Financial Report Capital Market & Investment

Strategi BNI Cetak Laba Rp5 Triliun Saat Pandemi

Direktur Utama BNI Royke Tumilaar (ke-3 dari kiri)

PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk memperkuat fundamental bisnisnya melalui BNI Corporate Transformation yang mulai menunjukkan hasil positif sebagai modal dalam menghadapi tantangan dan persaingan pada industri keuangan, sesuai dengan hasil laporan keuangan posisi Semester I /2021 yang telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik. Perseroan menghasilkan Pre-Provisioning Operating Profit (PPOP) yang terus tumbuh dalam 5 kuartal terakhir, di mana pada Semester I /2021 mencapai puncaknya dengan pertumbuhan 24,4 % secara year on year (YoY) atau sebesar Rp 16,1 triliun.

PPOP yang solid tersebut ditopang oleh kuatnya pertumbuhan Pendapatan Bunga Bersih (NII) sebesar 18,2% secara YoY atau mencapai Rp 19,3 triliun. Ini merupakan dampak dari pertumbuhan kredit sebesar 4,5% secara YoY, sehingga total kredit BNI mencapai Rp 569,7 triliun pada posisi Juni 2021. PPOP juga didukung oleh pertumbuhan Pendapatan Non Bunga sebesar 19,2% secara YoY atau Rp 6,8 triliun, yang dihasilkan dari Fee Based Income yang kuat, baik dari: (i) pengelolaan rekening dan kartu debit, (ii) ATM dan kanal layanan elektronik, (iii) trade finance, serta (iv) marketable securities.

“Laba bersih meningkat 12,8% secara YoY atau sebesar Rp 5,0 triliun pada Semester I/2021, menyusul pencadangan yang terus diperkuat menjadi 215,3% sebagai antisipasi dalam menghadapi potensi risiko kredit ke depan,” ujar Direktur Utama BNI Royke Tumilaar dalam keterangan tertulis (17/8/2021).

Royke menyebut, BNI mencatatkan penyaluran kredit yang sehat dengan didominasi oleh sektor-sektor usaha prospektif dengan risiko rendah, baik pada segmen Business Banking maupun Consumer Banking. Kredit pada Segmen Business Banking mencapai Rp 475,6 triliun atau tumbuh 3,5% secara YoY. Pertumbuhan tertinggi berada pada segmen small business sebesar 20,6% YoY dengan baki debet mencapai Rp 91 triliun, diikuti Corporate Private sebesar 7,9% YoY dengan Baki Debet mencapai Rp 179,1 triliun.

Adapun kredit pada segmen Consumer Banking mencatatkan pertumbuhan sebesar 10,4% secara YoY atau mencapai Rp 92,8 triliun. Kredit Tanpa Agunan yang berbasis payroll mencatat pertumbuhan 19,6% secara YoY atau sebesar Rp 32,7 triliun, dan disusul oleh kredit pemilikan rumah yang tumbuh 6,3% YoY atau Rp 47,6 triliun. Pertumbuhan kredit consumer juga dapat mengindikasikan mulai bergairahnya konsumsi masyarakat yang menopang pertumbuhan PDB Nasional.

Sejalan dengan mandat pemegang saham kepada perseroan untuk fokus menjadi bank dengan kapabilitas internasional yang unggul, selama Semester I/2021 juga tercermin dari kontribusi bisnis terkait pada pendapatan perseroan.

Fee based income yang bersumber dari surat berharga tercatat tumbuh 115,4% YoY atau mencapai Rp 1 triliun. Begitu juga dengan Fee Based Income yang bersumber dari layanan Trade Finance, tumbuh 20,4% YoY atau mencapai Rp 732 miliar.

Kredit yang disalurkan secara selektif hanya pada debitur berkualitas tersebut ditopang oleh Dana Pihak Ketiga (DPK) yang tumbuh 4,5% YoY atau sebesar Rp 646,6 triliun, dimana dana murah atau CASA yang terhimpun semakin kuat. Rasio CASA pada Juni 2021 tercatat mencapai 69,6% atau tertinggi dalam 10 tahun terakhir ini, yaitu sebesar Rp 450,1 triliun atau tumbuh 11,5% YoY dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Pertumbuhan DPK ini menjadi penyangga pertumbuhan aset sebesar 5,0% YoY atau mencapai Rp 875,1 triliun.

Pertumbuhan aset yang didominasi oleh dana murah ini merupakan salah satu pencapaian transformasi digital yang gencar dilakukan BNI dan telah mulai menunjukkan hasil di mana 70% dari CASA yang dihimpun merupakan kontribusi dari kinerja BNI Direct dan BNI Mobile Banking.

Bagaimana dengan transformasi digital? Transformasi digital yang dilakukan oleh BNI memiliki kekhasan yang tidak dimiliki oleh sebagian besar bank yang kini tengah berusaha memasuki dunia perbankan digital. BNI mengombinasikan dua dunia pada layanan perbankan yang saat ini ada, yaitu konvensional bank dan industri financial technology.

Menurut Royke, sebagai bank konvensional, BNI kini memiliki akses ke public funding, memiliki nasabah loyal, telah mengembangkan produk dan jasa keuangan, setiap simpanan dijamin sesuai dengan aturan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), dan memiliki ruang untuk terus menurunkan cost of fund, di mana pada Kuartal II/ 2021 menjadi 1,6%. BNI juga melakukan kolaborasi dengan fintech yang tangkas dalam beradaptasi terhadap perubahan baru, menguasai ekosistem berbasis online, mampu beroperasi dengan biaya yang efisien dan dapat diautomatisasi, serta sangat akrab dengan layanan yang diharapkan oleh kaum milenial.

Perpaduan tersebut menjadikan BNI sebagai pemimpin dalam layanan ekosistem perbankan terbuka atau API, di mana hingga Juni 2021 sudah membuahkan 283 jenis layanan, atau terbanyak dibandingkan bank – bank lain, dan digunakan oleh 3.000 klien, termasuk perusahaan fintech maupun e-commerce.

Selain BNI Open API, BNI juga mengembangkan Layanan Cash Management melalui BNI Direct, serta Financial Supply Chain Management yang sama – sama dapat digunakan untuk melayani nasabah perusahaan, bisnis, fintech dan e-commerce. Layanan digital unggulan ini banyak disukai karena memberikan manfaat pengelolaan keuangan yang lengkap, mulai dari payment management; collection management; liquidity management; hingga penyajian informasi rekening, dan pelaporan. Ragam manfaat ini mendorong pertumbuhan jumlah pengguna sebesar 16,4% year on year atau sebanyak 68.229 perusahaan pada Juni 2021, nilai transaksi yang meningkat 10,8% year on year atau senilai Rp 2.030 triliun, dan jumlah transaksi yang juga tumbuh 175,6% year on year menjadi sebanyak 214 juta transaksi.

Produk digital unggulan lainnya adalah BNI Mobile Banking yang tumbuh sangat pesat menjadi layanan pilihan utama nasabah ritel. Indikasinya terlihat pada jumlah pengguna yang meningkat 56,8% YoY atau sebanyak 9,29 juta menyusul pandemi yang mendorong orang untuk membatasi aktivitasnya di luar rumah, work from home, serta bertransaksi secara online. Demikian juga dengan nilai transaksi yang meningkat 31,8% YoY atau sebesar Rp 287 triliun. Begitu juga dengan jumlah transaksi yang meningkat 54,2% YoY atau sebanyak 204 juta transaksi.

BNI mendapatkan amanat dari Kementerian BUMN untuk menjadi bank internasional asal Indonesia yang dapat mendorong pelaku usaha dalam negeri mengakses pasar global melalui penguatan peran kantor – kantor cabang luar negeri. BNI juga menyiapkan sebuah solusi terintegrasi bagi pelaku UMKM dengan membentuk Xpora, yang dapat dijadikan sebagai sarana bagi UMKM untuk naik kelas tahap demi tahap mulai dari menjadi produktif (Go Productive), lalu sanggup memanfaatkan fasilitas digital (Go Digital), hingga siap untuk menembus pasar internasional (Go Global).

Dengan pola pembinaan yang lengkap tersebut, Xpora diharapkan akan menjadi solusi dari hambatan – hambatan (debottlenecking) yang selama ini dialami oleh UMKM, yang sedang merintis usaha atau yang sedang memperluas pasar ke luar negeri. Xpora juga disiapkan untuk memberikan solusi keuangan yang terintegrasi, lengkap, dan akan menjadi terobosan unik pertama di Indonesia.

Xpora akan menjadi Orkestrator Ekosistem UMKM yang akan mempertemukan UMKM di dalam negeri dengan calon buyer internasional. BNI menyiapkan Xpora di 7 kota dengan memaksimalkan lokasi – lokasi terbaik di kantor cabang BNI, yaitu di Jakarta, Solo, Bandung, Denpasar, Surabaya, Medan, dan Makassar.

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved