CEO Interview

Robert Fletcher: Philips Mampu Mereinvensi Citra

Robert Fletcher: Philips Mampu Mereinvensi Citra

Melalui program tanggung jawab sosial The ‘+’ (baca: Plus) Project dalam kurun 2011-2012, PT Philips Indonesia sesungguhnya sedang mereinvensi citranya. Betapa tidak, pada peluncuran mobile application Spot It Yourself (21/11), Presiden Direktur PT Philips Indonesia, Robert Fletcher masih khawatir akan citra Philips yang ketinggalan zaman.

Robert Fletcher, Presiden Direktur PT Philips Indonesia

Robert Fletcher, Presiden Direktur PT Philips Indonesia

Meski demikian, optimisme Philips untuk bertahan di pasar dengan citra muda dan relevan, bahkan sampai umur 400 tahun masih menyala. Inovasi teranyar Philips adalah meluncurkan aplikasi deteksi kanker yang tersedia dalam sistem operasi BlackBerry dan Android. Ini membuktikan upaya keras Philips merangkul kembali pasar Indonesia yang menggemari teknologi canggih.

Berikut ini pernyataan langsung Fletcher, alumni program studi Economics and Asian Studies dari Curtin University Australia, seputar pergerakan bisnis dan CSR Philips, dalam wawancara dengan Rosa Sekar Mangalandum dari SWA online.

Seperti apa saja inovasi yang telah dilakukan Philips?

Bisnis Philips adalah inovasi. Pada dasarnya, Philips bertahan karena membawa inovasi kepada pasar. Compact disc, tape, alat cukur elektrik merupakan beberapa dari banyak inovasi Philips yang berkembang seiring perubahan jaman. Maka, bagaimana perusahaan ini bisa terus memimpin pasar? Inilah yang membuat orang-orang di Philips terjaga sepanjang malam. Dan Philips mampu mereinvensi dirinya. Ini sedang dilakukan sekarang.

Apakah meluncurkan banyak inovasi lebih penting daripada memperkenalkan inovasi ke pasar dengan cepat?

Sekadar berinovasi memang tidak mengasyikkan. Namun, berinovasi sebanyak dan secepat apa pun tetaplah kurang bermakna, kecuali inovasi itu membawa perubahan positif bagi masyarakat, di tingkat komunitas, tempat tinggal, kota, dan negara. Pada intinya, inovasi mesti menyentuh kehidupan. Dalam pembuatan mobile application Spot It Yourself ini, saya rasa inovasi sungguh membawa perubahan positif.

Sejauh mana Philips menjaga keberlanjutan (sustainability) perusahaan dan menjawab tantangan ini?

Meskipun berusia 121 tahun, Philips adalah perusahaan yang masih muda. Dan saya ingin Philips tetap muda dan relevan bagi dunia hingga usia 200, 300, 400 tahun di masa depan. Jika tidak demikian, tentu saja Philips akan kehilangan pangsa pasar. Seperti yang saya sebutkan dalam forum tadi, generasi kakek-nenek kita mengenal Philips sebagai pabrik radio dan generasi orang tua kita mengenal Philips sebagai pabrik televisi. Tetapi, Philips masa kini bukan industri radio dan televisi tua, melainkan bisnis inovasi dalam domain pencahayaan, layanan kesehatan, dan gaya hidup. Teknologi Philips selalu hemat energi dan berkelanjutan.

Apa peluang pasar yang Anda lihat di Indonesia untuk keberlanjutan Spot It Yourself?

Saya pikir, ini sesungguhnya sulit disebut pasar. Philips tidak sedang melakukan sesuatu yang komersial dengan mobile application ini, melainkan pendidikan dan penyadaran. The ‘+’ Project benar-benar program CSR. Maka, saya tidak mengukur hasil investasi Philips dari segmen dan pangsa pasar.

Anda tahu, tingkat layanan kesehatan di Indonesia masih terbilang rendah dan memprihatinkan. Di sini, saya masih mendengar tentang kekurangan rumah sakit, alat-alat perawatan, bahkan kekurangan ranjang pasien. Orang-orang yang mampu secara finansial pun malah pergi ke luar negeri untuk berobat. Maka, sesungguhnya ada kesempatan emas untuk melipatgandakan ketersediaan rumah sakit, peralatan, jumlah dokter, dan paramedis di negeri ini hingga beberapa tahun mendatang.

Lewat Spot It Yourself, Philips menjawab mimpi seseorang, yaitu Rina Susanti, merealisasikannya, kemudian mengarah pada outcome dan tanggapan positif di tengah masyarakat. Jika Spot It Yourself berhasil menyentuh kehidupan orang-orang, wow. Memikirkannya saja sudah membuat saya tersenyum.

Bagaimana pertumbuhan bisnis Philips Indonesia sejauh ini?

Philips dalam kondisi baik, dari segi pertumbuhan bisnis maupun financial health. Tahun lalu, nilai penjualan Royal Philips Electronics secara global mencapai 22,6 miliar euro. Memasuki 2012, pertumbuhan berkisar 6%. Di Indonesia, Philips menempati peringkat pertama untuk produk blender, seterika, mixer, perangkat perawatan kardiovaskular, CT scan, dan head scan.

Tak lama lagi, kita akan memasuki 2013. Tentu Philips tidak akan bergeser dari fokus bisnis di bidang pencahayaan hemat energi, peningkatan kesehatan, dan gaya hidup konsumen. Kalau bisa lebih khusus, divisi pengembangan kesehatan PT Philips Indonesia punya peluang untuk meningkatkan pertumbuhan hingga 2 kali lipat. Dari yang saya amati selama 5 tahun berkarya di Indonesia, negeri ini masih butuh waktu yang lama untuk mencapai tingkat pelayanan kesehatan yang sepenuhnya standar. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved