CEO Interview

Sebastian Togelang (Kejora Ventures): “Saya Senang dengan Kemajuan Fintech di Indonesia”

Sebastian Togelang (Kejora Ventures): “Saya Senang dengan Kemajuan Fintech di Indonesia”

Dalam acara Indonesia Fintech Festival and Conference 2016 yang digelar pada 29-30 Agustus lalu, Sebastian Togelang didapuk sebagai salah satu pembicara penting. Ia tampil melengkapi para pembicara dari kalangan pejabat penting pemerintah – mulai dari Presiden, Gubernur BI, Ketua Dewan Komisioner OJK, Menko Perekonomian, hingga Menkominfo – yang terlihat memberikan perhatian besar di ajang ini.

Kehadiran Sebastian tampaknya mewakili kalangan modal ventura (MV), yang memang merupakan salah satu unsur penting dalam perkembangan industri fintech dan aneka digital startup lainnya di berbagai belahan dunia. Sebastian memang salah satu orang penting di industri MV yang berkiprah di Tanah Air. Bersama beberapa rekannya, ia mendirikan MV bernama Kejora Ventures pada 2008. Di website-nya, mereka menyebutkan ingin mengembangkan sebuah platform di mana para pemain di industri startup teknologi dapat bertemu dan berbagi best practice. Tujuannya agar para wirausaha yang umumnya berusia muda itu dapat memperoleh kesempatan sukses lebih besar.

Khusus di bidang fintech, Kejora hingga kini memiliki tiga startup binaan, yaitu: C88, Investree, dan Pawoon. C88 adalah startup di bidang komparasi finansial, yang baru saja menutup pendanaan Seri B yang dipimpin oleh Telstra Ventures. Sebelumnya, C88 didanai oleh Kejora sendiri. Investree adalah startup di bidang peer-to-peer lending, yang sejauh ini didanai oleh Kejora melalui lembaga fundraising-nya. Sementara Pawoon adalah startup penyedia aplikasi kasir atau point-of-sale berbasis online, yang didanai melalui program inkubator milik Kejora, Ideabox.

Wartawan SWA Herning Banirestu berkesempatan mewawancarai pentolan Kejora Ventures ini. Berikut petikannya:

Bagaimana Anda melihat perkembangan industri fintech beberapa tahun terakhir?

Perusahaan fintech di Indonesia berkembang sangat pesat. Dari semua perusahaan fintech yang telah berdiri di Indonesia, 7% didirikan sebelum tahun 2010, 15% didirikan tahun 2011-2014, dan 78% baru didirikan setelah tahun 2015.

Peluang juga masih sangat besar untuk semakin bertumbuh. Otoritas Jasa Keuangan menyatakan bahwa saat ini ada 49 juta unit UMKM yang unbankable. Selain itu ada gap senilai Rp 988 triliun dalam hal pembiayaan yang belum bisa diisi oleh perusahaan mana pun. Terlihat jelas bahwa perkembangan fintech sudah semakin nyata. Pencarian kata fintech di Google pun melonjak sebesar 1.300% di tahun 2015.

Sebastian Togelang

Sebastian Togelang (ke-2 dari kiri) bersama tim Kejora Ventures (foto; www.kejorahq.com)

Apa definisi fintech menurut Anda?

Inti fintech itu sendiri adalah perusahaan yang menyediakan produk finansial dengan menggunakan teknologi. Cakupan produk fintech termasuk pinjam-meminjam, pembayaran, personal finance, pembiayaan ekuitas, pengiriman uang, jasa ritel investasi, otorisasi, riset finansial, dan banyak lagi.

Perkembangan ini didukung oleh produk fintech itu sendiri yang lebih mudah dimengerti, karena tersedia di berbagai macam platform secara 24/7, dilengkapi dengan transparansi, dan harga akhir yang lebih rendah. Sebagai contoh, biaya operasional rata-rata untuk memberikan pinjaman secara tradisional dapat mencapai 5%-7% dari total pinjaman itu sendiri, sedangkan inisiatif fintech dapat menekan biaya tersebut menjadi hanya 2%. Perusahaan fintechstartup di seluruh dunia sudah mencapai angka 14 ribu. Selain startup, inisiatif fintech ini juga dilakukan oleh kalangan perbankan.

Dibanding negara lain, terutama di Asia, bagaimana posisi industri fintech Indonesia?

Data statistik menyatakan transaksi fintech tahun 2016 di Indonesia mencapai US$ 14,8 miliar, Singapura US$ 10 miliar, India US$ 33 miliar, Hong Kong US$ 12 miliar, dan China US$ 441 miliar. Di Indonesia, secara geografis, 93 juta penduduk yang hidup tersebar di berbagai pulau dengan pendapatan di bawah Rp 25 ribu per hari dianggap berisiko terlalu besar untuk mengajukan produk finansial. Ditambah lagi, hanya 22% dari penduduk Indonesia yang terhubung dengan institusi finansial. Nah, fintech dapat membantu distribusi produk finansial dengan mudah. Namun kendala terbesar yang ada di Indonesia saat ini adalah edukasi finansial, kepercayaan atas produk digital finansial, dan keterbatasan infrastruktur digitalnya.

Bagaimana fintech memengaruhi dunia bisnis dewasa ini?

Fintech memudahkan inklusi keuangan, terutama untuk UMKM. Bank-bank ternama pun mulai mengadakan inovasi untuk ambil bagian di industri fintech. Misalnya, dalam bentuk lomba hackathon, akselerator/inkubator, serta produk baru seperti digital banking dan electronic wallet. Inisiatif ini juga didukung kuat oleh telco karena mereka sudah mempunyai jaringan distribusi yang kuat. Perubahan produk ini menghasilkan cara kerja dan cara pikir yang berbeda dari bisnis tradisional, yaitu lebih efisien, lebih murah, dan lebih transparan.

Bagaimana pula fintech memengaruhi gaya kerja generasi muda?

Generasi muda sepertinya tidak memerlukan lagi bank dalam bentuk fisik, karena semua produk finansial bisa dilihat dan diperjualbelikan secara online. Dengan 50% dari populasi di Indonesia mempunyai pendapatan di kelas menegah-atas berumur di bawah 30 tahun dan dibekali kebiasaan yang cukup tinggi untuk menggunakan perangkat mobile/komputer, fintech akan menjadi cara utama melakukan transaksi finansial di masa depan. Teknologi pun akan dengan mudah mencapai 17 ribu pulau di Indonesia dan 203 juta penduduk yang memenuhi pasar microfinance itu.

Bagaimana kalangan modal ventura dalam menangkap peluang ini?

Sebanyak 115 perusahaan fintech telah tercatat di Bursa Efek Amerika Serikat sejak 2005 dengan total pendanaan mencapai US$ 50 miliar. Sebanyak 46% dari 115 perusahaan fintech ini didanai oleh MV. Dalam satu tahun terakhir, terdapat 164 investasi di fintechstartup dengan pendanaan melampaui US$ 5,5 miliar. Dalam lima tahun terakhir, dana sebesar US$ 49,7 miliar sudah diinvestasikan ke kalangan fintechstartup. Pada quartel 2016, 61% investasi berupa Seed Financing dan Series A Financing. Sementara Series B dan Series C Financing mencakup 30% dari total investasi.

Penerapan fintech di Asia dapat dilakukan dengan cara mengikuti model bisnis di negara maju, tetapi dilokalisasikan untuk kebutuhan produk Asia. Salah satu inisiatif antara MV, para startup, dan regulator adalah dengan membangun Asosiasi Fintech Indonesia untuk menjembatani akses masyarakat Indonesia terhadap pelayanan keuangan melalui teknologi.

Mengenai Kejora Ventures sendiri, berapa perusahaan fintech yang sudah didanai? Bagaimana pula perkembangan startup yang sudah didanai?

Kejora memiliki tiga startup di bidang fintech, yaitu: C88, Investree, dan Pawoon. Pada mulanya sangat sulit mengedukasi masyarakat soal fintech, bahkan pada saat pencarian karyawan C88 itu sendiri. Namun dengan kerja keras dan didukung bantuan investor kami, salah satunya Grup Barito Pacific, kami dapat menggunakan jejaring mereka dengan menghubungkan C88 dengan direksi perusahaan-perusahaan besar, memudahkan komunikasi dan edukasi, serta membantu menyediakan tempat untuk C88 bekerja dan mengembangkan produknya, sehingga C88 menjadi salah satu perusahaan financial marketplace terkemuka di Indonesia. Saat ini Kejora memiliki kantor empat lantai dengan luas total 4 ribu m2. Satu lantai kantor didedikasikan khusus untuk fintech, bertempat di Wisma Barito Pacific.

Bagaimana regulasinya? Apa sarannya?

Mulai tahun ini regulator sudah terbuka untuk fintech dengan diadakannya Indonesia Fintech Festival and Conference 2016. Kegiatan ini diadakan atas kerja sama antara OJK dan Kadin, serta didukung oleh Asosiasi Fintech Indonesia. Presiden Jokowi yang juga menghadiri acara ini mengatakan akan dibentuk satuan tugas untuk lebih meneliti industri fintech.

Selain itu, kita juga dapat meneliti beberapa inisiatif dari negara-negara lain dan menerapkan yang baik. Contohnya, mengamati sandbox approach yang dilakukan di Singapura dan Malaysia. Sandbox berarti memberikan keleluasaan kepada kalangan fintechstartup untuk mencoba melakukan berbagai macam produk finansial, tetapi berada di lingkungan dan perlindungan yang sebelumnya disetujui oleh regulator. Saya senang dengan kemajuan pesat fintech di Indonesia setahun terakhir ini. Semoga pemerintah semakin mendukung dan semakin banyak anak bangsa yang berperan memajukan bidang ini.

Baca juga:

Investree Kaji Ekspansi ke Malaysia dan Filipina

© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved