Capital Market & Investment

Presiden Jokowi Inginkan Investor Gencar Berinvestasi

Presiden Joko Widodo didamping para menter di bidang ekonomi. (Foto : Vicky Rachman/SWA).

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan terakhir di tahun 2017 ditutup pada level 6.355 poin, atau rekor tertinggi sepanjang masa Bursa Efek Indonesia (BEI).

Presiden Joko Widodo menutup perdagangan saham tahun 2017 di Gedung BEI, Jakarta. pada Jum’at (29/12/2017). “Hari ini IHSG ditutup di 6.355,65. Ini angka banyak yang nggak nyangka, dulu kalau bisa 6.000 saja kita sudah merasa untung, udah seneng. Kerja keras BEI patut kita apresiasi dan syukuri bersama,” ucap Presiden Joko Widodo. Level IHSG itu menunjukkan pertumbuhan sebesar 19,99% dari awal tahun hingga hari itu (year to date).

Pada perdagangan terakhir di tahun ini sebanyak 222 saham menguat, 149 saham melemah, dan 117 saham lainnya tidak berubah harganya alias stagnan. Volume transaksi saham yang diperdagangkan sekitar 26,05 saham dengan frekuensi transaksi sebanyak 315.201 kali dan nilai perdagangan sebesar Rp 27,92 triliun. Tingginya nilai perdagangan itu ditunjang transaksi crossing atas saham PT Bank Danamon Indonesia Tbk (BDMN) di pasar negosiasi senilai Rp 15,8 triliun. Mayoritas indeks sektoral saham tercatat tumbuh, sektor pertambangan yang turun 0,65% dan sektor perdagangan melemah 0,49%. Sektor yang naik paling tinggi adalah aneka industri sebesar 2,77%, infrastruktur 1,3%, dan sektor manufaktur 1,22%.

Menyinggung peluang investasi di tahun depan, Presiden Joko Widodo,mengajak semua pihak untuk bersikap optimistis menatap tahun 2018, meski di tahun itu bakal diselenggarakan pemilihan kepala daerah (pilkada) serentak. “Yang politik silahkan berpolitik, mari kita garap bersama-sama urusan ekonomi,” ujarnya. Dia menghimbau investor untuk tidak ragu-ragu berinvestasi di Indonesia dan tidak selalu mengambil sikap wait and see agar tidak kehilangan momentum untuk memperoleh peluang berinvestasi. ‎”Angka-angkanya sudah bagus, kemudian lembaga-lembaga rating sudah memberikan penilaian (positif), ease of doing bussiness kita juga melompat tinggi, inflasi juga baik di bawah 4%, terus apa lagi? Saya harus ngomong apa? Kalau investornya wait and see,” papar presiden yang akrab disapa Jokowi ini.

Pada kesempatan terpisah, Kiswoyo Adi Joe, analis pasar modal PT Recapital Sekuritas Indonesia mengatakan, setiap kali penyelenggaraan Pilkada (Pemilihan Kepala Daerah) atau Pemilihan Presiden, putaran uang di masyarakat akan bergerak lebih banyak dibandingkan bulan biasa. “Otomatis roda perekonomian akan berputar lebih cepat,” ujar Kiswoyo dalam risetnya mengenai prospek pasar saham di 2018.

Efek pilkada terhadap bursa saham akan terlihat di saham sektor barang konsumsi dan media. “Sedangkan saham perbankan sebagai penyokong kegiatan ekonomi juga akan terkena dampak tidak langsung,” ujar Kiswoyo.

Saham konsumsi, lanjut Kiswoyo, yang menarik untuk dicermati adalah saham PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR), PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP), dan PT Nippon Indosari Corpindo Tbk (ROTI).

Lalu, saham media adalah PT Media Nusantara Citra Tbk (MNCN) dan PT Surya Citra Media Tbk (SCMA), disusul saham perbankan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI). Sejumlah saham lainnya, kata Kiswoyo, juga menarik untuk dikoleksi, antara lain saham PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) dan PT Astra International Tbk (ASII).

Adapun, BEI sepanjang tahun 2017 mencatat sejumlah rekor, diantaranya jumlah investor dalam dua tahun terakhir ini meningkat 44% atau menjadi 1,12 juta investor, diikuti peningkatan nilai investasi investor domestik yang mencapai Rp 340 triliun di sepanjang tahun ini dan sebanyak 37 perusahaan melakukan pencatatan perdana saham (initial public offering/IPO).

Tito Sulistio, Direktur Utama BEI, mengatakan jumlah perusahaan yang IPO di tahun ini merupakan yang tertinggi di BEi dalam 23 tahun terakhir. “Serta terbanyak di antara negara di Asia Tenggara,” ujar Tito. Aktvitas perdagangan di BEI juga mengalami peningkatan yang tercermin dari kenaikan frekuensi perdagangan yang tumbuh hampir 20% sehingga likuiditas perdagangan saham BEI lebih likuid diantara bursa lainnya di Asia.

www.Swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved