CEO Interview

Kusumo Martanto: Mengandalkan Kerja Sama Tim

Kusumo Martanto: Mengandalkan Kerja Sama Tim

Sejak diluncurkan pada 25 Juli 2011, popularitas dan kinerja situs belanja online Blibli (www.blibli.com) terus meningkat. Kini, semakin banyak masyarakat yang berkunjung dan berbelanja di situs e-commerce berkonsep online mall milik Grup Djarum tersebut.

Dalam sebulan, rata-rata Blibli mendapatkan 40 juta visit. Blibli telah mampu menjangkau transaksi sejumlah 600 ribu produk, 1.500 merek, serta memiliki 6.000 merchant. Dan, rata-rata jumlah transaksinya puluhan ribu per hari.

Keberhasilan Blibli melesat di tengah persaingan e-commerce di Tanah Air yang sangat ketat itu tentu saja tidak lepas dari tangan dingin Kusumo Martanto, CEO PT Global Digital Niaga (perusahaan yang menaungi Blibli.com). Bagaimana kiprah dan strategi Master bidang Teknik Industri dari Georgia Institute of Technology, Amerika Serikat, ini dalam membesarkan bayi yang kelahirannya turut ia bidani itu? Berikut ini petikan wawancara wartawan SWA Sri Niken Handayani dengan Kusumo Martanto beberapa waktu lalu:

Kusumo Martanto, CEO Blibli.com

Kusumo Martanto, CEO Blibli.com

Apa sih tantangan terberat yang dihadapi perusahaan ini ketika Anda mulai menjabat CEO?

Kami mulai beroperasi pada tahun 2011, saat itu Internet belum begitu banyak yang pakai, sehingga kepercayaan konsumen tidak ada. Hal ini karena kebiasaan masyarakat yang berbelanja dengan melihat barangnya langsung dan ketemu langsung dengan si penjual, lihat bahannya. Kalau bisa, nawar lagi hehehe….

Adapun online tidak bisa seperti itu, cuma bisa melihat gambar. Waktu itu untuk membesarkan tim, dalam mencari ahli di Indonesia juga susah karena kami juga pionir dalam e-commerce di Indonesia. Jadi, harus belajar, lalu tersandung-sandung, bangun lagi, ya begitu saja terus waktu awal-awal mendirikan Blibli.com.

Bagaimana gambaran kinerja bisnis pada saat Anda pertama kali menjabat?

Kami buka pada Juli 2011. Sampai Desember masih pelan perkembangannya, dari akhir 2011 ke 2012 kami hanya naik 11 kali. Kemudian, naik lagi 10 kali. Lalu, naik lima kali. Dari 2012 hingga 2015 kami sudah lebih dari 300 kali pertumbuhannya.

Bagaimana Anda melakukan pathfinding (mencari terobosan) untuk mengatasi tantangan tersebut?

Ketika itu, kami merupakan online mall pertama di Indonesia. Saat itu, terobosannya adalah menawarkan bebas ongkos kirim ke seluruh Indonesia. Selain itu, untuk pengguna kartu kredit kami juga memberikan bunga 0%. Saat itu kami menggandeng dua bank, yaitu BCA dan Bank Mandiri. Kini, ada 15 bank. Tetapi, tidak berhenti di situ saja, pembayarannya pun komplet: bisa transfer, lewat Internet banking, atau kartu kredit. Kami juga bekerja sama dengan salah satu operator telepon untuk bisa membayar memakai pulsa. Setelah itu, kami kembangkan terus. Tahun lalu kami kerja sama dengan perusahaan logistik, lalu kami luncurkan Loker Box. Saat ini, kami juga sudah menerima pembayaran lewat Indomaret. Jadi orang bisa beli, lalu melakukan pembayaran di Indomaret. Jadi kalau bicara soal tipe pembayaran, bisa dibilang, kami paling lengkaplah.

Selain itu, kami percaya terhadap ekosistem. Kami tidak percaya kalau kami bisa berhasil tetapi di dalam ekosistemnya tidak berhasil. Artinya begini, di e-commerce itu harus ada jasa pembayaran, jadi kami bermitra dengan banyak sekali bank dan lain-lain. Sebelum bayar, harus ada yang jualan juga kan. Jadi, kami juga bermitra dengan banyak brand. Kemudian, kami kembangkan lagi ke UKM. Sekarang total mitra kami di penjualan ada 6.000 lebih mitra merchant. Barang kami juga sekarang sudah 600 ribu lebih, soalnya setiap minggu bisa nambah hingga 10 ribuan.

Tak hanya itu, awalnya kami bekerja sama dengan tiga perusahaan logistik. Saat ini, kami sudah bekerja sama dengan 18 perusahaan logistik. Sekarang konsumen kami sudah dari Sabang sampai Marauke. Setelah itu, kami juga bekerja sama dengan banyak klien yang lain supaya ekosistemnya jalan. Kalau ekosistemnya jalan, barulah industri ini bisa maju. Kalau industri maju, service-nya bagus dan harganya kompetitif, konsumennya bisa terus membeli sehingga kami bisa menjadi leader.

CEO Blibli.com, Kusumo Martanto

CEO Blibli.com, Kusumo Martanto

Bagaimana Anda melakukan upaya agar perusahaan lebih lincah, lentur dan efektif?

Mengingat ini merupakan bisnis online, semua dipikirnya sistem. Tetapi, sistem juga perlu orang yang buat, berarti perlu talent. Itu salah satu yang menjadi fokus utama.

Waktu itu mana ada mencari talent e-commerce yang pengalaman di Indonesia. Kan industrinya juga baru. Jadi, memang kami rekrut teman-teman yang dipercaya mempunyai visi dan misi yang sama dengan perusahaan, yang mau membangun, orang yang mau belajar. Dari situ kami utamakan juga pembangunan kultur di dalam. Mengapa? Kalau bisnis semakin besar dan organisasi semakin besar, kultur perusahaan perlu ditanamkan dari awal. Sebab, itu bukan pekerjaan sehari-dua hari, tetapi terus berlanjut.

Kami berusaha membangun kultur yang dipercaya cocok dengan industri ini dan cocok untuk organisasi kami. Kami juga memberikan kesempatan kepada teman-teman di Blibli untuk mengikuti training, ikut conference. Jadi, kalau ada pelatihan mengenai e-commerce di luar negeri, kami juga beri kesempatan kepada mereka belajar lagi karena di dalam negeri saat itu jarang sekali ada pelatihan mengenai e-commerce.

Berapa jumlah pekerjanya?

Waktu awal kami peluncuran, tim kami ada 24 orang. Sekarang jumlahnya di luar yang di Warehouse dan pengiriman, sudah ada 500 orang.

Bagaimana Anda melakukan pemberdayaan karyawan, dan memberi contoh (panutan)?

Pelatihan yang kami adakan juga dibuat yang fun supaya tidak membosankan. Maklum, karyawan ini masih muda-muda, rata-rata umurnya 23-25 tahun. Mereka itu punya aspirasi, ada yang suka menyanyi kami buatkan singing club, ada juga yang suka menari kami buatkan tim tari. Selain itu, kami coba setiap hari dalam satu minggu itu ada yang namanya yoga night, zumba night, futsal night.

Di seluruh area kantor kami juga pasang Wi-Fi. Artinya, orang mau kolaborasi, brainstorming, itu tidak mesti di tempat duduknya, tidak harus di ruang meeting, tetapi bisa di mana saja.

Di kami ada yang namanya open door policy: yang baru masuk mau ketemu saya langsung, ya boleh. Jadi, tidak ada kata tidak boleh ngomong sama CEO-nya, semuanya sama. Saya punya kantor besar sekali, tetapi saya duduknya bareng sama semuanya. Dengan begitu, kami bisa lebih terbuka dan lebih dekat. Saya percaya anak-anak sekarang pinter-pinter, tidak perlu diajari. Yang mereka lihat itu adalah leadership.

Bagaimana Anda mengeksekusi program-program yang telah direncanakan?

Hampir semua program yang kami lakukan datangnya bukan dari saya, tetapi bersama-sama. Jadi, kami menampung aspirasi. Jika aspirasinya memang baik untuk perusahaan dan semuanya, kami lakukan. Kalau tidak seperti itu, nanti dibilang ini program dari atasan, sehingga ketika menjalankan nanti ada keterpaksaan. Namun kalau program bersama, tentunya bisa dikerjakan dengan baik.

Cara membangun kepercayaan masyarakat seperti apa? Kan biasanya masyarakat membeli barang secara offline?

Waktu awal kami bilang produknya asli, tidak palsu, dan bergaransi. Berarti memang disaring merchant-nya. Kami juga menjaga kualitas barang itu, memberikan refund policy. Jadi, kalau memang tidak sesuai atau ada kesalahan, kalau konsumen minta refund, ya kami refund; kalau minta tukar, bisa ditukar. Kebijakan kami berlaku dalam 15 hari.

Kami juga menjaga value proposition kepada mitra merchant. Terbukti, walau pemain e-commerce begitu banyak, mitra merchant kami tetap setia dan tambah banyak. Contohnya, NBA (National Basketball Association). Itu perusahaan global. NBA membuka toko online setelah mereka ketemu seberapa banyak potensi mitra. Akhirnya, mereka memilih Blibli.com, dan ini pembukaan online store NBA yang pertama kali di ASEAN. Dan, itu yang terus kami jaga, yaitu kepercayaan. Kami tidak mau membangun bisnis cuma satu-dua tahun, tetapi membangun terus.

Selain itu, kepuasaan pelanggan juga tetap nomor satu. Hingga saat ini saya masih me-review keluhan pelanggan. Saya masih lihatin sendiri kalau ada keluhan dari pelanggan. Kadang-kadang saya jawab sendiri langsung. Apakah kami sudah perfect? Belum, tetapi kami ada garansi jika ada kesalahan ataupun keterlambatan. Kami manjakan pelanggan.

Berapa banyak transaksi per hari di Blibli.com?

Sekarang, kalau sedang tidak ada sesuatu yang khusus, transaksi bisa mencapai belasan atau puluhan ribuan transaksi per hari.

Apa saja tonggak penting yang Anda buat selama menjadi CEO Blibli?

Perjalanan dari awal kami tidak dikenal sama sekali, kami semuanya bikin sendiri, timnya belajar sendiri sampai hari ini membuat saya cukup bangga. Saya bangga dengan tim. Di tempat kami turnover-nya juga sangat kecil. Karyawan yang keluar lalu pindah ke kompetitor bisa dibilang hampir tidak ada. Tim yang saya miliki sangat membanggakan. Mereka tidak perlu menunggu perintah, mereka memiliki inisiatif yang tinggi.

Dari sisi pencapaian bisnis, pertumbuhan dan sebagainya, kami sudah dikenal, konsumen sudah di seluruh Indonesia.

Sebagai CEO, apa saja aktivitas Anda dalam sehari?

Saya biasa sampai kantor pukul 8 pagi, pulang pukul 10 malam. Saya melakukan meeting baik di kantor maupun luar kantor, cari mitra bisnis baru. Tak lupa, saya juga memikirkan strategi ke depan. Ini bisnis tidak mudah, persaingannya ketat sekali. Banyak sekali perusahaan asing, mereka datang ke Indonesia sudah punya sistem. Adapun kami memulai dari nol. Tetapi, jangan sampai kami patah semangat. Saya ingin buktikan: Blibli buatan Indonesia bisa bersaing dengan yang lain.

Setelah sampai di rumah, biasanya saya spend 1,5 jam untuk baca buku. Saya baca buku mengenai bisnis, manajemen, organisasi. Kalau libur, saya suka habiskan waktu dengan travel atau baca buku, olahraga. Main bersama putra-putri saya yang masih kecil, yang di hari biasa hampir tidak pernah bertemu. Kalau hari Minggu, saya biasa mengalokasikan waktu pada pukul 19.00-22.00 untuk mempersiapkan agenda seminggu ke depan. (AMBS)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved