CEO Interview

Strategi Pelindo III Dukung Program Poros Maritim

I Gusti Ngurah Ashkara Danadiputra resmi menjabat Direktur Utama PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) sejak Mei 2017 lalu.

Meski baru genap satu tahun, sejumlah perubahan mulai nampak dalam perusahaan jasa kepelabuhanan tersebut. Pria yang akrab disapa Ari Ashkara itu menyiapkan tiga langkah strategis sebagai fokus transformasi Pelindo III dalam masa kepemimpinannya. Yakni modal yang kuat, teknologi dan SDM unggul. Semua itu untuk menyiapkan BUMN kepelabuhanan ini mendukung program poros maritim.

Apa saja yang sudah diilakukan dengan tiga strategi tersebut? Serta apa rencana kedepannya? Berikut wawancara SWA Online dengan Ari Askhara di Kantor Pusat Pelindo III, Tanjung Perak, Surabaya pada 9/5/2018 lalu.

Banyak membandingkan perkembangan kepelabuhanan Indonesia dengan Singapura. Kenapa Singapura bisa lebih cepat pembangunan dan bisnis pelabuhannya dibandingkan kita (Indonesia) ?

Ini jelas beda, karena mereka kan shipment. Sedangkan di Indonesia ini kan market kami itu end market, sedangkan mereka hub-market hanya transit. Mereka hanya wajib mengecek lima hal dalam tanggung jawabnya, bandingkan dengan kami, ada 300 poin yang harus kami cek sebelum produk benar-benar keluar dari pelabuhan. Apalagi saat pemerintah bilang sekarang penyelundupan banyak, wow makin banyak lagi poin yang masuk dalam daftar cek. Itulah kenapa kami selalu dibilang lambat padahal nature-nya saja sudah berbeda.

Kalau mau dilihat yang apple to apple ya Thailand. Yang penting kalau buat saya bukan lamanya, Thailand itu 11 hari dwelling time-nya, tapi costnya jauh lebih murah dari Indonesia. Jadi yang paling penting itu cost-nya. Nah ini cost-nya ini yang berusaha kami tekan, seperti contoh kami pakai Shore-plug, lalu Home Terminal Apps, dsb.

Contohnya di Terminal Teluk Lamong, shipping line itu sudah tidak ada lagi yang mengirim berkas dalam bentuk kertas, lalu face-to-face administrasi, tidak ada antri loket, disana sudah tidak ada lagi. Disana hampir tidak ada orang (petugas) lalu lalang, sepi. Karena semua sudah dikerjakan oleh teknologi dan kecerdasam buatan (AI).

Teluk Lamong itu, surpisingly, kami targetkan BEP di delapan tahun, ternyata tiga tahun sudah BEP. Kemarin tahun 2017, Teluk Lamong, Net Profit After Tax-nya Rp90 miliar. Tahun ini kami targetkan Rp 150 miliar. Itu memang surpisingly, karena efisiensi dan memang kami sudah mengedepankan teknologi. Nanti mungkin kami akan bangun juga PLTMG (Pembangkit Listrik Tenaga Mesin dan Gas) di Teluk Lamong, tapi hasilnya nanti bisa digunakan juga oleh terminal-terminal di Tanjung Perak. Jadi nanti didistribusikannya pakai kabel bawah laut. Itu nanti akan lebih efisien lagi karena kami pakai gas.

Tahun 2018 ini berapa besar belanja modal yang akan dikeluarkan?

Oke jadi begini, sebelum 2018, rata-rata investasi Pelindo III itu sekitar Rp4 triliun per tahun. Tahun 2018 ini kami genjot jadi Rp12 triliun. Tahun 2019 mungkin akan turun sedikit, tapi ordernya sekitar Rp3-4 triliun. Tahun besar karena kami ada agenda harus mendukung program poros maritimnya pemerintah, maka kami harus kuat modal, untuk menambah kapasitas pelayanannya, IT, dan kualitas layanannya. Lalu tahun-tahun berikutnya, untuk Capex, sekarang Rp 12 triliun, lalu 2019 jadi Rp 6 triliun, lalu tahun berikutnya Rp 10 triliun. Jadi nanti sampai lima tahun kedepan rata-rata Rp 8 triliun capex kami per tahunnya.

Selain modal, apa lagi yang telah disiapkan Pelindo III guna mendukung program poros maritim ini ?

Oke, seharusnya pertanyaan iniada diawal. Jadi yang kami siapkan atau lebih tepatnya kami benahi adalah manajemen sumber daya manusia. Prinsip kami adalah karyawan kami harus happy. Karena dengan begitu dia akan lebih produktif. Banyak kebijakan yang pro karyawan. Contoh cuti tahunan dari 12 hari jadi 14 hari. Cuti juga bisa setengah hari, dari pada mereka curi-curi waktu kerja. Begitu juga jam 6 sore listrik dan lift mati sehingga semua pulang. Kerja jadi lebih efisien jadi pulang tepat jam 6 sore. Mereka jadi punya work-life balance.

Konsekuesninya, disaat jam kerja mereka harus maksimal gunakan untuk selesaikan pekerjaan hari itu, jam makan siang juga tidak berlama-lama. Selain itu Karyawan laki-laki dapat paternity leave 10 hari jika isterinya melahirkan. Seragam juga bebas dari selasa jumat, lebih kasual seperti jeans dan kemeja. Usia pensiun kami naikkan jd 58 tahun. Kami juga adakahn program Computer ownership. Konsepnya begini kami punya anggaran menyewa komputer hampir Rp20 miliar tiap tahun.

Nah, dengan adanya program ini, karyawan bisa cicil dan tahun ke 2 jadi miliknya, cukup 30% dari harga komputer. Dengan demikian kami jadi efisien Rp11 miliar dan karyawan dapat benefit punya komputer milik pribadi. Salah satu hasil dari kebijakan pro karyawan ini adalah mereka, khususnya yang anak-anak IT berhasil mengembangkan sebuah platform e-commerce khusus jasa kepelabuhanan, namanya Home Terminal. Platform ini membawa Pelindo III menang di sebuah kompetisi inovasi teknologi di tingkat regional.

Apa itu Home Terminal ?

Ini adalah sebuah market placel. Semua kebutuhan shipping line ada disitu. Jadi kalau dia (kapal) mau beli BBM, air bersih, jasa pemanduan, dll bisa pesan dari aplikasi Home Terminal ini. Ini bisa berdampak pada efisiensi cost bagi shipping line dan memangkas rantai proses order, mereka tidak lagi keluar biaya agen, hemat waktu dan lebih transparan. Semua provider yang berkaitan dengan kepelabuhanan bisa jualan disini, misalnya catering untuk kapal pesiar, asuransi, bank, bahan bakar dan lainnya. Platform ini hasil karya karyawan Pelindo III.

Selain itu kami juga punya shore-plug, ini adalah pengisian listrik ke kapal yang sandar, bisa mengehmat bahan bakar mereka hingga 90%. Kami juga sudah menjalankan prinsip paperless untuk semua transaksi bisnis, misalnya invoice. Semuanya elektronik, lebih efisien dan transparan.

Berapa besar efisiensi dari semua upaya tersebut ?

Tahun lalu kami identifikasi Rp324 miliar efisiensinya. Itu diluar bujet proyek yang juga bisa kami tekan, misalnya dari Rp 100 miliar menjadi Rp70 miiar.

Bagaimana bisa menekan bujet proyek cukup signifikan seperti itu ?

Ada 3 stategi. Pertama proyek di bundling, jadi untuk beberapa proyek yang sama kami pakai satu proyek leader, satu designer dan satu konseptor. Kami juga pakai aplikasi BIM (Business Information Modeling). Aplikasi ini di UK baru dipakai pada tahun 2017. Dengan BIM kami hemat biaya proyek dan waktu. Contoh flyover di Teluk Lamong itu perkiraan awal 20 bulan, bisa dipangkas jadi 12 bulan.

Balik lagi soal poros maritim, jadi sebenarnya posisi dan peran Pelindo III dalam program poros maritim itu seperti apa ?

Jadi kalu di kami ini (Tanjung Perak), adalah selalu menjadi hub untuk Indonesia Timur. Jadi Makassar pun kalau mau dibesarkan kapasitasnya pun terbatas, karena begini, pertama, konsepnya shipping line itu tidak bisa diubah. Mereka itu punya market, punya kebiasaan, bahwa hub-nya itu harus Surabaya. Maka kalau Makassar mau mengembangkan portnya jadi besar, sekarang kita tanya, apakah ada demand ekspor dari Indonesia Timur? Ada, tapi masih sangat sedikit. Kalau kapal-kapal besar itu datang, lalu pulangnya muat apa? Kosong.

Nah dengan Surabaya ini, kami kan sebagai pengepul, jadi demand-demand yang kecil di Bali dan Nusra kumpul disini untuk ke Singapura, Hong Kong, dll. Jadi konsepnya pelabuhan besar itu pasti tergantung kepada demandnya juga. Contoh tol laut, kami memang penuhi karena itu tugas kami sebagai BUMN, kami bawa misalnya sembako ke Rote, Flores, dll. Untuk marginnya dari produk-produk itu kami maksimal ambil 5%, tetapi disana, bisa menurunkan 50% harga jualnya. Tapi baliknya? Kosong. Kami pernah, di Rote, kami balik membawa cumi kering cukup lumayan. Tapi ternyata komoditi itu tidak kontinu produksinya karena hanya untuk kebutuhan lokal mereka, belum untuk ekspor. Jadi di rute berikutnya tidak ada lagi. Tapi ada juga wilayah yang berpotensi besar kedepannya, di Waingapu, itu kerjasama dengan Djarum, ada perkebunan tebu besar. Nah yang seperti ini bisa mengembangkan pelabuhan. Dis ana kami buatkan pelabuhan dengan investasi Rp200 miliar.

Jadi kira-kira akan sustainable kah program Poros Maritim dan tol laut itu di Indonesia Timur ?

Kalau tol laut, harus lanjut, karena ada subsidi pemerintahnya. Tapi kami membantu menyalurkan bahan-bahan pokok dengan harga yang tidak upgrade seperti tengkulak. Tapi kalau poros maritim, itu beda, memang harus bertahap berkembangnya. Makanya kami terus benahi infrastruktur kami, tujuannya apa, ya logistik costnya harus murah.

Editor : Eva Martha Rahayu

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved