CSR Corner zkumparan

CSR Beyond Regulation dengan Pendekatan CSV

(ke-5 dari kiri) M. Lutfi Handayani, Ketua Penyelenggara Top CSR 2018 sekaligus Pemimpin Redaksi majalah Top Business

Sebanyak 150 perusahaan nasional dari berbagai sektor industri, mengikuti kegiatan Top CSR (Corporate Social Responsibility) 2018 bertema Great CSR for Great Business di Golden Ballroom, The Sultan Hotel Jakarta. Acara ini dihadiri sekitar 450 orang dari kalangan direksi, komisaris dan staf CSR.

Top CSR adalah kegiatan penilaian dan pemberian penghargaan kepada perusahaan-perusahaan yang beroperasi di Indonesia, yang dinilai telah menjalankan program CSR/ PKBL/ Community Development terbaik. Penilaian CSR didasarkan pada keterkaitan CSR terhadap 3 hal yakni: 1. ISO 26000; 2. Strategi Bisnis yang menggunakan pendekatan CSV; 3. Praktek GCG.

Dalam penjurian Top CSR ini setiap peserta mendapatkan nilai tambah dalam presentasi dan wawancara serta feedback tertulis untuk, pengembangan CSR perusahaan di masa mendatang. Berbeda dengan tahun sebelumnya dan penghargaan CSR lainnya, proses penilaian Top CSR 2018 ini menggunakan aplikasi SR Index 26000 SR. Dengan aplikasi SR Index ini, setiap perusahaan peserta dapat mengukur tingkat adopsi CSR-nya terhadap ketentuan didalam ISO 26000 SR.

Ada 253 pertanyaan yang dipersyaratkan atau menjadi ketentuan dalam SR Index ISO 26000. Skor maksimal yang dapat diraih adalah 759. Dengan mengukur SR Indexnya, maka perusahaan peserta dapat mengukur indeksnya dan terus meningkatkannya. Inilah salah satu manfaat yang dapat diperoleh peserta.

Ketua Dewan Juri Top CSR 2018 yang juga ketua KNKG, Mas Achmad Daniri, menjelaskan bahwa untuk membantu penyelesaian masalah sosial, ekonomi, dan lingkungan hidup di masyarakat, maka sebaiknya pendekatan CSR dilakukan dengan menggunakan pendekatan CSV (Creating Shared Value). Dengan CSV maka CSR perusahaan harus mengedepankan upaya “berbagi manfaat” antara perusahaan dengan pemangku kepentingan.

Program CSR tidak hanya dilakukan dalam bentuk memberi bantuan ketika ada permasalahan sosial, namun kehadiran CSR perusahaan lebih berperan sebagai solusi atas permasalahan sosial tersebut. Jadi, perusahaan menjadi solusi atas penyelesaian masalah sosial, ekonomi, dan lingkungan hidup, melalui pendekatan bisnis, bukan sekedar memberikan bantuan sosial atau sumbangan.

Oleh karenanya, strategi bisnis perusahaan harus jelas dan jelas, kemudian program-program CSR perusahaan, diintegrasikan dengan strategi bisnis perusahaan untuk membantu penyelesaian masalah-masalah sosial, ekonomi, dan lingkungan hidup.

Dalam kesempatan yang sama, M. Lutfi Handayani, Ketua Penyelenggara Top CSR 2018 sekaligus Pemimpin Redaksi majalah Top Business, menjelaskan, apresiasi ini diberikan kepada perusahaan-perusahaan yang dinilai berhasil dalam menjalankan program CSR yang berbasis ISO 26000 SR, keselarasan program CSR dengan strategi bisnis perusahaan, serta pendekatan CSV yang dilakukan.

Top CSR 2018 juga memberikan penghargaan khusus terkait program CSR yang terkait dan mendukung program Nawacita, SDGs, dan Program sosial dari berbagai kementerian dan instansi pemerintahan. Dari 150 perusahaan peserta, sebanyak 72 perusahaan yang ditetapkan menjadi pemenang Top CSR 2018 di berbagai kategori sektor usaha.

Apa saja temuan-temuan penting dalam penjurian ini? Pertama, secara umum, sudah banyak CSR perusahaan di Indonesia yang sudah selaras dengan strategi bisnisnya.·Kedua, dari hasil pengisian aplikasi SR Index, sektor tambang, energi, dan perbankan, memiliki SR Index tertinggi, dibanding sektor lainnya. Ketiga, dari aspek tata kelola CSR masih relatif rendah. Masih sedikit perusahaan yang sudah melakukan due diligence terkait pemetaan sosial. Perumusan tanggung jawab sosialnya belum banyak dilakukan secara baik.

Selain itu, mayoritas perusahaan sudah melakukan perecanaan CSR dengan baik. Kebanyakan perusahaan sudah melakukan pengukuran indikator output (jumlah), tetapi belum banyak yang mengukur indikator dampaknya ke masyarakat.

Indikator manfaat untuk internal perusahaan juga banyak yang tidak diukur, karena banyak perusahaan yang belum memiliki KPI dan indikator dampak ke internal perusahaan. Perusahaan masih perlu mengenali peluang dan tantangan lingkungan sosial, ekonomi di lingkungan bisnis perusahaan, kemudian diselaraskan dengan strategi bisnis untuk membangun keunggulan perusahaan.

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved