CEO Interview zkumparan

IG Live – SWA Business Leader Talk: Kiat Bisnis & Wisdom Hermanto Tanoko Besarkan Avian dan Tancorp

Hermanto Tanoko, Chairman Avian & Tancorp (bawah)

Hermanto Tanoko berhasil mengembangkan banyak bisnis, di bawah dua payung besar: Avian dan Tancorp. Avian kondang sebagai merek cat, sedangkan Tancorp sebagai perusahaan holding dengan total 8 subholding dan 36 unit bisnis, yang bergerak di berbagai bidang industri. Mulai dari properti, consumer goods, distribusi, hospitality, retail, healthy and beauty, makanan dan minuman, hingga bisnis jaringan.

Beberapa mereknya yang terkenal antara lain Avian, NoDrop, Depo Bangunan, Solaris Hotel, dan Cleo. Bahkan Air minum Cleo telah melakukan IPO pada tahun 2017. Sejak saat itu, bisnisnya sudah meningkat 2.500% atau 25 kali lipat dengan pertumbuhan 30% per tahun. Di luar bisnisnya ini Hermanto juga memiliki Tanoko Foundation yang targetnya adalah melahirkan 1 juta pengusaha baru.

Kini, jumlah pabriknya mencapai lebih dari 50 dan jumlah karyawan lebih dari 15 ribu orang, dengan pertumbuhan bisnis yang selalu double digit tiap tahunnya. Bagaimana Tanoto bisa membesarkan kerajaan bisnisnya tersebut? Apa saja kiat bisnis dan wisdom dari sang Crazy Rich Surabayan ini? Berikut petikan wawancaranya dalam acara mingguan SWA di kanal IG Live – SWA Business Leader Talk.

Bagaimana bisa mengurus bisnis sebanyak ini?

Yang paling utama adalah kami selalu menjaga reputasi. Kebijaksanaan pengelolaan keuangan kami sangat konservatif. Inilah yang membuat Avian dan Tancorp bisa bertahan melewati krisis. Lalu dari sisi keuangan kuncinyaa adalah semua harus diperhitungkan dengan matang. Menjaga integritas yang utama.

Anda mengawali karier di Avian yang dirintis oleh orang tua, bagaimana ceritanya ketika dipercaya meneruskan bisnis keluarga ini?

Ayah saya merintis Avian sejak 1978. Mulai dari skala rumahan 18 karyawan. Saya diminta membantu pada tahun 1982. Waktu itu karyawan sudah ratusan, tapi pabriknya belum besar. Saat periode itu kami berjuang salah satunya dengan pengiritan. Supaya bisnis ini bisa bertumbuh dengan sehat. Saat itu perjalanan dari Malang ke pabrik menyetir sendiri. Bahkan ayah juga pergi menggunakan bus umum.

Apa saja terobosan Anda sebagai next generation dalam bisnis tersebut?

Diawali mimpi kami untuk menjadikan Avian sebagai pabrik cat nasional terbesar di Indonesia. Maka harus memikirkan strategi untuk melebihi kemampuan kompetitor. Yang kami pikirkan pertama adalah bagaimana memberikan value kepada customer, kami memberikan kualitas yang jauh lebih bagus tapi dengan harga yang relatif murah. Maka harus merampingkan biaya-biaya dalam proses, bahan baku diusahakan beli kontan supaya mendapatkan harga terbaik. Keunggulan ini kami terus promosikan, bahwa cat kami putihnya paling putih, keringnya paling cepat, dan lain-lain.

Hasilnya, pertumbuhan Avian selalu double digit setiap tahunnya. Makanya ayah saya setelah 4 tahun itu kewalahan karena pertumbuhannya cepat. Kemudian setelah saya dan kakak bergabung bisa berjalan semakin cepat lagi karena pertumbuhannya juga semakin besar.

Lalu kami membesarkan jaringan. Toko-toko ditambah terus. Termasuk produk-produk juga terus bertambah, seperti cat mobil, cat seprai, cat tembok. Jadi kami melakukan keduanya secara agresif, pembesaran wilayah dan penambahan produk baru.

Selama kurang lebih 20 tahun kami telah membuat pabrik Avian terintegrasi, seluruh bahan baku dan packaging dikelola sendiri. Mungkin kami satu-satunya pabarik cat yang terintegrasi. Karena volume sudah besar jadi secara cost juga terbesar, bukan hanya di Indonesia tetapi juga di dunia.

Bagaimana kisah pendirian merek air minum Cleo?

Setelah semua settle, kemudian anak-anak dan istri saya ikut berkontribusi salah satunya membuat Cleo. Bermula dari omzet hanya Rp75 juta perbulan. Tapi impian kami selalu menjadi yang nomor satu di Indonesia. Ketika itu karyawan berjumlah 150 orang, karena kami juga akuisisi perusahaan. Saat itu segmennya di middle. Sempat berdarah-darah selama 5 tahun karena kompetitor sangat kuat.

Jurus utamanya adalah kami selalu memikirkan produk harus bagus dan selalu menghadirkan nilai tambah bagi customer. Termasuk kemasannya, galonnya. Kemasan kami tidak memakai polycarbonate, sementara 90% pemain lain menggunakannya. Lalu kan kemudian dilarang karena polycarbonate ketika dimasukkan konten yang panas akan mengkontaminasinya. Lalu kemasan dibungkus dengan plastik yang sifatnya 100% recycle, agar tetap higienis ketika didistribusi. Pertumbuhan Cleo selalu double digit.

Bagaimana mengembangkan bisnis di Tancorp?

Setelah 20 tahun, anak-anak saya sudah mulai besar, dan mulai mendirikan bisnis sendiri di luar Avian group. Lalu saya mendirikan perusahaan properti, beverage, kosmetik, dan lainnya. Tahun 2016 kami baru menyiapkan Tancorp sebagia holding dari semua bisnis tersebut agar lebih rapi. Karena dengan adanya holding kami bisa melakukan banyak efisiensi. Lalu sejak 2017 ketika Cleo IPO, mindset saya juga semakin luas, saya bias menjadi strategic partner bagi mereka yang mau IPO dan lain-lain. Karena saya ingin produk-produk Indonesia bisa menjadi pionir di negaranya sendiri, bahkan dikenal di negara lain. Tahun 2020 ini sedang proses due delligent beberapa perusahaan walaupun di tengah kondisi pandemi ini.

Apa pertimbangan dalam menentukan perusahaan untuk IPO?

Kalau size perusahaannya sudah memenuhi syarat, sehat, dan pertumbuhannya bagus. Mungkin saya agak terbalik dengan kebanyakan orang yang melakukan IPO perusahaan yang sudah tidak bisa bertumbuh, khususnya ketika awal 2000-an.

Bagaimana kiat menghadapi pandemi Covid-19? Apa lagi rencana ke depannya?

Kita harus cepat berubah dan beradaptasi. Selain itu harus punya mindset yang positif, sehingga bisa melihat peluang-peluang. Melihat strategi apa yang bs dijalanakn pada masing-masing perusahaan. yang paling utama, dari sisi proses bahwa prosedur harus condong ke arah teknologi.

Kalau dari sisi keuangan, sebaiknya ditangguhkan kebutuhan-kebutuhan personal yang tidak terlalu penting, menangguhkan investasi-investasi yang kurang bisa menambah pertumbuhan omzet perusahaan, dan aset-aset yang tidak terpakai sebaiknya dijual. Kemudian harus mempertahankan pelanggan yang ada, membantu memberikan ide supaya mereka bisa bertumbuh di masa pandemi ini.

Selanjutnya yang akan IPO adalah Depo Bangunan dan Avian. Mungkin setahun atau dua tahun lagi. Kami juga sedang menjajaki perusahaan-perusahaan luar yang mau berkolabroasi dalam menjajakan produknya ke Indonesia melalui kami dengan model joint venture. Tapi kami mensyaratkan harus dengna merek joint venture tersebut, bukan merek mereka yang dibesarkan di Indonesia. Karena jangan sampai kita membesarkan macan di sini.

Editor : Eva Martha Rahayu

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved