CEO Interview Editor's Choice

Adji Gunawan Bawa JAS Tumbuh Hampir 15%

Adji Gunawan Bawa JAS Tumbuh Hampir 15%

Adji Gunawan menjabat sebagai Presiden Direktur PT Jasa Angkasa Semesta, Tbk (JAS) sejak tahun 2012. Di pengujung 2014, pria kelahiran 17 Oktober 1957 ini mampu meningkatkan bisnis JAS hingga double digit, di bawah 15%. Pertumbuhan tersebut termasuk angka yang fantastis mengingat rata-rata pertumbuhan di sektor ini adalah single digit. Dengan memfokuskan pada sumber daya manusia, pria lulusan Fakultas Teknik Elektro Universitas Pancasila, Jakarta ini, melayani 40-50 airlines yang didominasi oleh penerbangan luar negeri.

Berikut pemaparan lengkap Adji, saat dijumpai di acara Indonesia Best Corporate Transformation Awards 2014, kepada reporter SWA Online Destiwati Sitanggang

Adji Gunawan - President Director PT Jasa Angkasa, Tbk

Adji Gunawan – Presiden Direktur PT Jasa Angkasa, Tbk

Apa saja yang dikelola JAS saat ini?

Saat ini kami memiliki terminal handling, cargo handling, warehouse, airport special assistant (ASA), dan juga kami mengoperasikan lounge. Karena kami bergerak di bidang hospitality services, khususnya jasa pendukung bandara.

Apa hambatan terbesar bergerak dalam bidang ini?

Kalau hambatan besar dari sisi infrastruktur bandara. Sekarang ini, kalau Anda menjadi penumpang, pasti merasakan antri yang lama dan sebagainya. Itu memberikan pengaruh kepada kami, di mana kami harus memobilisasi orang dan peralatan kami, dari satu tempat ke tempat yang lainnya dan itu tingkat kepadatan di efron luar biasa. Ketika terjadi perluasan di di Bandara Soekarno – Hatta dan efronnya juga diperluas, itu sangat membantu kami, karena faktanya memang banyak sekali pesawat-peswaat yang ‘parkir’. Kami berharap ada peningkatan, perluasan fasilitas sehingga kami dapat memberikan pelayanan yang lebih baik.

Lalu, bagaimana cara Anda menyikapi hal tersebut?

Ada kebijakan yang kami lakukan. Kalau yang internal, kami mencoba untuk seefisien mungkin untuk mobilasasi. Jadi, perjalanan dari satu titik ke titik yang lain kami persingkat, kemudian deployment dari orang kami coba lakukan secermat mungkin. Jadi tidak perlu ada orang yang menganggur dalam menangani penerbangan berikutnya. Kami juga menuntut orang kami untuk multiskill, jadi ketika dia sudah berada di situ, selesai menjadi checking agent dan ditutup, dia akan lari dan menjadi gate observer di sana.

Bagaimana proyeksi bisnis ini ke depan?

Hal ini bisa dilihat dari traffic dan banyaknya penumpang pesawat yang ada, itu kan bertumbuh. Sekarang, apakah infrastruktur yang ada di daerah bisa mengimbangi atau tidak. Kebanyakan klien kami adalah internasional airlines atau operator asing, jadi mereka kadang memilih lokasi yang ingin mereka masuki. Kadang mereka juga berkonsultasi dengan kami, meminta rekomendasi dari kami, walaupu mereka secara internal juga melakukan studi sendiri.

Apa amunisi yang JAS miliki dalam bergerak di sektor ini?

Kami sudah ada selama 30 tahun. Kami sudah punya nama dan kami juga sudah sertifikasi internasional yaitu ISAGO, yaitu IATA Safety Audit for Ground Operations.

Kelebihan layanan apa yang JAS miliki?

Kami perusahaan jasa, jadi pelanggan kami ada airliners dan kami melayani B2B. Jadi, klien kami itu sudah memiliki demand dengan standar internasional, sehingga tentunya mereka akan memilih mana yang dapat melayani mereka. Sekarang kami juga sedang merancang services untuk ritel, ASA, Airport Services Assistants. Itu adalah terobosan baru kami untuk menembus ritel, karena pada akhirnya kami juga harus melayani penumpang, karena demand dari penumpang sendiri banyak.

Seperti apa terobosan baru tersebut?

Contohnya, jika ada rekan yang baru pertama kali datang dari luar negeri, maka kami akan meng-assist dia, seperti di bes cukai, jadi mereka tidak perlu pusing lagi. Jadi, taunya mereka, sudah dijemput dan diantar ke hotel.

Siapa yang Anda lirik dengan terobosan ini?

Kami melihat bahwa banyak businessman atau bankers yang sering bolak-balik Jakarta – Singapura, mereka sudah tidak ingin mengantri untuk barang dan sebagainya. Nah itu juga salah satu pangsa yang kami sasar juga.

Dengan kiprah selama 30 tahun, apa yan Anda lakukan untuk ‘menjaga’ klien Anda?

Kami memiliki SLA, Services Level Agreement, istilahnya, need or beat, artinya kami harus selalu di atas. Faktanya, ada klien sampai saat ini masih bersama kami. Itu selama 30 tahun lho. Itu bukan masa yang singkat. Seperti Singapore Airlines, Cathay Pacific, Lutfhansa, Saudi Arabi dan mereka ada klien yang tidak menerima komplain sedikitpun dari penumpang mereka.

Sejak kapan Anda menjadi pemimpin di JAS?

Sejak 2012

Hal besar apa yang pernah Anda lakukan selama memimpin JAS?

Selama saya menjadi CEO, saya memubuat, PCIL, Priority Check in Lounge, itu pertama kami di Indonesia. Layanan ini ditujukan untuk pelanggan kami pada airlines tertentu, untuk business class dan first class, di sini mereka tidak perlu antri lagi di kantor-kantor imigrasi karena mereka memiliki lounge sendiri. Di lounge tersebut mereka bisa duduk santai dan akhirnya mereka tidak perlu mengantri di kantor imigrasi terlalu lama.

Rencana baru apa yang akan Anda lakukan dalam waktu dekat?

Kemarin kami baru mendapatkan kesempatan di bandara Denpasar yang memiliki terminal baru. Untuk yang ke depan, kami tergantung pada terminal 3 di Soekarno – Hatta. Kalau di Soekarno – Hatta itu bagus, ya kami siap. Kalau terminal 3 sudah jadi, kami akan berikan kejutan baru. Seperti saat kami diberi kesempatan di Bandara Kualanamu, JAS mampu memberikan keramaian di sana, karena kami membawa airlines baru ke sana. Salah satunya, klien kami, pertama kali masuk ke Kualanamu, berbadan besar, biasanya yang kecil-kecil. Klien kami pakai pesawat 747 dan 330.

Apa target Anda untuk JAS?

Kami sudah ada selama 30 tahun, paling tidak kami siapkan sebuah infrastruktur supaya sustainable, ya berkesinambungan sampai 10 tahun ke depan. Karena usaha kami ini sangat bergantung kepada sumber daya manusia. Dalam pengelolaan people ini, kami memiliki JAS Academic, dimana di semua level kami masukan untuk training. Kami juga membuka untuk orang luar JAS Academic ini. Di sini kami mengajarkan mereka tentang kebandaraan, lalu kami lanjutkan juga training dengan professional. Tidak jarang orang-orang yang kami latih ini diminta untuk bekerja di tempat lain.

Lantas bagaimana paparan kinerja JAS hingga tahun 2014 lalu?

Kami dapat mencapai target kami, pertumbuhannya double digit, yaa di bawah 15% jika dibandingkan tahun lalu. Sekarang kami melayani 40-50 airlines, rata-rata penerbangan internasional. Sekarang kami memiliki hampir 3000 karyawan. Kami sudah beroperasi di 12 bandara di Indonesia, dari Sabang sampai Merauke.

Apa target Anda untuk JAS di 2015?

Industri ini perkembangannya single digit. Yang kami lakukan hanya meningkatkan efisiensi kerja kami agar kami semakin berkembang. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved