CEO Interview Editor's Choice

Jurus Buah Sunpride Menembus Pasar Jepang

Jurus Buah Sunpride Menembus Pasar Jepang
IMG_3587(1)

Tidak hanya mengekspor ke Jepang, melalui sister companynya, PT Nusantara Tropical Farm (NTF), juga mengekspor ke China dan Timur Tengah. PT Sewu Segar Nusantara (SSN), pemegang merek Sunpride dan Sunfresh, membuktikan bahwa buah lokal dapat menembus pasar internasional. Martin M. Widjaja, Managing Director PT Sewu Segar Nusantara mengatakan saat ini Gunung Sewu Group akan fokus untuk menggarap pasar Jepang.

Sejak kapan mulai mengekspor buah ke luar?

Kami mulai ekspor dari Oktober 2014. Awalnya kami ekspor ke Timur Tengah, China, dan Jepang. Saat ini fokus kami ke Jepang. Mengapa Jepang? Untuk meningkatkan kualitas sebagai pemain dunia, harus masuk ke Jepang dulu. Karena untuk ekspor ke Jepang, prosesnya yang paling susah. Jika Jepang bisa masuk, negara lain lebih gampang masuknya. Apakah untuk di Jepang sudah masuk ke ritel modern?

Untuk impor ke Jepang kami belum masuk ke ritel modern. Melainkan ada importirnya sendiri. Dari sister company kami, PT Nusantara Tropical Farm, sudah membuka representative di Jepang. Ke depannya akan buka di China dan Korea. Korea akan mulai masuk mungkin mulai tahun depan.

Buah apa saja yang diekspor?

Buah yang diekspor hanya pisang cavendish dan nanas honi. Namun, untuk Timur Tengah kami juga mengekspor jambu kristal.

Berapa volume ekspor ke Jepang?

Mulai bulan April kami mengirimkan 10-15 kontainer ke Jepang per minggunya. Untuk 1 kontainer berisi 20 ton. Untuk China ada 40 kontainer per minggu. Untuk Timur Tengah 1-2 kontainer per minggu. Satu kontainer berisi 1.500 box, tonasenya 12 kg per box. Hingga Agustus ini sudah memasok berapa box?

Hingga Agustus telah memasok 1,9 juta box buah Apakah ada fokus untuk ekspor lagi?

Pasar ekspor di Asia dan Middle East masih luas sekali. Group kami memiliki ambisi untuk ekspor sampai 20 juta box pisang per tahun untuk 5 tahun ke depan. Saat ini baru sekitar 5,5 juta box per tahun, 10% dari total kapasitas produksi.

Berapa komposisi buah yang diimpor?

Kami impor hanya 10% untuk buah apel, pir, dan kiwi.

Buah apa yang menyumbang porsi paling besar untuk penjualan?

70% dari pisang cavendish, jambu kristal 15%, nanas dan buah tropisnya 10%, 5% sisanya buah yang kami impor. Berapa luas kebun untuk saat ini?

Di Lampung luas lahannya ada sekitar 3000-an hektar yang tertanam sekitar 1.600-an hektar. Kebun kami yang baru ada di Blitar, luasnya sekita 300-an hektar yang mulai akan ditanam 150 hektar dulu. Luasnya akan kami tambah lagi kedepannya. Kebun yang di Blitar ini untuk mengcover wilayah Indonesia Timur agar mengurangi carbon fruitprint pada saat pengiriman.

Apakah ada rencana untuk menambahkan jenis buah?

Untuk Sunpride sendiri, kami tidak ingin melakukan semua macam buah. Kami pilih buah yang valuenya tinggi baik di dalam maupun di luar negeri, demandnya tinggi, availabilitynya sepanjang tahun. Sebelum akhir tahun ini, kami akan meluncurkan buah pepaya baru. Kami tawarkan yang lebih istimewa misalnya kulitnya kuning, isinya pasti merah.

Apa yang membedakan Sunpride dengan Sunfresh?

Buah Sunpride dan Sunfresh berasal dari pohon yang sama, kualitasnya pun sama. Hanya saja Sunfresh ditujukan untuk pasar tradisional, sedangkan Sunpride untuk modern market, retail, dan ekspor. Selain itu, kami menerapkan standar yang tinggi untuk Sunpride. Jadi, jika berat buah tidak sesuai dengan QC Sunpride, maka buahnya untuk Sunfresh.

Berapa target produksi untuk tahun ini?

Target produksi tahun ini 3,7 juta box, naik 25%-30% dari sebelumnya yang hanya 3,3 box. 1 box kira-kira 12 kg. Kapasitas produksi tahun ini 44.400 ton. Karena kemarau yang panjang ini, dikhawatirkan produksi bisa menurun 5%. Tapi, kami optimis bisa mencapai target jika musim hujan segera datang. Bagaimana dampak pengaruh ekonomi global terhadap bisnis SS?

Tertunya berpengaruh, ada sedikit slow down. SSN menargetkan pertumbuhan 30% per tahun, tapi ada sedikit koreksi sebesar 5%, jadi ke 25%. Untuk pendapatan Nusantara Tropical Farm pasti naik, karena ekspor. Hal ini sebenarnya bagus untuk Indonesia karena dollar AS banyak yang masuk, sehingga pada gilirannya nilai tukar Rupiah kita akan menguat.

Apakah Sunpride ikut menaikkan harga?

Sunpride menjadi buah yang cukup murah dibanding buang impor akibat pelemahan Rupiah ini. Dan sebenarnya saya suka. Misi kami adalah konsumi buah di Indonesia meningkat. Dengan harga buah lokal terasa murah, konsumen jadi lebih memilih buah lokal. Bagaimana kiat SSN untuk menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN?

Dari kami sendiri, kami sudah menyiapkan diri sejak 3 tahun lalu. Di negara Asia Tenggara, yang mampu ekspor hanya Filipina dan Thailand. Negara lain kekurangan buah. Indonesia sendiri potensinya ada, namun kualitas buahnya tidak exportable dan local consumtionnya tinggi. Sehingga apa yang dilakukan dari grup kami adalah meningkatkan kompetensi agar kualitas bisa exportable. Kedua, memenuhi kebutuhan dalam negeri dulu. Ibaratnya, jika minum teh cangkirnya dipenuhi dulu sampai luber, luberannya baru diekspor. Ketika kebutuhan dalam negeri sudah dipenuhi, kompetitor agak sulit masuk. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved