Wabah Covid-19 yang menyebar luas ke seluruh belahan dunia membuat kondisi ekonomi dunia terpuruk, tak terkecuali Indonesia. Imbasnya, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), di awal pembukaan perdagangan hari ini (29/03/2020) kembali terkoreksi 4,66% setelah berhasil menguat 4,76 persen ke level 4.545,57 pada perdagangan akhir pekan lalu.

Rhenald Kasali, Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia mengungkapkan harga saham sudah turun di luar fundamental. Ia menjelaskan, IHSG turun sekitar 30% sejak dua orang dinyatakan positif corona di Indonesia. Menurutnya, ini yang membuat harga saham 30% lebih murah bukan dikarenakan fundamental bisnis atapun perhitungan ekonomi melainkankarena kehilangan confidence.

“Menurut hemat saya, ketika harga saham sedang murah, sebetulnya ini kesempatan bagi kita untuk membeli dengan syarat dan ketentuan yang berlaku tentunya. Terutama pada saham-saham yang blue chip, governance-nya baik, bukan saham-saham gorengan,” jelasnya ketika dihubungi SWA Online.

Ia menyarankan kepada investor, ketika berada di situasi pandemik ini tidak berinvestasi saham dalam jangka pendek, tetapi jangka panjang. “Jika mereka memiliki perspektif jangka panjang, saham-saham yang mengalami penurunan drastis kemungkinan akan kembali menguat beberapa tahun ke depan, tetapi jika shot term, mereka merasa rugi karena sahamnya turun kemudian dijual, maka mereka akan rugi,” tuturnya.

Hans Kwee, Direktur Anugerah Mega Investama mengatakan saham-saham yang masih menarik berada pada sector perbankan dan consumer. Ia merekomendasikan saham-saham yang dapat dicermati oleh investor yaitu TLKM, INDF, ICBP, UNVR, BBCA, BMRI, BBRI, BBNI, MYOR.

“Menurut saya untuk sektor penerbangan dan pariwisata dihindari terlebih dahulu, sementara untuk komoditi mulai naik karena china keluar dari lockdown,” ujarnya ketika dihubungi SWA Online pada 28/03/2020.

Editor : Eva Martha Rahayu

www.swa.co.id