CEO Interview zkumparan

CEO Tiphone: Akhir 2018 Incar Pendapatan Rp30 Triliun

PT Tiphone Mobile Indonesia Tbk merupakan pendatang baru dijajaran 100 Most Valuable Brand 2018 yang dikeluarkan oleh Brand Finance. Nilai merek Tiphone yang berada di peringkat 33, mencapai US$ 189 juta.

Presiden Direktur PT Tiphone Mobile Indonesia Tbk, Lily Salim, mengungkapkan, memiliki nilai merek sangatlah penting karena akan meningkatkan kepercayaan dari stakeholders. Untuk itu, perusahaan melakukan berbagai strategi untuk mempercepat pertumbuhan bisnis, sehingga berpengaruh terhadap nilai merek. Salah satunya dengan melakukan distribusi barang-barang dari perusahaan prinsipal kepada konsumen secara tepat.

Apa saja upaya perusahaan untuk meningkatkan nilai brand? Berikut penuturan Lily Salim kepada SWA Online :

Apa saja langkah yang dilakukan untuk meningkatkan nilai merek Tiphone?

Perusahan kami memang bukan brand dari barang, tapi company dan sudah dirintis oleh owner sejak 25 tahun yang lalu. Kami berawal dari toko kecil kemudian menjadi perusahaan distribusi. Kalau menjadi perusahaan distribusi ada dua hal, yaitu merebut kepercayaan untuk brand itu sendiri yakni dari konsumen dan perusahaan prinsipal. Karena kami melakukan distribusi barang-barang dari perusahaan prinsipal untuk ke konsumen.

Apa saja tantangan yang dihadapi perusahaan?

Jadi tantangan untuk perusahaan distribusi adalah kalau ke prinsipal, yakni bagaimana bisa membawa barang-barang itu ke market dengan baik dan sesuai dengan keinginan mereka. Kalau dari sisi konsumen dari sisi layanan, kemudahan serta ketersedian barang dan ketersediaan pembayaran dan sebagainya. Apalagi saat ini semua barangnya berupa virtual, sehingga butuh suatu kepercayaan dari konsumen. Contohnya kalau zaman dahulu kala, konsumen bayar lalu terima barang sementara saat ini konsumen bayar dan tidak mendapatkan berbentuk fisik, akan tetapi berbentuk elektronik.

Strategi untuk mendorong nilai merek seperti apa?

Untuk ke perusahaan prinsipal itu bagaimana mereka menetapkan avaibility barang. Di situ kami harus benar-benar mengisi channel yang ada itu untuk ketersediaan barang. Karena kalau dari prinsipal pasti avaibility, itu baru mereka produksi dan melakukan transaksi. Selain itu, kami garap pasar telko. Jadi semua channel yang memungkinkan terjadinya penjualan. Itu yang dituntut prinsipal kepada kami. Setelah avaibility kami juga menghitung sales berapa per bulan.

Sementara untuk ke konsumen lebih ke layanan, service dan ketersediaan stok. Mereka itu membelinya memakai uang sementara kami berikan barangnya virtual dan ini avaibaility juga harus terjamin. Kami juga berusaha dengan cepat untuk menghandle komplain, sehingga call center kami bisa melayani konsumen selama 24 jam.

Apa yang mempengaruhi cepatnya laju bisnis diperusahaan?

Saat ini kecenderungannya lifestlye karena kalau memakai 3G rasanya koneksinya lama sekali sehingga maunya 4G jadi memang lifestyle itu memengaruhi. Kalau pakai 4G menyedot datanya cepat sekali. Selain itu, kami juga dipengaruhi oleh operatornya, semakin jauh mereka berinvestasi maka semakin banyak konsumen yang bisa kita raih.

Apakah dengan nilai merek yang tinggi akan memengaruhi laju bisnis?

Iya, ini sangat mempermudah dengan brand sudah diketahui orang lain. Sehingga memudahkan kami juga untuk membuka channel-channel baru.

Apa parameter keberhasilannya?

Ketika kami masuk ke suatu channel baru dan kami ingin memengaruhi orang untuk berdagang produk kami, mereka mengetahui merek kami dan mereka trust, maka mereka mau jadi downline kami.

Apakah dengan kepercayaan konsumen semakin tinggi, akan berefek pada roda bisnis perusahaan?

Ya tentu, di tahun kemarin pendapatan kami mencapai Rp 27 triliun. Sedangkan di tahun ini kami memasang target di Rp 30 triliun. Jadi, menurut saya bisnis telko akan terus tumbuh ke depan, karena kebutuhan akan data dan sekarang ini media sosial sangat memakan data banyak sekali.

Editor : Eva Martha Rahayu

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved