CEO Interview zkumparan

Christiane Brunk (Pemilik Braun Buffel): “Kami Harus Menjaga Agar Terus Relevan”

Christiane Brunk (Pemilik Braun Buffel): “Kami Harus Menjaga Agar Terus Relevan”

Di tengah lesunya bisnis ritel fashion, Christiane Brunk, pemilik sekaligus Direktur Pengelola Braun Buffel, tampil percaya diri mengantarkan mereknya berekspansi menjelajah pasar di seluruh penjuru dunia.

Christiane Brunk, Pemilik dan Direktur Pengelola Braun Buffel (https://www.todayonline.com)

Lulusan program MBA University of Saarland di Saarbrucken, Jerman, ini merupakan generasi keempat dari keluarga Braun yang mengelola bisnis keluarga Braun Buffel. Ia bergabung dengan bisnis ini pada 1992, ketika itu posisinya terkait dengan beberapa fungsi operasional bisnis.

Sebelum bergabung dengan bisnis keluarganya, ia pernah menjadi Scientific Assistant pada Institute of Human Resources Management di almamaternya, hingga memegang posisi sebagai direktur pengelola pada sebuah konsultan human resources management di usianya yang baru 26 tahun.

Pada 2005 Christiane mulai memegang posisi sebagai Direktur Pengelola Braun GmbH, yang fokus mengelola ekspansi merek-mereknya di Asia Pasifik. Ia yang memegang kendali peluncuran Braun Buffel Eyewear di Singapura dan Malaysia pada 2006, juga peluncuran Braun Buffel Timepieces di 2014. Di Indonesia, Braun Buffel memiliki 14 gerai. Dan, akan terus berekspansi ke luar Jawa, salah satunya Kalimantan.

Christiane dibesarkan di Jerman, tepatnya di kota yang dikenal sebagai penghasil berbagai produk kulit. Ia mengambil kesempatan untuk mengembangkan bisnis keluarga setelah sebelumnya di bisnis consulting. Visinya menjadikan Braun Buffel sebagai pemimpin dan sustain sebagai global luxury-lifestyle brand, serta terus mengembangkan strategi bisnis Braun Buffel.

Di waktu senggang, Christiane menikmati hidupnya dengan membaca, memasak, serta berkumpul bersama teman dan keluarganya. Wanita dengan moto “One can only be successful if you love the product and the people behind” ini sukses mendorong kinerja Braun Buffel dan terlibat langsung dalam proses pengembangan produk untuk memastikan produk Braun Buffel sesuai dengan etosnya sebagai merek yang sesuai fungsinya dan menjaga kualitas tertinggi.

Di sela-sela kesibukannya mengunjungi pasar Indonesia, Christiane menyediakan waktu wawancara dengan Herning Banirestu dari majalah SWA. Berikut ini nukilannya:

//Sebagai merek papan atas yang dikenal di dunia fashion, terutama untuk produk tas, dompet, dan turunannya dari bahan kulit, bagaimana perkembangan Braun Buffel di Indonesia?//

Sebagai emerging market, Indonesia saya rasa pasar yang penting. Kompetisi di dunia ritel kami rasakan memang cukup menantang. Kami menjawabnya dengan terus memahami kondisi pasar di mana kami berada, lalu menghadapi tantangan yang ada. Kami sudah 20 tahun lebih di pasar Indonesia, Ini tentu saja menjadi dasar yang sangat baik untuk menghadapi tantangan tersebut, karena pelanggan kenal merek kami dengan baik. Bukan saja mengenal merek Braun Buffel, mereka bahkan mencintai kualitas, juga craftmanship produk kami.

//Bagaimana Anda menghadapi tantangan pasar ritel saat ini yang makin berat?/

Kami harus menjaga agar terus relevan. Ini kunci penting kami untuk bisa menjaga bisnis ini. Caranya dengan mendengarkan secara intens apa sebenarnya kebutuhan dan demand konsumen. Inilah yang kami lakukan beberapa tahun terakhir di Braun Buffel dengan menghadirkan produk yang lebih stylist, lebih berwarna, serta dengan nuansa gold, untuk menarik pasar lebih muda. Seperti diketahui, sebelumnya Braun Buffel dikenal dengan model yang konservatif. Kami melihat respons yang positif dan menjanjikan terhadap yang kami lakukan itu.

//Banyak gerai ritel di Indonesia yang tutup. Apakah hal itu memengaruhi penjualan Braun Buffel di Indonesia?//

Penjualan kami di sini (masih) cukup bagus. Kami memiliki basis yang kuat di sini, kami terus menjaganya. Namun, di sisi lain kami terus mengembangkan target baru di pasar, terutama generasi muda. Hal ini kami lakukan bukan saja di produk, tetapi juga dengan melakukan banyak renovasi di gerai-gerai Braun Buffel. Kami ingin menghadirkan pengalaman menarik di gerai kami. Kami ingin konsumen merasakan indahnya pengalaman berbelanja di gerai kami.

Kami tetap merasakan bahwa Indonesia memiliki potensi besar. Walau Anda sebutkan banyak ritel tutup, di sisi lain Indonesia sedang tumbuh kelas menengahnya dan jumlahnya terus bertambah di masa depan. Kami melihat target grup pasar baru, kelas menengah yang memiliki daya beli bagus. Merek Braun Buffel saya pikir mudah didapat dan terjangkau bagi mereka. Kami melihat ini kesempatan bagus bagi Braun Buffel di sini, dengan terus menggarap target pasar baru.

//Bagaimana Anda melihat karakter dan perilaku konsumen Indonesia terutama di bisnis produk fashion?//

//Apakah ini bagian dari strategi agar tetap relevan dengan zaman?//

The Buffel Art Project sebenarrnya kami luncurkan sejak 2014 di Singapura. Acara untuk merayakan ulang tahun kami ke-130 pada 2017 itu kami adakan di Malaysia dan Indonesia. Ini proyek menarik, merupakan cerminan dua filosofi Braun Buffel, yaitu seni dan filantrofi, melalui pemberdayaan masyarakat. Kami mengundang para VIP untuk menciptakan figur Buffel. Mereka membuat kreasi buffelo yang menjadi lambang merek kami untuk proyek karitas bersama Unicef Indonesia –setiap transaksi senilai Rp 130 ribu– sepanjang November-Desember lalu untuk pemberdayaan masyarakat.

//Apa rencana Braun Buffel di 2018?//

Kami terus membuka gerai baru, bahkan di luar Jakarta seperti Medan, Surabaya, dan Bandung, terutama di kota-kota besar. Kami terus menjaga kekuatan merek Braun Buffel dengan menghadirkan gerai yang bisa memberikan pengalaman berbelanja menyenangkan bagi pelanggan kami. Menghadirkan lebih banyak konter Braun Buffel di department store –bersama Sogo Dept. Store–merupakan strategi kami untuk menghadirkan pengalaman itu. Bahwa Braun Buffel mudah didapat, selain tentu saja menghadirkan banyak toko sendiri. Selain itu, setiap gerai kami terelasi dengan toko online Braun Buffel, sebab ini masa depan ritel.

Kami sudah mulai toko online Braun Buffel atau e-commerce pada 2016. Saat ini memang kami masih terus belajar di e-commerce, terus melakukan pengembangan di sini agar konsumen merasakan pengalaman yang baik dalam setiap pembelian. Kami bisa bertahan di bisnis ini sampai 130 tahun, bukan dengan cara bisnis yang tergesa-gesa, dan terlalu cepat. Banyak langkah bisnis berhasil karena kami pelajari dan eksplorasi sesuatu yang baru dengan baik. Kami yakin toko online atau e-commerce Braun Buffel akan lebih siap pada kuartal I/2018, juga untuk Indonesia. Agar kami bisa memberikan pengalaman berbelanja lebih baik, tentunya kami harus menyediakan omni channel.

//Target Braun Buffel di 2018?//

Kami ingin terus meningkatkan craftmanship dengan kualitas terbaik, fokus mengembangkan stand alone Braun Buffel Boutique karena di sana kami bisa menyampaikan story merek kami lebih baik. Kami pun bisa memberikan pengalaman lebih baik kepada pelanggan di butik kami sendiri; bisa menyentuh dan merasakan produk kulit kami. Kami akan perkuat ritel point kami dan tentu saja desainnya. Selain itu, kami juga menggembangkan e-commerce Braun Buffel. Sebagai orang yang punya latar belakang SDM dan pemasaran, saya melihat, dua hal itu menjadi kunci sekaligus prioritas kami di tahun 2018. (*)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved