CEO Interview Editor's Choice

Chairal Tanjung: Motor Kreativitas Trans Corp

Chairal Tanjung: Motor Kreativitas Trans Corp

Trans Corp merupakan kelompok usaha yang terjun ke bisnis yang berbasis kreativitas untuk memenangkan pasar. Kehadiran themepark Trans Studio Makassar dan Bandung, yang digandrungi konsumen, tak lepas dari sentuhan tangan dingin Chairal Tandjung dalam meramu kreativitas. Meski dengan merendah menyebutkan anak-anak muda sebagai motor kreativitas di Trans Corp. Sesungguhnya Chairal Tandjung lah yang memberi polesan terakhir sebelum produk-produknya diluncurkan. Berikut ini wawancara SWA, Siti Ruslina, dengan Chairal Tandjung, (Komisaris Utama PT Para Bandung Propertindo/Direktur PT CT Corp).

Chairal Tanjung, Trans Corp, CT Group, Trans Studio

Chairal Tanjung

Siapa yang menjadi motor kreativitas di Trans Corp?

Motornya anak-anak muda yang ada disini. Kami punya tim kreatif baik di Trans Studio maupun Trans TV, sedangkan Trans Hotel kami pakai konsultan. Tidak ada yang istimewa sebenarnya.

Tapi dari awal kan semua bisnis itu, bukankah mimpi Pak Chairul Tanjung?Kemudian Bapak turun langsung ke lapangan merealisasikan mimpi?

Sebenarnya ada beberapa rules yang kami gunakan ketika mengembangkan suatu produk. Ketika mengembangkan suatu produk kami tidak akan berhenti sebelum kami merasa produk itu sudah yang paling baik yang bisa kita capai. Mungkin orang lain bisa lebih baik lagi, tapi kami akan terus menggali, apakah dari sisi konsep, material, pengerjaan atau kualitas. Kadang semua faktor itu tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Ada konsep bagus, tapi ketika eksekusi tidak bagus, akhirnya kita tidak dapat feel-nya. Itulah pengalaman yang pernah kami rasakan ketika mengembangkan suatu karya. Good concept saja tidak cukup.

Kapan Trans Corp pernah gagal dalam kreasinya?

Rasanya belum ya! Kami belajar. Kami bukan tidak belajar! Kalau ada yang mengatakan Bandung lebih bagus dari Makassar. Artinya, produk kami yang di Bandung lebih diterima. Dari situ kami belajar, apa yang perlu di-improve. Apa yang salah kami perbaiki.

Memang bagaimana kinerja Trans Studio Makassar?

Saya kira untuk ukuran Makassar, dia bagus. Kami juga tidak bisa bangun Disneyland di Makassar kan? Bandung dan Makassar menggunakan strategi yang berbeda. Perilaku pasar yang beda. Kesiapan pasarnya juga berbeda. Dalam mendesain satu produk, kami ini bukan artis atau seniman yang berkreasi sesuai apa yang kami mau. Kami adalah artis yang berkreasi berdasarkan demand konsumen. Kami pelajari dulu market-nya baru buat produknya. Ini bisnis kreativitas. Kita itu pabrik kreativitas. Ada cost yang harus dikontrol. Misalnya kita mau buat tv yang paling bagus tapi bukan berarti nanti kita jual Rp 200 juta. Jadi kita harus buat tv dengan cost Rp 5 juta supaya marketable. Saya bisa undang Disney atau Universal tapi harga tiketnya jadi US$ 85.

Tapi seorang Chairul Tanjung bisa melobby mereka dan menekan cost lebih murah kan?

Karena kami men-develop-nya dalam kerangka bisnis tadi. Kuncinya market. Proses kreativitas dan desain mengacu kepada market.

Belajar dari Trans Studio Makassar, apa yang perlu dikembangkan dari kedua themepark ini? Yang di Makassar lebih ke segmen anak dan Bandung ke segmen dewasa?

Memang pada awalnya hasil analisis kami seperti itu. Makassar sasarannya adalah anak-anak beserta keluarga. Karena d isitu pasarnya masyarakat yang baru tumbuh. Kami melihat di Makassar, hiburan baru menjadi prioritas bagi anak-anak, belum menjadi kebutuhan orang dewasa, sesuai dengan pertumbuhan ekonomi. Kalau di Bandung, orang dewasanya sudah berlibur. Kalau di Bandung, Jakarta, orang dewasa sudah butuh hiburan. Sedangkan orang dewasa di Makassar masih sibuk cari uang.

Chairal Tanjung, Trans Corp, CT Group, Trans Studio

Seperti apa passion dan komitmen pemilik perusahaan dalam mengembangkan kreativitas di dalam perusahaan ini? Sebutkan contoh-contohnya? Bagaimana agar terus bisa berkreasi?

Pada prinsipnya kami ingin Trans Studio dari sisi themepark, menjadi perusahaan yang bisa menciptakan karya terbaik dan bisa membanggakan negara ini kalau bisa sejajar dengan operator-operator themepark asing yang besar. Sudah waktunya juga! Kami ingin Indonesia dikenal di dunia. Tapi kami memang ada bencmark.

Kombinasi dari kedua-duanya. Kami studi pasar dan kami belajar dari apa yang sudah ada di Makassar. Kami melihat bagaimana masyarakat bereaksi. Seperti di Makassar sekarang kami tambah ride Science Center dan Giant Swing, juga ada rumah kaca yang tidak ada di Bandung. Kami improve terus. Market akan terus menemukan hal baru kalau ke Trans Studio.

Ada yang bilang, kalau ke Trans Studio Bandung tidak ikut Yamaha Racing Coaster tidak seru! Apakah dari evaluasi terlihat ada pasar yang belum ter-cover?

Sebetulnya waktu kami mendesain satu themepark, seluruh level market kami bidik. Setiap beli ride kami mesti ada peruntukkan, misalnya roll coaster untuk dewasa. Menurut saya, anak-anak usia 12 tahun ke bawah, sebenarnya hampir semuanya sudah kami cater, kecuali 5 tahun ke bawah ada Dunia Anak, Si Bolang dan lain-lain. Untuk 7 tahun ke atas, di atas 110 cm, Kong Climbing untuk semua umur. Alatnya dari Amerika. Kami siapkan tali yang sophisticated, ada mekanisme di mana ketika mereka turun tidak langsung melesat ke bawah. Artinya memang masih ada yang bilang masih sedikit permainannnya. Kemudian kami lengkapi pada jam 5 sore, ada pertunjukkan laser dan Fire Works. Show-nya yang terus kami perbaharui. Itulah bedanya dengan theme park lain.

Bagaimana proses lahirnya setiap kreativitas – Mohon gambarkan dengan beberapa contohnya? Bagaimana melibatkan karyawan untuk berkreasi? Bagaimana menjaring ide-ide baru? Bagaimana mengimplementasikan ide-ide yang telah ditemukan? Bagaimana mengevaluasi setiap temuan yang telah dijalankan?

Kami punya tim dan tempat workshop-nya. Kami punya tim untuk Trans Studio dan Trans TV. Di Makassar kami tonjolkan show-show yang variatif. Setiap liburan show-show di situ kontennya berbeda. Ada sirkus dari Rusia, China, Shaolin Show, Tuna Rungu Show, kadang-kadang artis. Beda cara mengelolanya antara Trans Studio Makassar dengan Bandung. Sementara di Bandung kami tampilkan pertunjukan laser show digabung dengan kembang api Fire Works Indoor. Kami coba eksplor semuanya.

Kami kerjakan dengan tim internal. Cuma kami panggil seperti Fire Works. Kami punya konsep, terus kami minta mereka kasih keahliannya apa, yang punya laser pun demikian, kemudian tim internal membuat story board-nya dan kami kasih ke supplier laser, lalu masuk ke musik dan seterusnya. Saat ini untuk satu kreativitas ini cukup di saya. Kalau ada ide, ada tim story board, ada music arrangment dari Trans Corp di Jakarta, dan seterusnya. Untuk menciptakan pertunjukan laser dan kembang api itu, bukan kami panggil konsultan dan kami serahkan ke mereka minta mereka kerjakan. Untuk menciptakan satu show, konsepnya dari kami dan kami gabungkan semua karya. Seperti laser, proses pembuatannya sekitar 6 bulan. Kami kirim story board, mereka develop dalam bentuk animasi. Kemudian kami review untuk meminimalisasi ketidaksempurnaan hasil. Jika hasilnya sudah bagus, kami kasih musik. Jika dalam panel yang saya pimpin masih ada yang kurang. Misalnya, orang tidak mengerti jalan ceritanya. Kami tonton, dan seterusnya. Sebenarnya ini proses kreatif yang sama hampir di semua tempa.

Kalau kreatifitas gak ada habisnya. Sampai batas mana ini bisa eksplorasi dilakukan?

Kami punya bencmark seperti Disney dan Universal Studio. Kami usahakan terus dan rasanya bisa! Kalau tidak bencmark ke mereka, kita mau gimana? Kalau belum sebagus mereka kita tidak boleh berhenti. Kreativitas unlimited. Disney juga unlimited, kami ingin setara dengan mereka. Bukan berarti kami ingin seperti Disney tapi ingin setara. Produknya bisa diterima di seluruh dunia. Kami ingin Trans Studio dikenal dunia.

Anda ambil orang-orang andal di bidang kreatif?

Tidak. Kami ambil yang freshgraduate. Proses rekrutmennya yang sulit. Dan, tidak bisa dalam proses singkat dapat banyak, sekali buka kami cuma dapat 3 orang. Paling kami cari di internet dan kami cari yang talented, bukan ijazah. SD boleh!

Seperti Trans TV, ada beberapa program yang mengandalkan kreativitas. Seperti program Supertrap, banyak sekali unsur themepark yang masuk ke situ. Ada beberapa hal yang kami pelajari di themepark bisa diaplikasikan di program televisi. Mulai dari special effect, seperti orang jatuh, setan di balik kaca dan sebagainya, Ada tim Trans TV yang juga masuk tim pengembangan Trans Studio, demikian sebaliknya untuk memperkaya desain dan materi.

Pak Chairul Tanjung kabarnya masih turun tangan ke lapangan? Seperti konten TransTV?

Beliau me-review. Dia pengen make sure result-nya bagaimana? Dia mau yang terbaik. Karena standar setiap orang berbeda. Intinya ingin menghadirkan yang terbaik.

Kalau tanya komitmennya?

Komitmennya 100%.

Orientasinya apa nih?Apakah create ide berapapun harganya atau ada ukurannya?

Seperti buat tv, misalnya Rp 7 juta. Bila lebih bagus dengan Rp 7,5 juta, kenapa tidak. Tapi kami yang menentukan kapan kami bisa stop. Ini tidak bisa dari sekolah. Cukup bagi kami, kalau pengunjung banyak ke Trans Studio dan Trans Hotel dan share Trans TV tinggi, berarti kami diterima pasar. Pengakuan dari masyarakat itu yang paling tinggi.

Trans Luxury Hotel Dan Trans Studio adalah bukti kesuksesan Trans Corp mengusung kreatifitas anak bangsa. Apa saja hasil kreativitas yang bisa dilihat? Apa dampak kreativitas terhadap kinerja bisnis? Sejauhmana kreativitas mampu menggoyang pasar?

Kami punya tim kreatif 30 orang untuk Trans Studio dan tak jarang berkolaborasi dengan Trans TV. Sebenarnya dua-duanya bisa belajar. Kalau themepark perlu permainan video dan show, mungkin anak-anak di Trans TV kami libatkan.

Evaluasinya bagaimana?

Kami ada analisis internal yang dijalani secara terus menerus. Tidak ada periode tertentu, anytime. Pergerakkan pengunjung kami monitor. Data-data kesehatan themepark kami analisis, kami lakukan internal survei, di mana setiap hari ada pengunjung yang survei petugas. Kami kumpulkan dan buat summary.

Kami kembangkan ide-ide sesuai kebutuhan pasar. Seperti show itu kami monitor terus menerus. Jumlah pengunjungnya berapa yang menonton, tingkat serunya bagaimana, boring atau tidak. Ketika mereka menunjukkan majority, itu berarti kita harus renewuel. Evaluasi kami adalah memonitor kepuasan pengunjung. Bisnis kami adalah kepuasan pengunjung. Misalnya Dunia Lain, tentu ada batasan-batasannya. Misalnya kurang serem, kami ukur juga seremnya sampai sejauh mana?

Bagaimana dengan Trans Hotel? Konsep dari awal ditampilkan eksklusif dan berbeda dari hotel-hotel biasa? Bagaimana mengembangkan kreativitas di dalam hotel ini?

Kami punya konsultan desain interior. Mereka kami paksa, khususnya Pak Chairul memaksa mereka sampai ketemu sesuatu yang berbeda yang kita suka. Beberapa kali bahkan hampir semua atribut interior hotel harus dirombak. Yang paling penting menemukan konsep utamanya. Apa konsepnya? Ya seperti yang Anda lihat. Begitu konsepnya ketemu, si desain interiornya lebih mudah menterjemahkan yang diinginkan owner.

Makanya, desain interior yang sama, bekerja kepada owner yang berbeda seringkali memberikan hasil yang berbeda. Karena tergantung di owner karena kebutuhan ada di owner. Dalam proses berjalan, improvement terus diperbaiki. Setelah pembangunan jalan, desainnya agak aneh atau kurang sesuatu, itu kami ubah.

Adakah program-program entertainment yang disuguhkan di hotel ini? Bagaimana Trans membangun persepsi untuk hotel ini?

Understanding the market, kuncinya di market. Persepsi dari pasar Trans Luxury Hotel , mereka mencari hotel yang cantik, yang berbeda, eksklusif, entertaining, ada restoran di lantai 18 dengan view ke Dago. Kami buat lantai kaca di mana kita bisa melihat view ke bawahnya.

Fasilitas di dalam Trans Hotel menjadi entertaint buat customer. Kalau masuk Trans Hotel kalau tidak bawa kamera, Anda merasa ada kehilangan. Momen interior, jembatan, swimming pool ada water foll , pokoknya well ballance. Di Trans Hotel itu kombinasi semua ide baik dari Pak Chairul, desainer tapi yang jelas wasitnya Pak Chairul.

So far kami happy. IBIS Hotel yang selalu penuh dan Trans Hotel juga kalau liburan selalu penuh.

Kamar yang seharga Rp 25 juta itu, ada customer-nya?

Ada saja yang menginap di situ. Ada pengusaha Jakarta yang beberapa kali menyewa kamar itu. Buktinya dia balik lagi. Kalau dia balik lagi, berarti sukses.

Bagaimana kinerja themepark-nya?

Makassar cenderung stabil di kisaran pengunjung, bisa sampai 1.000 orang. Income kami dikonek dengan mal juga, Tingkat pengunjung cukup tinggi. Malnya di Makassar dan Bandung luar biasa pengunjungnya. Untuk Trans Studio Bandung bisa menjangkau lebih dari 2.000, average, tapi bisa sampai 5.000.

Kalau Trans hotel occupancy rate-nya mencapai 70%. So far oke!

Melampaui target?

Pokoknya cukuplah dari target….

(Didin Abidin Mas’ud)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved