Capital Market & Investment

Rencana Sritex Perbesar Porsi Ekspor

Rencana Sritex Perbesar Porsi Ekspor

PT Sri Rejeki Isman Tbk atau Sritex memperbesar porsi pasar ekspor untuk menopang kinerja perusahaan. Kontribusi penjualan ekspor perseroan di kuartal I/2017 menjadi 53% dari total penjualan selama dari sebelumya 49 persen di kuartal I tahun lalu.

Perusahaan yang sahamnya berkode SRIL ini pada kuartal I/2017 mencatatkan pertumbuhan penjualan sebesar 6,82%, menjadi US$ 180,18 juta. Laba periode berjalan yang dapat diatribusikan ke pemilik entitas induk sebesar 7,78%, menjadi US$17,72 juta dari US$ 16,44 juta.

Porsi ekspor di tahun lalu kian besar yaitu 52%, atau US$ 357 juta dari total penjualan. Iwan Setiawan Lukminto, Dirut Sritex, mengemukakan strategi perusahaan meningkatkan porsi ekspor “Dengan bertambahnya kapastitas produksi maka di tahun 2017, kami menargetkan penjualan ekspor bisa berkontribusi sampai 56% dari total penjualan,” ujarnya di Jakarta beberapa waktu lalu.

Wakil Dirut Sritex Iwan Kurniawan Lukminto menambahkan, porsi penjualan ekspor mencapai 53% dari total penjualan di kuartal I/2017. “Tahun lalu itu porsi ekspor 49%, di bawah domestik. Saat ini kami targetkan porsi ekspor meningkat menjadi 55-56%,” jelas Wawan sapaan akrabnya Iwan Kurniawan.

Wawan menambahkan, perusahaan juga akan mengembangkan penjualan ekspor ke Amerika Serikat (AS) dan kawasan Eropa karena dinilai sebagai pasar yang strategis. Sritex optimistis rencana perusahaan memperbesar pasar ekspor ditunjang oleh kebijakan Amerika Serikat yang mengumumkan keluar dari kemitraan Trans Pasifik (TPP). Iwan Kurniawan mengatakan kebijakan AS itu membuka peluang selebar-lebarnya bagi Sritex atau industri tekstil di Indonesia untuk bersaing dengan Vietnam yang selama ini diuntungkan oleh TPP. SRIL juga berencana meningkatkan penjualan seragam militer untuk Pakta Pertahanan Atlantik Utara atau NATO sebesar 8-10% di tahun ini. Porsi penjualan ekspor Sritex hingga akhir tahun lalu sebesar 52 persen. Sementara, pada kuartal I 2017 naik tipis menjadi 53%.

Selain itu, salah satu strategi perusahaan memperbesar porsi ekspor adalah meningkatkan produksi di pabri finishing terbaru di di Sukoharjo, Jawa Tengah. Pabrik tersebut memiliki kapasitas 120 juta yards per tahun. Direktur Keuangan Sritex Allan Moran Severino mengatakan, jika ditambah dengan kapasitas pabrik yang ada saat ini maka produksi produk finishing naik menjadi 240 juta yards.

“Tapi pabrik ini baru selesai tahun ini, jadi kenaikan kapasitasnya belum kelihatan. Jadi rata-rata tahun ini mungkin kenaikannya 40% dari 120 juta. Tapi nanti di 2018 sudah sampai 240 juta,” ucap Allan,

Perseroan akan menyerap produk finishing dan garmen. Namun Sritex yakin penjualan di produk akhir (end product) bisa meningkat. Oleh karena itu perseroan yakin kehadiran pabrik tersebut bisa meningkatkan porsi ekspor.”Jadi ke depannya penjualan benang akan turun, penjualan kain putih juga akan turun. Kalau bicara benang value added-nya lebih kecil, jadi kita harus meningkat ke kain jadi dan garmen. Karena itu yang diserap pasar internasional,” imbuhnya.

Keberadaan pabrik baru itu akan membuat SRIL lebih mudah memproduksi barang dengan nilai tambah atau value added lantaran inovasi produknya memberikan nilai tambah yang tinggi kepada konsumen . “Kalau pasar ekspor itu lebih menyukai barang dengan value added,” tambah Wawan.

Perseroan menambah portofolio produk untuk memasok produk yang diinginkan konsumen internasional, yakni tas, ransel, sleeping bag, sarung tangan, tenda, IPP set (Integrated Personal Protection set) yang digunakan oleh tentara khusus. SRIL juga merancang produk pakaian CBRN (chemical, biological, radiation and nuclear) dan juga pakaian anti-stain yang digunakan oleh juru masak serta produk-produk lainnya. SRIL membagikan dividen sebesar Rp 55,78 miliar yang diambil dari laba bersih perseroan di 2016 sebesar US$ 59,37 juta atau setara Rp 771,81 miliar. (*)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved