CEO Interview

CEO JFP Optimis Prospek Industri Musik Indonesia

CEO JFP Optimis Prospek Industri Musik Indonesia

Dewi Gontha, President Director JFP.

Dewi Gontha, President Director JFP.

Di sela-sela acara pengumuman konser Bon Jovi yang akan diselenggarakan pada 11 September 2015 mendatang. SWA Online berkesempatan untuk mewawancarai Presiden Direktur PT Java Festival Production, Dewi Gontha. Wanita kelahiran Belanda yang berdarah Batak dan Manado ini berbagi kisah mengenai perjalanan karier serta sejarah berdirinya JFP. Berikut petikan wawancaranya.

Bagaimana sejarah Java Festival Production didirikan?

Pada awalnya kami membuat perusahaan ini di tahun 2004, dan untuk pertama kali melaksanakan Java Jazz Festival tahun 2005. Sejak saat itu kami terus fokus di situ. Awalnya kami membangun perusahaan ini dengan pemikiran bahwa kami merasa saat itu mengapa semua orang selalu pergi ke negara lain untuk menyaksikan sebuah festival musik, padahal di Indonesia punya pasar yang sangat besar, artinya kita bisa dan mampu mengadakannya di sini. Orang Indonesia itu mampu. Dan kami juga menginginkan musisi Indonesia untuk berkembang. Acara kami juga banyak melakukan kolaborasi antara artis Indonesia dengan artis Internasional. Dengan tujuan mempromosikan artis Indonesia di luar.

Tidak jarang bahwa pada saat kami menayangkan pertunjukan mereka di Youtube,melalui live broadcast kami , akhirnya mereka dipandang oleh festival lain d iluar. Banyak dari mereka yang akhirnya menghubungi kami untuk mendatangkan artis Indonesia ke luar. Jadi tujuannya tetap sama yakni mengembangkan industri kreatif khususnya musik di Indonesia.

Menurut Anda bagaimana kondisi pasar musik di Indonesia pada saat itu?

Saya melihat bahwa sebenarnya musik itu adalah hal yang bisa dinikmati orang sepanjang masa. Dalam kondisi apapun kebanyakan dari kita senang mendengarkan musik. Saat kita susah, gembira, atau pun pada saat merasa bosan. Musik itu sebenarnya generik sekali. Jarang sekali orang merasa tidak membutuhkan musik, sehingga kami yakin bahwa pasarnya ada. Selain itu, menjadi suatu kebanggaan kami juga ketika bisa mengembangkan potensi artis Indonesia di sini, tentunya ada pemasukan buat negara, walaupun kontribusi kami mungin kecil sekali.

Bagaimana proses pertama kali JFP mendatangkan artis untuk menggelar konser?

Di JFP, salah satu direktur kami pernah bekerja di Northside Jazz Belanda selama kurang lebih 12 tahun. Pemilik dari JFP saat itu sudah mendatangkan artis internasional ke tempat atau daerah-daerah yang lebih kecil sejak tahun 80-an. Salah satu artis musik Jazz yang pernah kami undang secara pribadi saat itu adalah Bob James. Jadi sejarahnya kami mengerjakan projek ini sebenarnya sudah panjang. Hanya saja dalam hal legalitas dengan adanya sebuah perusahaan adalah pada tahun 2004.

Event bergengsi apa saja yang digelar oleh JFP?

Ada tiga event terbesar kami. Pertama, Jakarta International Java Jazz Festival. Festival, merupakan festival musik dengan genre musik Jazz. Kedua, Java Rockin’land, merupakan festival musik bergenre rock. Ketiga, Java Soulnation Festival, yang merupakan festival musik untuk kaum urban dengan genre musik soul, pop, dance, dan R&B.

Siapa saja artis yang sering di datangkan di JFP?

Beberapa artis yang pernah kami datangkan antara lain; Andrea Bocelli, Diana Krall, dan Jamiroquai.

Berapa banyak rata-rata penonton biasanya yang hadir?

Kebanyakan diadakan di ballroom, kecuali Jamoroquai yang pernah bermain di JICC sekitar 8000 orang penonton yang hadir.

Berapa harga tiket yang dijual?

Harganya bervariasi, paling mahal adalah tiket Andrea Bocelli, yakni kurang lebih Rp.3,5 juta, itu sekitar 3 sampai 4 tahun yg lalu.

Apa latar belakang pendidikan Anda?

Saya kuliah di Boston University AS untuk jurusan International Relations pada tahun 1992-1996. Kemudian, saya melanjutkan s2 di Universitas yang sama untuk jurusan Organization Policy pada tahun 1996-1997. Jadi memang tidak ada hubungannya dengan musik, tapi ilmu tersebut akhirnya saya praktekan untuk menjalankan perusahaan.

Bagaimana perjalanan karier Anda?

Saya pernah bekerja sebagai Investor Relations Manager di PT Datakom Asia tahun 1997-2000, sekaligus saya menjadi Marketing Director di PT Jaring Data Interaktif tahun 1999-2000. Setelah itu baru saya di PT Java Festival Production tahun 2004 sampai sekarang sebagai Presiden Direktur.

Siapa saja mitra bisnis yang bergabung dengan JFP?

Sejauh ini kami hanya bekerja sama dengan Live Nation tepatnya di akhir tahun 2014,yang juga merupakan perusahaan hiburan terbesar di dunia, untuk kemudian mendirikan Live Nation Indonesia. Itu adalah kerja sama kami yang sifatnya perusahaan dengan perusahaan, di luar rekanan sponsor.

Apa strategi yang Anda lakukan untuk terus bertahan di industri hiburan ini?

Kami selalu berupaya untuk tetap konsisten, karena industri seperti kami tentunya mengalami naik turun. Tetapi kami percaya bahwa pasar di Indonesia tetap besar, dimana kami harus terus mengembangkan industri tersebut. Kami meyakini bahwa setiap kali kami mengadakan festival, yang mendapatkan keuntungan bukan hanya kami pengada acara, tetapi juga produsen peralatan musik lokal. Mereka akhirnya juga bisa meng-ekspor produk mereka ke negara lain karena dilihat oleh pengunjung kami yang datang dalam acara. Jadi, memang di festival itu akan banyak sekali yang terkena dampak positifnya, di luar dari pada promotor dan pengisi acara.

Apa target dan rencana ke depan untuk JFP dalam hal meluaskan pasar ?

Kami memandang pasar Indonesia masih sangat luas. Banyak sekali yang belum kami jangkau disini. Tetapi fokus kami saat ini masih tetap di Jakarta. Kami juga berharap orang dari luar jakarta datang ke jakarta. Kami merasa bahwa kami masih sangat bisa berkembang, masih banyak kota-kota besar lain di Indonesia yang bisa kami coba kembangkan juga selain untuk keperluan perusahaan, tetapi juga untuk pengembangan musik di masing-masing daerah tersebut.

Rencana kami untuk meluaskan ke pasar internasional sebenarnya ada. Hanya saja kami tetap mempertahankan kepemilikan perusahaan bahwa perusahaan kami adalah perusahaan yang dimiliki purely under present by Indonesian. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved