CEO Interview

Neneng Goenadi: Wanita Harus Berkarier Lebih Tinggi

Oleh Admin
Neneng Goenadi: Wanita Harus Berkarier Lebih Tinggi

Di zaman modern sekarang ini, banyak wanita yang sudah mampu unjuk gigi. Menempati posisi teratas di sebuah perusahaan bukan lagi hal yang langka. Bahkan, sejumlah wanita menahkodai sejumlah perusahaan yang sarat akan hal teknis dan lazimnya dipimpin oleh pria. Perusahaan otomotif General Motors, perusahaan teknologi Yahoo!, itu yang ada di luar negeri. Di Indonesia, para wanitanya juga tidak kalah tangguh dengan para pria. Ada bank, ada perusahaan di bidang TI, hingga ada daerah yang dipimpin oleh seorang wanita.

Keberadaan wanita di posisi-posisi tinggi di perusahaan harus terus didukung. Lebih berimbang antara pria dan wanita tentu lebih baik. Bisa saja ada keputusan korporasi yang membutuhkan pemikiran seorang wanita. Tenaga kerja yang beragam, di mana wanita dan pria berimbang dalam hal kuantitas, tetapi juga tetap mengedepankan kualitas, itulah yang terus diperjuangkan oleh perusahaan berskala global, Accenture.

Accenture mempunyai International Women’s Day yang tahun ini memasuki tahun kesepuluh dalam penyelenggaraannya. Temanya tahun ini adalah “Knowing and Growing Your Career Capital.”

“Kenapa International Women’s Day ini dirayakan oleh Accenture sejak 10 tahun yang lalu, karena buat Accenture secara global, inklusif dan beragam adalah sangat-sangat penting, dan merupakan suatu tujuan yang ingin dicapai oleh Accenture secara global,” sebut Neneng Goenadi, Country Managing Director Accenture Indonesia, di Jakarta, Selasa (4/3/2014).

neneng accentureDi Accenture Indonesia, jumlah karyawan wanita ada sekitar 300 orang, atau 40 persen dari total pegawai. Sudah cukup tinggi. Tetapi, perusahaan tidak mau berhenti sampai di situ. Ada target untuk bisa mencapai jumlah yang berimbang antara pekerja pria dan wanita. “Kalau (itu) bisa, sangat baik,” ucap dia.

“Buat kami, perempuan di angkatan kerja adalah termasuk salah satu target yang ingin dicapai agar persentasenya bisa mengimbangi laki-laki. Itu tidak mudah. Oleh sebab itu, dari tahun pertama kami merayakan International Women’s Day sampai sekarang, itu peningkatannya substansial.”

Apa yang sudah dilakukan Accenture untuk meningkatkan porsi perempuan di perusahaan?

Pertama, dimulai mungkin dengan kampanye. Tapi, seiring berjalannya waktu, kampanye saja tidak cukup. Kami mempunyai berbagai inisiatif untuk memastikan bahwa jumlah perempuan bisa berhasil itu bertambah, jumlah perempuan untuk direkrut itu bertambah. Karena tanpa ada aksi dan inisiatif yang kami fokuskan itu tidak mungkin terjadi.

Tahun lalu, seingat saya, saya juga kampanyekan pada waktu International Women’s Day kepada khalayak ramai, yaitu klien-klien kami yang datang. Banyak klien kami sudah kampanye mengenai itu. Tapi kampanye saja tidak cukup. Itu baik sebagai awal.

Kuantitas perempuan berusaha ditingkatkan, apakah kualitas jadi dinomorduakan?

Masalah kualitas, kami tidak mengorbankan kualitas hanya untuk kuantitas. Kalau diterima di Accenture, minimum GPA laki dan perempuan itu sama. Yang kami lakukan adalah, misalnya, mulai dari rekrutmen, biasanya berapa orang yang mendaftar, misalnya, yang daftar 70 persen laki-laki, perempuan 30 persen, maka kami tidak berdiam diri. Kami lakukan kampanye ke sekolah-sekolah dan universitas, untuk perempuan. Kami punya inisiatif, misalnya untuk mempersiapkan wanita yang tentunya GPA-nya bagus, setelah ikut seleksi untuk dilatih atau dimentori oleh kami. Itu salah satu contohnya. Jadi, bukan kami mengorbankan kualitas, tapi kami melakukan kampanye yang lebih giat ke sekolah-sekolah.

Lalu, bagaimana mendukung karyawan wanita di perusahaan untuk terus berkarir setinggi mungkin?

Ada program-program misalnya bekerja dari rumah untuk ibu-ibu. Kenapa dilakukan itu? Karena banyak wanita yang karir mulai menanjak, mulai menjadi manager, lalu mulai punya anak, dan biasanya setelah punya anak, mereka berpikir untuk di rumah saja. Kami pun mencoba mendukung mereka untuk jangan berhenti, bagaimana kalau paruh waktu, atau bekerja dari rumah. Di kantor pun disediakan tempat untuk ibu-ibu yang sedang memberikan ASI untuk memompa susu. Hal-hal seperti itu mendukung mereka untuk pada waktu mau balik itu ada sarana-sarana pendukungnya.

Kami juga membuat suatu grup untuk, kalau misalnya, jadi ibu, pusing dengan urusan baby sitter, mereka bisa saling berbagi. Itu kelihatan sepele, tapi ternyata itu sangat membantu. Itu adalah contoh-contoh inisiatif yang dibuat untuk mendukung mereka. Kelihatan holistik, menyeluruh.

Biasanya jumlah perempuan semakin berkurang di level atas manajemen, bagaimana Accenture menyikapi hal itu?

Karena seperti itu, kami ingin menambah jumlah wanita di posisi atas atau manajemen tingkat atas. Begitu mereka manajer kebanyakan mereka di persimpangan: mau terus atau mau berubah karirnya. Itu yang kami coba dorong mereka untuk mau terus maju. Karena kalau yang mau terus menjadi lebih sedikit, tentunya jumlah yang ke atas semakin sedikit. Kami bantu sehingga mereka bisa naik ke atas dengan program mentoring, dengan keahlian negosiasi spesial, dan sebagainya.

Dalam acara International Women’s Day, Accenture juga akan merilis hasil risetnya Career Capital. Apa maksud dari Career Capital?

Penelitian tahun ini temanya “Knowing and Growing Your Career Capital,” di mana responden di Indonesia ada 100 orang, dari total 4.100 orang responden di 32 negara. Sebenarnya tahun ini, fokus kami adalah ke karir. Kalau tahun lalu, kami melihat mengenai, sebenarnya wanita itu bagaimana supaya bisa berhasil.

Tahun ini mengenai knowing and growing your career capital, karena ini adalah untuk mendorong perempuan bisa berkarir lebih tinggi dengan infrastruktur yang sudah kami coba bangun seperti hasil riset tahun lalu. Apa arti tema tersebut? Sebenarnya apa yang ingin kami sampaikan adalah keahlian apa yang diperlukan, sebenarnya ini berlaku untuk perempuan dan laki-laki, supaya bisa mencapai karir yang diinginkan, yaitu posisi top.

Kalau dilihat sebenarnya, hasilnya adalah, pertama, yang paling penting adalah pengetahuan dan kompetensi dari masing-masing orang. Kita selalu memperkaya pengetahuan dan mempertajam kompetensi. Itu disebut hard skill. Career capital adalah keahlian apa yang diperlukan, hard dan soft skill apa yang menjadi modal kita untuk untuk meningkatkan karir.

Kedua adalah kalau dari soft skill, apa yang penting? Yang penting adalah setiap orang, apakah wanita atau pria, harus bisa beradaptasi terhadap perubahan. Di zaman sekarang, perubahan itu adalah sesuatu yang stabil. Kalau kita tidak fleksibel terhadap perubahan dan bisa mengikuti perubahan, karirnya mentok. Di masa depan, apa saja yang diperlukan? Ya pasti kemampuan berbahasa Inggris. Kedua, kemampuan untuk mengerti mengenai komputer. Sebenarnya bukan komputer, tetapi lebih dari digital. Jadi, Anda bisa fleksibel dengan sosial media yang baru. Hal-hal itu sangat penting, termasuk juga kemampuan kita berkomunikasi dengan percaya diri. Itu sebenarnya tidak berubah dari dulu sampai sekarang.

Menurut studi itu, apakah wanita sudah bisa beradaptasi terhadap perubahan?

Saya baca berdasarkan hasilnya, itu sudah. Wanita itu memang sudah mengarah ke karir yang lebih tinggi. Kedua, mereka juga sudah cepat untuk beradaptasi. Hasil studi terkait Indonesia juga mengatakan kompetensi dan pengetahuan buat mereka adalah dua hal terpenting.

Itu adalah hasil penelitian yang menarik tahun ini. Karena setahun-dua tahun lalu, persentase untuk terus maju itu kecil dibandingkan sekarang. Sekarang hasil penelitian, sesuatu yang dikatakan terbukti itu adalah saat ini wanita sudah melihat bahwa meski keluarga atau suami sudah bisa mencukupi, mereka tidak ada masalah finansial, tetapi lebih kepada bagaimana mereka bisa bermakna untuk diri sendiri maupun di masyarakat. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved