Capital Market & Investment

Perusahaan Manajemen Aset Pada 2017 Siap Luncurkan Produk Baru

Perusahaan Manajemen Aset Pada 2017 Siap Luncurkan Produk Baru

Perusahaan manajemen aset bakal menambah produk baru sejalan dengan proyeksi pertumbuhan investor dan pemulihan ekonomi nasional. Perusahaan manajemen aset mengkaji berbagai opsi penambahan produk terbaru di tahun ini, antara lain reksa dana saham, reksa dana pendapatan tetap, reksa dana pasar uang, reksa dana terproteksi, atau reksa dana campuran. Ridwan Soetedja, Presdir PT CIMB Principal Asset Management, mengatakan, pihaknya akan meluncurkan sejumlah produk baru, di antaranya reksa dana terproteksi. “Produk baru yang akan kami luncurkan ada yang produk relaunch dan reksadana terproteksi,” ucap Ridwan di Jakarta, Selasa (17/1/2016).

CIMB-Principal Asset Management akan mengoptipmalkan saluran pemasaran produknya guna meningkatkan jumlah investor serta mempermudah masyarakat berinvestasi di reksa dana. Ridwan menyebutkan CIMB-Principal Asset Management menyalurkan produknya bersama sejumlah mitra yaitu perusahaan sekuritas, bank, dan perusahaan penyedia platform online (bareksa.com, IPOT dan Mandiri Online System Trading/MOST Fund). Rencananya, penambahan produk baru ini akan diluncurkan pada momentum tertentu.

Direksi perusahaan manajemen aset di peluncuran MOST Fund di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, pada Selasa (17/1/2016). (Foto : Vicky Rachman/SWA).

Hal itu juga disampaikan oleh perusahaan manajemen aset lainnya, yaitu PT Eastpring Investment Indonesia. Riki Frindos, Presdir Eastpring Investment Indonesia, mengkaji peluncuran reksa dana terbaru dengan mencermati kondisi pasar dan perekonomian domestik. Dia belum bisa merinci lebih lanjut jenis reksa dana yang akan dirilis perusahaanya itu. “Kami memang berencana menerbitkan produk baru dan mengkaji peluncuran reksa dana terbaru itu dengan mempertimbangkan kajian perusahaan dengan para mitra,” ujar Riki. Total dana kelolaan Eastpring pada 2016 sekitar Rp 59 triliun. Riki menyebutkan pihaknya optimistis dana kelolaan perusahaan akan meningkat di tahun ini. Riki mengemukakan mayoritas investor di Eastpring meminati reksa dana saham

Return Reksa Dana

Adapun, kinerja reksa dana pada 2016 cukup positif seiring dengan pertumbuhan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Merujuk data PT Infovesta Utama, rata-rata kinerja reksa dana saham yang tercermin dalam Infovesta Equity Fund Index pada 30 Desember 2015-30 Desember 2016 tercatat naik 7,70%. Angka ini lebih rendah dari kinerja IHSG yang mencatatkan kenaikan hingga 15,32%. Kemudian, return untuk reksa dana pendapatan tetap di tahun lalu mencapai 8,02%, reksa dana campuran membukukan imbal hasil sebesar 9,29%, reksa dana pasar uang (4,63%) . Adapun, Nilai aktiva bersih (NAB) industri reksa dana sepanjang 2016 naik hingga 26,57% dibandingkan dengan pencapaian 2015. Berdasarkan data Pusat Informasi Reksa Dana Otoritas Jasa Keuangan (OJK), jumlah NAB atau dana kelolaan industri reksa dana pada Desember 2016 mencapai Rp 328,45 triliun, naik 43,28% dibandingkan tahun 2015 senilai Rp 259,49 triliun. Unit penyertaan industri reksa dana melejit 31,63%, atau menjadi 239,55 miliar unit pada 2016 dari 181,99 miliar unit di 2015.

Sejumlah reksa dana saham di tahun 2016 mencatatkan keuntungan lebih dari 40%, yaitu Treasure Fund Super Maxxi yang memberikan return 50,86%, yang disusul Sucorinvest Equity Fund (47,99%), Sucorinvest Sharia Equity Fund (41,18%), SAM Indonesian Equity Fund (39,96%), dan OSO Sustainability Fund (39,311%). Manajer investasi menerapkan jurus tertentu untuk mendongkrak performa reksadana saham, misalnya, mengubah porsi saham yang menjadi aset dasar (underlying asset). Porsi saham unggulan di indeks LQ45 ditambahkan bobotnya menjadi 60% dari kisaran 40-50%. “Kami mencari saham-saham yang likuiditasnya tinggi,” ucap Jemmy Paul Wawointana, Direktur Investasi PT Sucorinvest Asset Management. Perusaahan manajemen aset ini mengelola beberapa produk reksa dana saham, antara lain Sucorinvest Equity Fund dan Sucorinvest Sharia Equity Fund.

Peningkatan harga saham blue chip itu mendongkrak return reksadana saham Sucorinvest Equity Fund. Saham-saham andalan yang menjadi aset dasar terbesar di Sucorinvest Asset Management adalah saham PT Aneka Tambang (Persero) Tbk (ANTM), PT Astra International Tbk (ASII), PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI), PT Gudang Garam Tbk (GGRM), dan PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk (TLKM). Jemmy menjabarkan pihaknya menambah porsi saham-saham LQ45 sebagai aset dasar yang porsinya sekitar 70-75% dari sebelumnya 60%. Penambahan itu dikarenakan melihat gejala pertumbuhan harga saham-saham blue chip yang menunjukkan sinyal-sinya peningkatan pada akhir tahun 2015. “Sejak akhir tahun 2015 kami menyiapkan strategi penambahan porsi saham unggulan di tahun ini,” tukas Jemmy.

Fleksibilitas manajer investasi memilih saham menjadi kunci sukses perusahaan aset manajemen menyabet return tinggi. Resep ini dipraktikkan PT Samuel Aset Manajemen (SAM) untuk mendongkrak imbal hasil SAM Indonesian Equity Fund dan SAM Dana Cerdas yang tahun lalu menghasilkan return cukup tinggi. Agus Basuki Yanuar, Presdir SAM menyebutkan pihaknya rutin menyesuaikan (adjustment) portofolio investasi di setiap kuartal dan rotasi aset. SAM mencomot saham-saham unggulan yang bervaluasi murah namun berprospek gemilang ke depannya. Setelah harga saham itu menyentuh harga wajar, maka SAM akan mengurangi porsi kepemilikan di saham itu dan dipindahkan ke saham blue chip yang harganya sedang terkoreksi. SAM rajin mengkonsolidasikan portofolio setiap akhir September untuk menyongsong investasi di tahun berikutnya. “Kami sejak September tahun 2015 sudah menentukan pilihan saham untuk dijadikan aset dasar pada 2016,” ucap Agus.

Untuk itu, SAM memprioritaskan saham di sektor yang berorientasi pasar domestik, berhubungan erat dengan demografi dan pembangunan infrastruktur. SAM mengoleksi saham-saham unggulan di sektor perbankan, telekomunikasi, barang konsumsi, konstruksi, properti, tembakau, jalan tol, otomotif, dan komoditas. Sejumlah saham yang dipetik manajer investasi SAM adalah PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI), PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN), PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP), PT Gudang Garam Tbk (GGRM), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM), PT Jasa Marga (Persero) Tbk (JSMR), PT Adaro Energy Tbk, PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI), PTBA atau ASII.

Saham-saham ini dikelola 15 manajer investasi SAM yang bertugas mengamati pergerakan harga saham tersebut. Strategi pengelolaan saham, Agus menambahkan, dialokasikan sebesar 70% sebagai portofolio inti dan 30% sebagai return enchancement dengan rotasi aktif antar sektor dan saham. Saham dan sektor yang sudah mencapai harga wajar atau premium dialihkan ke saham yang harganya terkoreksi dan berpropsek cerah. Hasilnya pun kinclong lantaran imbal hasil yang ditorehkan SAM Dana Cerdas dan SAM Indonesian Equity Fund di 2016 yang masing-mencapai return 39,96% dan 33,88%.

Lima aset dasar (top holding) yang menempati porsi tertinggi di SAM Indonesian Equity Fund di 2016 adalah saham Adaro Energy, ASII, BMRI, PT United Tractors Tbk (UNTR) dan TLKM. Agus menyebutkan SAM cenderung mengoleksi mencari saham yang harganya berpeluang naik dan selaras dengan target return. “Kami segera profit taking ketika harga saham yang menjadi aset dasar sudah mendekati target return,” urai Agus sembari menyatakan target imbal hasil yang dibidik sebesar 20%. Salah satu saham yang dilepas SAM adalah PT PP Properti (Persero) Tbk (PPRO). “Kami masuk di PPRO di harga Rp 175 dan keluar ketika harganya naik ke Rp 700,” ungkap Agus. (*)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved