Capital Market & Investment

Sebaiknya Investor Ambil Langkah Konservatif

Sebaiknya Investor Ambil Langkah Konservatif

ilustrasi pasar saham (foto: centralfutures.com)

ilustrasi pasar saham (foto: centralfutures.com)

Banyak kekhawatiran muncul dari para investor dalam menilai pasar Indonesia. Penyebabnya antara lain aksi jual beli asing pada 29 Mei 2016 dengan nilai transaksi sebesar US$ 483,3 juta yang berakibat pada penekanan indeks. Padahal sampai 31 Maret 2016 asing masih melakukan pembelian sebesar US$ 488,8 juta.

Menurut Teye Shim, Head of Research dari KDB Daewoo Securities aksi jual asing tersebut bersifat sementara. Hal tersebut disebabkan oleh tingginya bunga 10 tahun obligasi Jeman dan penguatan terhadap EUR, bukan fundamental/aksi jual struktural. “Baru-baru ini 10 tahun obligasi Jerman meningkat dari 0.0075% pada 20 April menjadi 0,724% pada 13 Mei. Lalu dikombinasikan dengan penguatan EUR terhadap US$ sebanyak 9,1% dari EUR 1,05 pada 15 Maret menjadi EUR 1,15 pada bulan 15 Mei. Hal tersebut yang mengakibatkan potensi penjualan meningkatkan volatilitas pasar,” ujar Teye Shim pada pada awak media di Jakarta.

Selain penjualan asing, kenaikan tajam di pasar saham Cina juga menjadi kekhawatiran tersendiri bahwa EM (emerging market) sudah mahal. Analis asal Korea tersebut berpendapat hanya dalam waktu 4 bulan valuasi Shanghai Composite Index melonjak dari 7,66 X P/E pada januari 2015 menjadi 18,36x pada Mei 2015. Untuk pertama kalinya sejak tahun 2008, Indeks Shanghai Composite telah mencapai level 5.000 pt. Hal tersebut didorong oleh pinjaman marjin individu pada 27 Mei melebihi US$ 322 miliar atau 5 kali lebih tinggi dari tahun sebelumnya.

Kenaikan tersebut juga dikhawatirkan Taye akan memengaruhi pasar saham EM bahwa ekuitas EM tidak lagi murah termasuk Indonesia. Dengan segala permasalah ekonomi yang ada di Indonesia, mulai dari tingkat suku bunga, inflasi dan nilai tukar FX. Taye masih yakin ekonomi Indonesia memiliki daya tarik fundamental bagi investor untuk angka yang lebih panjang.

“Namun pada valuasi saat ini, kami berpendapat bahwa pasar saham Indonesia layak untuk diperdagangkan pada premium melihat dari profil pertumbuhan yang kuat walaupun kita menganggap pendapatan perusahaan yang akan direvisi turun ke level terendah dari rata-rata historis 5 tahun sebesar 15,6% di tahun 2015,” ujar Taye lagi.

Dengan melihat kondisi tersebut, Taye menyarankan investor untuk mengambil langkah konservatif untuk dalam waktu dekat ini dan merotasi ke saham yang bervaluasi rendah agar mendapatkan gain yang tinggi. Sedangkan untuk perspektif taktis jangka pendek, Taye menyarankan investor untuk mengurangi ekposur terhadap ekuitas karena melihat pada faktor sentimen investor yang masih lemah karena risiko yang mningkat, indikator makro yang tidak menguntungkan ekonomi dan pertumbuhan pendapatan perusahaan serta tingginya volatilitas pasar.


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved