Capital Market & Investment

Strategi Mitratel Mendominasi Industri Menara Telekomunikasi

(tengah) Direktur Utama Mitratel, Theodorus Ardi Hartoko bersama jajaran Direksi MTEL. (Foto : Vicky Rachman/SWA).

PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) atau Mitratel berupaya menjaga pertumbuhan kinerja bisnis yang kuat dan berkelanjutan. Hal ini seiring keberhasilan manajemen meletakkan fundamental keuangan yang sehat dan kuat berupa pertumbuhan triple double digit, arus kas yang kuat dan sehat, eksposur utang yang rendah, serta serangkaian akuisisi menara dan fiber optik yang telah dilakukan sepanjang tahun 2022, telah berhasil membuka ruang pertumbuhan yang semakin besar ke depannya.

Direktur Utama Mitratel Theodorus ‘Teddy’ Ardi Hartoko menyampaikan Mitratel berhasil melewati tahun 2022 dengan fundamental keuangan yang tetap kuat, terlihat dari pertumbuhan triple double-digit. “Pendapatan tumbuh 12,5%, EBITDA 18,5% dan laba bersih tumbuh sebesar 29,3% serta mencatatkan laba bersih Rp 1,79 triliun. Dengan adanya kepemilikan aset menara terbesar di Asia Tenggara, kami optimistis dapat terus menjaga pertumbuhan kinerja yang kuat di tengah tantangan perekonomian global yang dinamis,” jelas Teddy di Gianyar, Bali seperti dikutip SWA Online pada Kamis (23/03/2023).

Lebih lanjut, Teddy menambahkan, Mitratel juga memiliki eksposur utang yang rendah, terlihat dari rasio debt to equity yang hanya 0,45 kali. Hal ini membuat perseroan terhindari dari beban bunga dan risiko pinjaman yang tinggi di tengah kondisi perekonomian yang sedang mengalami tren kenaikan suku bunga rupiah dan dolar AS.

Apalagi, lanjut Teddy, seluruh utang pada 2022 merupakan pinjaman bersih tanpa agunan, dengan rata-rata maturitas (jatuh tempo) 5,5 tahun. Dampak dari aksi akuisisi, telah berhasil menambah penguasaan aset menara Mitratel menjadi 35.418 unit. Hal ini juga berdampak terhadap peningkatan porsi dari penyewaan menara (tower leasing) dari 79% atau Rp 5,4 triliun menjadi 82% atau setara Rp 6,37 triliun dengan EBITDA margin 85%.

Teddy menjabarkan selama tahun lalu, Mitratel telah menempuh strategi pertumbuhan organik dan inorganik. Pertumbuhan organik dilakukan dengan menambah 6 ribu aset menara (2 ribu diantaranya menghasilkan pendapatan kolokasi) membangun produk baru berupa jaringan fiber to tower sepanjang 10 ribu km, senilai Rp 2,9 triliun. Sementara itu, pertumbuhan inorganik dilakukan dengan mengakuisisi lebih dari 6 ribu aset menara dan fiber optik (6 ribu km karena telah berhasil diakuisisi) dengan total investasi Rp 9,3 triliun.

Adapun pendanaan tersebut bersumber dari penggalangan dana IPO oleh Mitratel di tahun 2021. Teddy, yang terpilih menjadi Ketua ASPIMTEL (Asosiasi Pengembangan Infrastruktur Menara Telekomunikasi), meyakini bisnis menara di Indonesia masih memiliki ruang pertumbuhan yang tinggi.

Hal ini didasari beberapa faktor seperti rasio densitas menara terhadap penduduk yang masih sangat rendah dan penetrasi 5G yang akan mencapai 27% pada tahun 2025 akan mendorong penguatan kebutuhan jaringan fiber optik. “Kami juga melihat potensi pertumbuhan yang tinggi akan datang dari para operator selular seiring kebutuhan ekspansi mereka ke luar Pulau Jawa,” jelas Teddy.

Selama tahun lalu Mitratel berhasil menerima pesanan jaringan fiber optik sepanjang 25 ribu km atau setara 30% dari total fiber rollout operator telekomunikasi (mobile network operator/MNO). Dengan tambahan akuisisi 6 ribu km jaringan fiber optic itu maka Mitratel telah memiliki aset jaringan fiber optik sepanjang 16.641 km dan akan terus dibangun dan diperluas.

Strategi 2023

Untuk tahun ini, Teddy memaparkan, fokus utama adalah memonetisasi aset menara untuk menambah tenant yang terus dilakukan guna meningkatkan pertumbuhan bisnis yang tinggi di atas rata-rata industri. Fokus kedua adalah menjaga dominasi atas pemenuhan rollout MNO dan penyediaan bisnis pendukung lainnya sehingga menjadi pemimpin pasar yang kuat serta fokus terakhir adalah melakukan proses transformasi digital melalui peningkatan infrastruktur digital, perampungan aplikasi inti dan pengembangan sistem keamanan.

Pertumbuhan pendapatan pada tahun ini ditargetkan tumbuh sebesar 11%, jauh lebih tinggi dari industri yang diperkirakan tumbuh sekitar 4%. Selain itu Mitratel juga tetap menjalankan strategi pertumbuhan bisnis organik dan inorganik berupa penambahan 4 ribu tenant dan mengakuisisi 1,5 ribu aset menara serta membangun jaringan fiber optik sepanjang 13 ribu km dengan total belanja modal dianggarkan sekitar Rp 7 triliun.

Swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved