CEO Interview

CEO Bank Sahabat Sampoerna: Memahami Karakter UMKM

Oleh Admin
CEO Bank Sahabat Sampoerna: Memahami Karakter UMKM

Usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) disebut sebagai usaha yang “kecil-kecil cabe rawit.” Maksudnya apa? UMKM dinilai tahan banting sekalipun kondisi ekonomi negara sedang bergejolak. Makanya itu, lembaga keuangan mulai “melirik” usaha ini. Tetapi, tidak mudah ternyata memberikan pembiayaan bagi UMKM.

Indra Wijaya Supriadi, Presiden sekaligus CEO PT Bank Sahabat Sampoerna, yang bergelut di dunia pembiayaan kepada pelaku usaha mikro dan UKM, pun tak menampik hal itu. Bagaimana kiprah Indra dalam menangani segmen UMKM? Berikut ini penuturannya kepada SWA Online:

Indra W Supriadi

Indra W Supriadi

Sejak kapan bergabung di Bank Sahabat Sampoerna?

Sejak Januari 2012 saya menjadi CEO Bank Sahabat Sampoerna. Awal mula saya bekerja di Citibank, tetapi corporate banking. Jadi, saya nggak mengerti UMKM. Terus setelah itu saya sempat berkarier di GE Capital kurang lebih 10 tahun, sedangkan di Citibank 8 tahun. Bekal dari dua tempat itu saya gabungkan, dan kami buat microfinance ini (Sampoerna Microfinance).

Di Sampoerna Microfinance itu, saya menjabat sebagai pucuk pimpinan atau CEO juga. Setelah, Sampoerna Investama mengakuisisi Bank Dipo Internasional, lalu terjadilah perubahan nama menjadi Bank Sahabat Sampoerna.

Lalu kami baru punya bank (Bank Sahabat Sampoerna) itu bulan Mei 2011. Dan saya diangkat menjadi dirut baru Januari 2012,” lanjutnya.

Sebetulnya kalau dari latar belakang, saya nggak punya pengalaman di UMKM. Cuma semangat dari teman-teman yang saya bawa di tim, dan mereka benar-benar percaya sama visi-misi kami.

Lantas setelah mempelajari UMKM, apakah ternyata sulit untuk memahami karakternya?

Jadi, seperti ini, kalau dilihat dari kulitnya sebetulnya sulit. Karena apa? Ternyata yang kami lakukan untuk UMKM itu bukan semata-mata memberikan modal atau pinjaman. Yang lebih sulit itu sebetulnya memahami apa yang menjadi masalah mereka. Seringkali masalah mereka itu masalah kehidupan, misalnya terkait kesehatan dan pendidikan.

Mengenai kesehatan, misalnya, kalau pelaku usaha sakit mereka nggak bisa meneruskan usahanya. Jadi, bagaimana caranya mereka nggak sakit, atau kalau sakit bagaimana caranya segera sembuh. Dan, kalau sakit ada yang menggantikan usahanya. Itu berarti kan sebelum kami kasih pinjaman kami musti mikirin bagaimana caranya supaya dia nggak sakit.

Kalau terkait masalah pendidikan, yaitu, bagaimana caranya kalau mereka mendapatkan pinjaman, mereka bisa secara disiplin mengelola keuangan. Nggak tercampur antara uang bisnis dengan uang kebutuhan pribadi. Nah itu yang seringkali menjadi tantangan kami bagaimana caranya membuat mereka disiplin.

Indra bersama salah satu pengusaha UMKM

Indra bersama salah satu pengusaha UKM

Selain itu, kadang-kadang yang nggak ada hubungan dengan keuangan, seperti hubungan keluarga itu bisa mengganggu usaha. Misalnya, kalau terjadi perselisihan di keluarga, itu bisnis bisa berhenti. Contohnya, bila istri dan suami cekcok, itu banyak usaha yang berhenti. Nah, di situ, kami sebagai bankir adalah sebagai penyedia jasa layanan keuangan, tapi di sisi lain kami seperti penengah. Sebenarnya, sebagai bankir itu nggak ada hubungannya dengan itu, tetapi kami musti membantu.

Hal yang lain adalah bagaimana mengajar mereka agar bisa menahan diri. Artinya, kapan mereka bisa meningkatkan kapasitas, dan kapan mereka harus tahan dulu. Karena kalau buru-buru meningkatkan kapasitas dan ternyata tidak siap, maka yang terjadi mereka terjebak dalam utang macet.

Jadi, kalau dibilang sulit, kesulitan itu adalah tantangan. Tetapi ternyata apabila kami melakukannya dengan menikmati ternyata nggak susah-susah banget. Ya, seperti ini, kami bawa santai, ajak nyanyi mereka, ajak bermain, jadi mereka cair dengan kami. Tetapi kalau pendekatannya formal, wah udah deh, malas.

Sudah berapa usaha yang dilayani Bank Sahabat Sampoerna sekarang ini?

Sekarang total yang kami layani itu sekitar 15 ribu UKM. Kami sudah ekspansi. Bank ini sendiri hanya ada di tujuh kota besar di Sumatera dan Jawa. Tapi kami sebenarnya bermitra dengan Koperasi Sahabat UKM bentukan kami. Koperasi itu sebenarnya hampir di seluruh Indonesia, dari Sumatera hingga Sulawesi ada. Jadi, kami memberikan pembiayaan bentuknya channeling kepada koperasi. Jadi, mereka kami biayai.

Bisa disebutkan target yang mau dicapai Bank Sahabat Sampoerna tahun ini?

Terutama, kami ingin mencapai tingkat kesehatan bank yang benar-benar solid. Harus betul-betul bagus. Nah, itu sudah tercapai di bulan Juni ini, di mana tingkat kesehatan kami sudah solid dua. Kami ingin pertahankan hingga Desember 2013, bahkan di 2014, tingkat kesehatan kami minimum bisa di dua. Kalau bisa naik kelas ke tingkat kesehatan satu.

Selain itu, di 2013, kami ingin menjaga pertumbuhan bisa cukup signifikan, karena bank kami kan ukurannya masih kecil. Modal kami sekarang kurang dari Rp 1 triliun. Dengan jumlah tersebut, perijinan itu sulit dari Bank Indonesia. Maka kami harus meningkat di atas Rp 1 triliun, ya mudah-mudahan di 2015 nanti, atau paling lambat tahun 2016. Kalau modal sudah Rp 1 triliun, baru kami bisa berkompetisi lebih bagus lagi. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved