CEO Interview Editor's Choice

Pancaprima Ekabrothers, Eksportir Pakaian Olahraga Merek Global

Pancaprima Ekabrothers, Eksportir Pakaian Olahraga Merek Global

PT Pancaprima Ekabrothers merupakan perusahaan manufaktur suppliers yang 99,9% sahamnya dimiliki oleh PT Pan Brothers Tbk. Jika Pan Brothers fokus di pesanan lifestyle ware, Pancaprima menangani pesanan khusus untuk sports ware seperti merek-merek Adidas, Nike, Salomon, dan The North face. Posisi Pancaprima hanyalah anak usaha, bukan merupakan sub kontrak dari Pan Brothers. Jadi kegiatan ekspornya tidak melalui Pan Brothers, melainkan langsung ke pemilik brand.

Perusahaan ini memiliki empat pabrik di wilayah Tangerang, Boyolali, Sragen, dan Sukabumi. Mempekerjakan sekitar 21 ribu orang. Bersama induk usahanya, perseroan berambisi menjadi “The Next Indonesian Ortega”, dan head to head dengan brand ternama dunia Zara.

Untuk mewujudkan ambisinya tersebut, pada Juni 2013 lalu Pancaprima bersama Pan Brothers melakukan soft launching brand pertama mereka, yaitu Zoe. Artinya, dari yang semula hanya sebagai suppliers brand-brand ternama, saat ini perseroan bersama induk usahanya berhasil menelurkan brand sendiri.

Usai penjurian Primaniarta 2013 di Kemendag, Anne Patricia Sutanto, CEO Pancaprima dan Wakil CEO Pan Brothers, berbincang tentang kinerja perusahannya dengan Lila Intana:

Anne

Seperti Pan Brothers, Pancaprima 99,9% kegiatannya untuk keperluan ekspor, bagaimana pertumbuhan kinerja ekspor perseroan?

Dari tahun ke tahun kami ada perkembangan, kecuali dari 2011 ke 2012. Kalau dilihat dari nilai, kami ada penurunan dari sekitar US$ 131 juta ke US$ 118 juta. Terjadi penurunan karena kami harus render kapasitas manufakturing agar secara level grup kami bisa naik. Untuk Pancaprima tahun ini kami ada pertumbuhan sekitar 15%. Secara value tahun lalu kami US$ 118 juta, tahun 2013 ini sekitar US$ 135 juta lebih.

Negara tujuan ekspor Pancaprima ke mana saja?

Tujuan kami ke Amerika Serikat, Eropa, Jepang, China, Korea, ASEAN, dan Australia. Total ada 30-an negara lebih.

Negara tujuan ekspor yang utama?

Kalau Anda tanya negara, tentunya AS, karena tidak terbagi-bagi alias satu negara itu saja dengan persentasenya mencapai 30% lebih. Kalau dari wilayah yang terbesar adalah Eropa, mencapai 35%.

Tantangan terberat apa yang dihadapi Pancaprima dalam kegiatan ekspornya?

Karena kami padat karyaf, tentu yang paling berat adalah segala gejolak yang ada hubungannya dengan buruh.

Cara mengatasi tantangan tersebut?

Karena kami menganut transparacy level, maka kami fokus di transparasinya. Jadi perserikatan buruh juga bisa menilai apa yang kami katakan benar atau bohong. Mereka juga bisa memahami kekurangan dan kelebihan perusahaan.

Ada niat membuka pasar ekspor baru?

Kalau negara tujuan ekspor tergantung ekspansi dari brand yang merupakan buyer kami. Kalau dalam hal ekspansi brand baru saat ini kami melakukan trial beberapa brand seperti Under Armour, Arcteryx, Jack Wolfskin, H&M.

Best buyer Pancaprima brand apa saja?

Adidas, The North Face, Salomon dan Nike. Itu kontribusinya mencakup 45%.

Kepuasan buyer seperti apa?

Kami beberapa kali dapat award dari Adidas, Nike, dan beberapa award lain. Untuk Adidas kami nomor satu untuk outer ware. Untuk Uniqloe dan Salomon kami juga nomor satu.

Apa keunggulan produk dari Panca Prima?

Kami produksi performance sports ware, yang ada hubungannya dengan technical ware. Jadi apa yang kami buat belum tentu orang lain bisa buat. Dari tahun ke tahun kami mengembangkan produk kami. Jadi harus selalu ada temuan teknik baru yang membuat posisi kami di market diakui sebagai “top of the needs”. Kalau orang mau order sports ware tidak bisa tidak, harus order di Pancaprima.

Strategi untuk menembus pasar ekspor?

Kami memperkuat R&D, kemudian fabric sourcing dan kapasitas kami cukupi. Dengan terpenuhi tiga hal tadi maka dari sisi harga, produk, dan kualitas kami jadi lebih menarik, otomatis buyer datang sendiri ke kami.

Selain itu strategi yang kami jalankan saat ini adalah memanfaatkan perdagangan bebas yang sudah berlaku antara Kamboja dengan Eropa atau Vietnam dengan Amerika. Kalau kami ekspor dari sana itu peluang yang sangat bagus. Sedangkan di Indonesia sendiri, kami akan perbesar manufakturing kami, perbesar supply chain karena kami ingin fokus supply garmen ke asia.

Pertengahan tahun ini Panca Prima bersama Pan Brothers memperkenalkan brand Zoe, positioning brand ini di mana?

Positioningnya lifestyle woman collection. Ini lokal brand, tapi proyeksi ke depannya kami ingin menjadi “The Next Indonesian Ortega” dan head to head dengan Zara. Tiap satu setengah hari Zara membuka outlet baru, kami belum bisa seperti itu tapi kami akan ke arah sana.

Tidak takut bersaing dengan brand yang besar seperti Zara?

Tahun 1997/1998, Indonesia sangat dikucilkan, semua order garmen lari kke China, tapi Pan Brothers, Pancaprima enggak pernah takut melawan China.

Brand Zoe, boleh dapat supply manufakturing dari Pan Brothers atau di Pancaprima, atau sourcing dari pihak lain. Yang penting ide kreatifnya dari kami. Karena kalau semuanya dimanufaktur di dalam, jika tidak menguntungkan Pancaprima atau Pan Brothers, maka pasti juga tidak menguntungkan bagi Zoe.

Kenggulan Zara salah satunya adalah kecepatan mengubah desainnya, bagaimana kesiapan Pancaprima?

Sebagai perusahaan eksportir, kami bekerja 24 jam 7 hari. Moto kami di Pan dan Pancaprima, kapanpun ada permintaan dari buyer, kami mengabari kepastiannya dalam 24 jam. Karena di dunia ekspor kami bisa survive dari tahun 1990 karena kami sangat sharp dan dedicated. Kenapa Zara bisa? Ini hanya masalah waktu. Masalahnya adalah berani enggak kami menuju ke sana?

Semua brand yang kami produksi kami harus diselesaikan dalam waktu 30-35 hari, malah ada yang buffer dua minggu kami dahsyatnya. Itu dari sisi manufakturing. Tapi kalau Zara bukan dari sisi manufakturing saja, tapi dari sisi logistik. Dia punya orang yang punya strategi lokasi bagus. Kalau dari desain, jika diperhatikan itu seperti lego, semuanya mirip-mirip. Inilah tugas dari tim R&D kami fokus di retail end. Kami bagus di manufakturing, belum tentu bagus di retail. Untuk itu pada 2010 kami mengubah moto kami dari manufakturing garmen menjadi manufakturing suplier, agar mind set karyawan tidak hanya cepat di manufakturing, tapi juga logistik.

Ada harapan terhadap otoritas terkait dukungan ekspor?

Pemerintah sekarang memberi subsidi kalau kami merenovasi mesin akan mendapat cash back. Kalau kami menginginkan kemudahan untuk ekspor-impor, dari sisi biokrasi dan infrastruktur pelabuhan. Jangan seperti Pelabuhan Tanjung Priok yang diperbaiki, tapi menuju ke sana macet berjam-jam. (***)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved