CEO Interview

Upaya Brian Riady Rambah Virgin Cinema Market Lewat Cinemaxx

Upaya Brian Riady Rambah Virgin Cinema Market Lewat Cinemaxx

Setamat dari Studi Komunikasi Politik dan Ekonomi, Universitas Texas, Amerika, Brian Riady memulai kariernya sebagai Analis Investasi Perbankan di Credit Suisse, New York. Saat kembali ke Tanah Air, pehobi badminton ini lantas didapuk sebagai Vice President divisi strategi di Lippo Group.

Sejak Desember 2013, ia kemudian mendirikan perusahaan sinema di bawah Lippo Group, Cinemaxx, dan diserahi tanggung jawab sebagai CEO. Di sinilah, dirinya bertanggung jawab untuk memformulasikan dan membangun strategi demi mengimplementasikan misi Cinemaxx untuk menjadi Bioskop nomor wahid di Indonesia. Lantas apa saja langkah-langkah ekspansinya? Berikut penuturan lengkapnya kepada Gustyanita Pratiwi dari SWA Online:

Brian Riady, foto : Gustyanita

Brian Riady, foto : Gustyanita

Apa yang melatarbelakangi berdirinya Cinemaxx?

Sejalan dengan perkembangan ekonomi Indonesia, kami percaya bahwa kita akan menjadi besar dan kuat. Hal tersebut terlihat dari meningkatnya kemakmuran maupun standar hidup yang pada akan berdampak ke penduduk Indonesia. Dari situ, permintaan akan akses hiburan modern pun turut meningkat. Lebih mengerucutnya lagi adalah bioskop.

Jika kita bandingkan pada tingkat regional, juga kota-kota di Indonesia pada tingkat mikro, akhirnya terlihat bahwa terjadi kekurangan supply bioskop untuk memenuhi kebutuhan terbaru ini. Di tingkat makro, industri cinema kita memiliki 923 layar untuk mengakomodir 250 juta penduduk. Artinya, untuk 1 layar bioskop akan mengakomodir lebih dari 270 ribu penduduk. Jika kita mengobservasi negara-negara lain di tingkat regional, ketika industri perfilman mereka tumbuh, kestabilannya itu akan berada pada titik 40 ribu penduduk per layar. Sebagai contoh Malaysia 39 ribu penduduk, dan Jepang 38 ribu penduduk. Jika kita bandingkan di tingkat regional, Indonesia masih punya potensi untuk melayani sebanyak 7 kali dari negara lain.

Lalu jumlah penjualan tiket di Indonesia rata-rata 0,3 kali per tahun. Dengan kata lain, jika terdapat 3 orang, salah satu dari mereka akan pergi menonton bioskop 1 kali dalam setahun. Sementara itu, orang-orang di Jepang, Taiwan, Singapura, atau Malaysia menonton bioskop sebanyak 1-4 kali dalam 1 tahun. Jadi masih ada potensi dalam 5-10 tahun ke depan, dimana kami dapat mengembangkan 5000 layar.

Mengapa tidak terlalu banyak orang Indonesia yang pergi menonton bioskop? Apakah mereka tidak menyukai bioskop atau tidak ingin mengeluarkan waktu dan uang?

Jawabannya adalah banyak sekali dari mereka yang belum memiliki akses ke bioskop. Ketika kita lihat peta Indonesia dari timur ke barat, terdapat 81 kota di Indonesia yang memiliki penduduk sebanyak atau lebih besar dari 100 ribu jiwa. Dari ke-81 kota tersebut, 42 nya sudah memiliki bioskop. Daerah ini biasa kami sebut sebagai existing cinema market. Sedangkan 39 sisanya kami sebut sebagai virgin cinema market (kota-kota yang belum memiliki bioskop). Jadi setengah dari 81 kota yang berpenduduk 100 ribu atau lebih ini belum memiliki bioskop. Angka tersebut bukan hanya berasal dari jumlah orang yang ada di dalam kota dengan 100-200 ribu penduduk. Jangkauan yang bisa didapatkan bahkan mencapai 20-50 km dari sekelilingnya. Jadi secara makro dan mikro, bila dibandingkan dengan negara-negara lain, jumlahnya masih terlalu kurang dan distribusinya masih terlalu minim.

Apa saja strategi bisnis ekspansinya?

Kami akan memprioritaskan pasar yang belum terjangkau di seluruh Indonesia. Kami telah menentukan 85 kota yang kami anggap paling memungkinkan untuk mendapatkan keuntungan dan paling memungkinkan untuk membangun bioskop. Strategi ekspansi kami adalah menargetkan pasar tier 2 dan tier 3, juga membuat basis yang solid untuk pasar yang sudah ada. Kami juga akan buka di mall-mall baru serta mall-mall yang sudah ada dan sudah beroperasi sekarang ini. Lalu juga mall-mall yang belum memiliki bioskop, dan kami melihat adanya potensi di sana. Karena ada 350 mall modern dan 184 bioskop di seluruh Indonesia. Ini peluang besar.

Outlet yang dimiliki berapa hingga sekarang?

Kami sudah memiliki dua lokasi di Jakarta, yaitu di Plaza Semanggi (3 layar) dan FX Sudirman (5 layar). Dua minggu lalu kami baru saja membuka di Palembang Icon. Bioskop ini akan memiliki 15 layar jika sudah selesai sepenuhnya. Di pembukaan, kami baru buka 8 layar.

Lalu dalam 6 bulan ke depan, setidaknya kami akan membuka 9 lokasi lagi. Di Ponorogo Citi Center kami akan buka 3 layar. Ini adalah salah satu lokasi yang kami sebut sebagai virgin cinema market. Di Lippo Plaza Manado, kami akan 7 layar, dan ini adalah langkah pertama sebelum nantinya akan membuka 15 layar. Di Medan, kami memiliki 2 lokasi yaitu Sun Plaza Medan sebanyak 9 layar serta Lippo Plaza Medan dengan 4 layar. Kami juga akan membuka di Kuta Central Park, Bali dengan jumlah 5 layar. Lalu di Lippo Karawaci yaitu rumah kami sendiri dengan 10 layar, Lippo Plaza Kendari ini juga salah satu contoh dari pasar tier 2 dan tier 3 kami dengan 8 layar, Maxx Box Lippo Cikarang 10 layar, sedang Lippo Mall Jogja 7 layar.

Keunggulan Cinemaxx?

Ini terangkum dalam Maxxperience yang terdiri dari 3 komponen. Komponen pertama adalah big picture big sound. Dengan lebih banyaknya pilihan untuk home entertainment (ada yang lebih besar, lebih baik, dan lebih murah), kami melihat itu adalah kompetisi bagi industri.

Pertanyaannya adalah mengapa Anda harus pergi ke bioskop dan menonton di area sepanjang 6 meter sedangkan anda sudah punya TV 100 inci di rumah sendiri? Di Cinemaxx, kami berkomitmen untuk memberikan layar terbesar (wall to wall). Bioskop kami juga dilengkapi dengan Geometry yang kami desain dengan partner ddari Hongkong dan AS untuk memberikan kenyamanan penonton.

Untuk memberikan kecerahan gambar, audio, dan sound yang terbaik, kami mendatangkan supplier-supplier dari seluruh dunia. Kami bermitra dengan Barco Belgia, dan untuk server kami bermitra dengan GDS dan Hongkong. Master image dan screen solution akan menyediakan lini sistem dan juga layar bioskop dari AS dan dan Korea. Speaker dan amplifier kami datangkan dari JRL dan Crown. Lalu Dolby, yaitu teknologi processing suara terdepan. Kami bermitra dengan Dolby untuk dipasang di lokasi-lokasi kami, dan beberapa diantaranya akan menggunakan fitur yang tercanggih yaitu Dolby Atmost.

Komponen kedua dari Maxxperiece adalah integrated entertainment experience. Intinya adalah siapapun anda, apakah anda seorang anak kecil atau kakek-kakek/nenek-nenek, datang 1 jam sebelum film mulai atau masih berada di bioskop 1 jam setelah film selesai, pasti akan selalu ada hiburan selama anda berada di bioskop ini. Kami memulainya di bioskop flagship pertama kami di Palembang Icon dengan 2 konsep yaitu pertama Ultra XD dan Cinemaxx Gold.

Pertama Ultra XD, dimana kami memiliki layar raksasa berukuran 20-25 meter. Lalu di auditorium kami akan ada 500-600 bangku. Desain dari bioskop ini adalah agar saat duduk di dalam bioskop, anda bisa merasa terperangkap masuk ke dalam layar. Kami juga selalu memastikan untuk menyediakan proyeksi dan sistem audio yang kuat. Cinemaxx Gold adalah layanan VIP kami dimana ada hidangan gourmet yang disiapkan oleh koki eksekutif hotel. Dan juga terdapat bangku kulit bermotor ganda yang pastinya nyaman. Ketika di tengah-tengah film, anda ingin menambah minuman atau popcorn, anda tinggal menekan service button, maka anda akan mendapatkan layanan yang cepat serta tidak akan mengganggu di tengah-tengah anda menonton.

Di Palembang Icon, kami menyediakan alternatif layanan untuk makanan, retail, dan hiburan. Di sana kami menyediakan Books and Beyond, dimana anda bisa berbelanja buku, mainan, games, atau merchandise film sebelum anda menonton bioskop. Kami juga memiliki Cinemaxx Games by Timezone, yaitu video game center yang kami operasikan bersama dengan Timezone. Lalu Maxx Cofee yang merupakan brand kami sendiri.

Komponen terakhir adalah kami berfokus pada kenyamanan dan itu terlihat dari para pengunjung. Kami menyediakan stand terlengkap dengan spesialisasi fried orea. Ini makanan yang saya sukai ketika saya bersekolah di Texas. Saya pikir ini cara terbaik untuk membawanya ke Indonesia. Saat anda mencobanya, anda pasti setuju bahwa itu adalah makanan tertepat untuk disantap saat menonton bioskop.

Lalu kami menyediakan pemesanan yang mudah melalui website juga aplikasi handphone yang akan kami luncurkan. Contohnya saya ingin nonton di Palembang Icon untuk besok. Maka saya akan pilih Ultra XD atau Cinemaxx Gold. Dari website itu saya bisa langsung memilih kursi. Setelah itu saya tinggal memasukkan email addres, nomor telepon, dan kartu kredit, selesai. Anda pasti setuju bahwa ini cara paling mudah dan mengurangi frustasi ketika Anda ke bioskop dan ternyata tiket yang ingin anda beli habis.

Budaya apa yang ingin dibawa Cinemaxx?

Di Cinemaxx, kami percaya bahwa ‘Bigger is Better’. Saya berharap tangan saya bisa lebih besar agar saya bisa menunjukkan seberapa masif dampak dari bioskop ini. selain membawa cinema going experience, kami juga ingin memberikan pendidikan betapa menariknya bioskop itu. Misi kami sederhana, dan itu terdiri dari 2 bagian. Pertama menjadi yang terbesar dari aspek kuantitatifnya. Kedua menjadi yang terpilih dari aspek kualitatifnya. Dalam 5 tahun,kami akan membuka 1000 layar dan 150 kompleks. Sedangkan dalam 10 tahun, kami akan membuka 2000 ribu layar dan 300 komplek.

Setiap menjalankan bisnis, kami akan selalu membuatnya scalable. Dalam arti, kami akan membuatnya masif dan besar. Ini adalah usaha yang serius dan kami mempersiapkan total investasi sebesar Rp 6 triliun untuk beberapa tahun ke depan. Kami tidak hanya bermaksud membicarakan tentang layar atau biaya yang kami keluarkan, tapi kami lebih menonjolkan jangkauan bisnis kami. Target kami adalah memiliki jangkauan nasional yang artinya menyentuh keseluruhan Indonesia. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved