CSR Corner

Ciputra Rayakan Seabad Seniman Hendra Gunawan

Ir.Ciputra dan lukisan karya Hendra Gunawan

Untuk memperingati 100 tahun perjalanan seniman Hendra Gunawan, Ciputra Artpreneur mengungkap beberapa detail terkait “100 Years Hendra Gunawan – A Centenary Celebration.”

Hal ini dilakukan oleh Ciputra Artpreneur yang didirikan oleh Ir Ciputra sebagai apresiasi kepada Hendra Gunawan. Maklum, begawan properti itu dikenal sebagai kolektor karya-karya sang maestro seni lukis dan seni rupa yang menghiasi ornamen Hotel Raffles Jakarta dan Ciputra Artpreneur Jakarta.

“Hendra dalam dua kata, bersusah-susah dulu mencapai prestasi gemilang. Masuk penjara bukan karena politik, namun membantu Lembaga Kebudayaan Rakyat (Lekra) bagi rakyat jelata,” kata Ir. Ciputra dengan suara bergetar, mengenangnya.

Sosok Hendra Gunawan adalah salah seorang seniman senirupa modern terbaik di Indonesia. Dalam seabad karya seniman ini, Ciputra Artpreneur menggelar dua pameran mulai 4 Agustus di Ciputra Museum dan Ciputra Gallery, Jakarta.

Mendiang Hendra lahir di Bandung, 11 Juni 1918. Namanya sudah lama terukir dalam sejarah Indonesia dan dunia kesenian. Hendra merupakan seniman dengan semangat nasionalis yang kental, menjadikan Indonesia sebagai Ibu Pertiwi yang paling dicintainya. Dengan keterlibatannya dalam peperangan demi merebut kemerdekaan, serta tahun-tahun pahit yang dijalani di balik jeruji besi dari 1965 sampai 1978, nama Hendra pun banyak dikenang.

Sebagai seniman, karya-karya Hendra hadir dengan warna-warni yang berani dan khas,m enggambarkan estetika dan sisi tropis bangsa Indonesia. Kecintaannya pada rakyat dan Tanah Air, memberikan karakterisitik unik pada lukisan-lukisannya, memancarkan semangat kerakyatan yang mengilhami gaya artistik dengan ciri khas yang sangat Indonesia.

“Pusat dari perayaan 100 tahun ini bertemakan Prisoner of Hope. Ini tercermin dalam pameran permanen baru Museum Ciputra yang menyajikan 32 karya Hendra Gunawan,” jelas Rina C. Sastrawinata, Presiden Direktur Ciputra Artpreneur sekaligus putri sulung Ir Ciputra di Jakarta, pekan ini.

Penambahan jumlah ini cukup signifikan, dari sebelumnya dengan jumlah yang dipamerkan hanya terdapat 10 karya. Pameran Hendra Gunawan, Prisoner of Hope dikuratori oleh Agus Dermawan T. dan Aminudin TH Siregar.

Pameran ini menampilkan karya-karya koleksi pribadi Ir. Ciputra yang memang memiliki persahabatan yang erat dan luar biasa dengan sang artis. Pameran ini adalah penghormatannya kepada Hendra Gunawan yang ia gambarkan sebagai seniman yang mampu menampilkan tema kemanusiaan yang mendalam.

Pameran Hendra Gunawan terbesar yang akan dipresentasikan di Indonesia, juga akan menampilkan sejumlah besar karya dari koleksi yang belum pernah dipamerkan kepada publik.

Pagelaran Prisoner of Hope mengacu pada 13 tahun yang dijalani Hendra Gunawan di penjara Kebun Waru karena dugaan keterlibatannya dalam aktivitas Lekra, Lembaga Kebudayaan Rakyat di Indonesia yang aktif di tahun 1950-an dan 1960-an.

Akan tetapi, selain pengurungan fisik yang dialami Hendra, pameran ini ingin mengemukakan gagasan mengenai harapan yang selalu ada dalam diri Hendra selama hidupnya. Harapan ini termanifestasi dalam pengorbanannya untuk cinta pertamanya – Indonesia, dengan berbagai usaha untuk mengekspresikan kebebasan, energi artistik dan visi baru tentang rakyat Indonesia.

Dalam karyanya, Hendra menggambarkan rakyat Indonesia sebagai orang-orang pekerja keras,sebagaimana terlukis dalam goresannya bertema nelayan, pedagang, para petani di sawah, suami dan isteri yang bahu-membahu bekerja, anak dan orang tua dalam suatu keluarga. Harapan ini terus dibawa hingga ia meninggal dunia di Bali pada tahun 1983.

Hendra mewariskan gagasan, idealisme, dan karya seninya kepada Indonesia dan dunia. Gagasan ini juga terpancar jelas dalam lukisan bernilai historis dengan judul Pangeran Diponegoro Terluka yang menjadi salah satu karya seni yang akan ditampilkan di pameran ini. Dalam lukisan ini Pangeran Diponegoro digambarkan berjuang melawan kekuatan Belanda di Jawa dan menjadi simbol harapan serta sumber inspirasi untuk merebut kemerdekaan Indonesia. Gagasan mengenai harapan yang ada dalam diri Hendra Gunawan juga tampak dalam lukisan ini.

Sejalan dengan Hendra Gunawan: Prisoner of Hope diselenggarakan pula Spektrum Hendra Gunawan yang menggarisbawahi relevansi dan pentingnya sosok sang seniman dalam seni kontemporer Indonesia saat ini. Pameran ini dikuratori Rifky Effendy dan menjadi respons dunia seni kontemporer terhadap Hendra Gunawan dan karyanya.

Berbagai karya seni lebih dari 70 seniman kontemporer Indonesia akan dipertunjukkan dalam pameran ini. Spektrum Hendra Gunawan merupakan persembahan untuk menghormati karya-karya Hendra dengan cara membaca, berkontemplasi serta merasakan kembali berbagai aspek yang ada di dalamnya.

Para seniman ini menawarkan perspektif serta diskursus baru atas lukisan-lukisannya dengan menginterpretasikannya ke dalam karya seni kontemporer. Pameran ini juga memberikan kita kesempatan untuk mendalami karya-karya Hendra Gunawan, seorang mahaguru seni modern Indonesia, bersama dengan karya seniman kontemporer yang berada satu generasi setelahnya.

Karya-karya seniman dalam pameran ini mencerminkan keberagaman media, dari teknik seni konvensional seperti lukisan, patung, atau keramik, hingga kreasi media baru, video, assemblage, instalasi, fotografi dan masih banyak lagi. Karya seni dengan berbagai media ini memicu beragam interpretasi, tanggapan dan perspektif atas karya Hendra Gunawan dari masing-masing seniman.

Berbagai teknik, metode, bentuk, warna dan tema yang diusung mengajak masyarakat untuk menyelami dunia Hendra Gunawan yang beraneka ragam dan penuh warna. Keanekaragaman media, teknik dan material yang ada dalam pameran ini juga bertujuan untuk menampilkan perkembangan seni kontemporer Indonesia yang muncul setelah Hendra Gunawan.

Di antara 70 seniman yang akan mempertunjukkan karyanya di Spektrum Hendra Gunawan antara lain adalah Agung Kurniawan, Theresia Agustina Sitompul, Arkiv Vilmansa, Davy Linggar, Eddy Susanto, Eldwin Pradipta, Erika Ernawan, Franziska Fennert, Galam Zulkifli, Hanafi, Heri Dono, Jumaldi Alfi, Made Wianta, Mella Jaarsma, Nasirun, Nindityo Adipurnomo, Otty Widasari, Patricia Oentario, Putu Sutawijaya, and Ugo Untoro.

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved