertengahan tahun 2014. “Masyarakat telah menyesuaikan diri, sehingga dampak kenaikan bahan bakar subsidi akan mereda ketika kita memasuki tahun ini,” katanya.

Faktor resiko lain untuk perekonomian Indonesia di tahun ini adalah kemungkinan Bank Indonesia (BI) akan meneruskan kebijakan pengetatan. Prioritas BI pada 2014 adalah menurunkan angka defisit ke level yang lebih stabil. Saat ini, BI juga mengharuskan semua bank menurunkan sistem pertumbuhan pinjaman atau kredit dari angka 24%-25% pada awal 2013, menjadi 20% pada akhir 2013, dan 15% pada awal 2014.

“Secara strategi, kami akan tetap waspada untuk enam bulan pertama tahun ini, dan akan mempertahankan level uang tunai, di mana kami juga akan tetap mencari peluang masuk untuk saham dengan fundamental kuat. Secara sektoral, kami akan terus mendukung saham ritel dengan harga kuat. Yaitu saham pada sektor-sektor yang akan menguat pada masa pemilu, seperti saham consumer goods, media, dan perbankan,” paparnya.

Namun, Michael tidak begitu menyarakan investor untuk berinvestasi di saham pertambangan ataupun properti, yang diperkirakan pada tahun ini masih kurang bagus prospeknya. “Ekspor Indonesia masih lemah pada sektor komoditas, khususnya batubara, karena kelebihan pasokan dan kurangnya permintaan. Jadi saham di sektor pertambangan masih kurang baik, kecuali mungkin di akhir tahun nanti. Sedangkan saham properti juga belum bisa dipastikan bagus, karena adanya kondisi bunga naik (akibat pelemahan nilai tukar rupiah), serta aturan loan to value (LTV) dari BI (atau sekarang OJK),” jelasnya.

Dari sisi bisnis, pada akhir kuartal pertama tahun ini Schroders merencanakan akan mengeluarkan produk baru. Produknya masih di sekitar pasar uang, balance, dan equity. “Karena rupiah yang sedang melemah, dan belum tentu akan kembali lagi ke nilai semula dalam waktu cepat. Maka saya sarankan kepada investor untuk melakukan diversifikasi dalam investasinya, yaitu dalam hal instrumen dan currency,” imbuhnya.

Sebagai informasi, dana kelolaan (asset under management/AUM) Schroders Indonesia, per Desember 2013, sebesar Rp 50,16 triliun atau US$ 4,12 miliar. Market share mereka untuk produk reksadana di Indonesia adalah 19,25%. Perusahaan ini juga pernah dianugerahi Asia Asset Management Award 2013 untuk “The Best Fund House”, Investor Award 2010 “The Best Mutual Fund for Equity Fund” untuk kategori asset di atas Rp 1 triliun, Investor Award 2011 “The Best Mutual Fund For Category Balanced Fund”, Asia Asset Management Award 2012 untuk “The Best Islamic Product” dan Investor Award 2013 untuk “The Best Syariah Fund 2013 For Balanced Fund Category” untuk periode satu tahun. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved