Financial Report Capital Market & Investment zkumparan

TBIG Bukukan Pendapatan Rp 4,69 Miliar di 2019

Perusahaan penyedia infrastruktur telekomunikasi, PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) mencatatkan pendapatan sebesar Rp 4,69 miliar pada 2019. Angka ini naik 8,81% dibanding pendapatan tahun 2018 yang sebesar Rp 4,32 triliun.

Per 31 Desember 2019, TBIG memiliki 28.740 penyewaan dan 15.589 site telekomunikasi. Site telekomunikasi terdiri dari 15.473 menara telekomunikasi dan 116 jaringan DAS. Dengan total penyewaan pada menara telekomunikasi sebanyak 28.624, maka rasio kolokasi (tenancy ratio) perseroan menjadi 1,85.

Hardi Wijaya Liong, CEO TBIG, mengatakan, pihaknya menambahkan 3.546 penyewaan gross yang terdiri dari 593 site telekomunikasi dan 2.953 kolokasi. Hal ini menyebabkan pertumbuhan yang signifikan untuk tenancy ratio menjadi 1,85x dari 1,69x pada akhir 2018.

“Seiring dengan pelanggan telekomunikasi kami terus menambah kapasitas pada jaringan 3G/4G mereka, kami berharap untuk terus menerima pesanan yang kuat untuk kolokasi dan pembangunan baru,” ujar Hardi.

Sementara total pinjaman (debt) perseroan, di mana pinjaman dalam Dollar Amerika yang telah dilindung nilai diukur dengan menggunakan kurs lindung nilainya sebesar Rp 21,785 miliar dan total pinjaman senior (gross senior debt) sebesar Rp 14,473 miliar. Dengan saldo kas yang mencapai Rp 525 miliar, maka total pinjaman bersih (net debt) menjadi Rp 21,260 miliar dan total pinjaman senior bersih (net senior debt) Perseroan menjadi Rp 13,948 miliar.

Rasio pinjaman senior bersih (net senior debt) terhadap EBITDA triwulan keempat 2019 yang disetahunkan adalah 3,3x, dan rasio pinjaman bersih (net debt) terhadap EBITDA triwulan keempat yang disetahunkan adalah 5,0x. “Kami masih memiliki ruang untuk menggunakan pinjaman tambahan berdasarkan covenant yang disyaratkan oleh fasilitas bank dan surat utang kami,” tambah Hardi.

Perseroan juga memiliki profil likuiditas yang kuat dengan profil jatuh tempo hutang pada akhir. Perseroan berhasil mengakses pasar obligasi USD dan IDR baru-baru ini. TBIG menerbitkan obligasi 5 tahun US$ 350 juta pada Januari yang lalu serta obligasi Rp 1,5 triliun awal minggu ini.

“Dalam 12 bulan ke depan, kami akan membayar seluruh obligasi Rupiah sebesar Rp 2,15 triliun dengan menggunakan arus kas operasional yang kuat serta Fasilitas Kredit Revolving yang kami miliki,” ujar Helmy Yusman Santoso, CFO TBIG.

Helmy menambahkan, perseroan juga telah melakukan lindung nilai atas pinjaman US$ sejak 2010 dan terus mempertahankan strategi konservatif untuk meminimalkan risiko mata uang asing. Instrumen lindung nilai derivatif yang dimiliki adalah lindung nilai pinjaman yang sesuai dengan jatuh tempo pinjaman tersebut.

“Strategi lindung nilai kami yang hati-hati telah terbukti sangat efektif dan melindungi TBIG dari tantangan baru-baru ini yang dihadapi oleh mata uang Rupiah, dan mata uang negara berkembang lainnya. Lindung nilai kami terus tetap efektif,” jelasnya.

Editor : Eva Martha Rahayu

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved