CSR Corner

Harmoni Bumi Ajak Desainer Peduli Lingkungan

Perancang busana harus makin peduli lingkungan

Sebanyak ratusan juta ton limbah dihasilkan dari industri fasyen per tahun, baik langsung dari produksinya maupun tidak. Harus ada kesadaran dari pelaku industrinya untuk menekan angka ini. Melalui gerakan Road to Event Fashion Rhapsody: Harmoni bumi, diharapkan para disainer bisa berperan aktif menekan jumlah limbah fesyennya.

Fashion Rhapsody merupakan sebuah ide yang muncul karena adanya isu lingkungan yang ditimbulkan oleh industri fesyen sebagai penyumbang limbah tcrbanyak di dunia.

Ide ini berkembang menjadi sebuah keinginan untuk mcmbuat event fashion yang berbeda dengan tema lingkungan dan dengan aksi untuk kita lebih sadar akan isu lingkungan serta menjadikan harmoni antara manusia dan bumi agar saling menjaga.

Ide ini dicetuskan oleh empat orang perancang busana kenamaan di Indonesia, yaitu Ariy Arka, Ayu Dyah Andari, Chintami Atmanagara, dan Yulia Fandy. Dikatakan Arly Arka, limbah fesyen berupa potongan kain dan packaging terutama yg menggunakan plastik, jika tidak diperhatikan menjadi sampah yang membahayakan bagi bumi.

“Menghilangkan sama sekali tentu tidak mungkin, tapi setidaknya kita menekan jumlahnya. Untuk itu kami menggandeng para desainer memggunakan packaging yang ramah lingkungan dan sisa produksi berupa kain perca bisa diolah lagi menjadi produk kreatif yang berdaya jual tinggi,” jelasnya. Ada 22 desainer yg bergabung di gerakan ini. Harapannya akan terus bertambah, targetnya di Februari menjadi 56 desainer bahkan lebih.

Road to Event Fashion Rhapsody: Harmoni bumi merupakan acara kedua dari rangkaian acara Fashion Rhapsody. Sebelumnya, Pre Event Fashion Rhapsody sudah dilaksanakan pada tanggal 30 April 2019 di Hallf Patiunus, Jakarta Selatan. Road to Event Fashion Rhapsody: Harmoni Bumi dilaksanakan dari tanggal 29 Oktober sampai dengan 3 November 2019 di Grand Atrium Hall, Mall Kota Kasablanka. Pada opening ceremony, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dijadwalkan hadir.

Kolaborasi dilakukan untuk mendukung kampanye ini. Para desainer misalnya menggandeng Dompet Dhuafa untuk menciptakan kreasi sisa-sisa kain untuk dijual dan pembuatan karya lain (boneka, keset, aksesoris).

“Kami mengajak masyarakat luas agar bisa bergandeng tangan bertindak bersama mengurangi limbah fasyen,” ajak Chintami. Menurut Ayu, program-program berkelanjutan dijalankan gerakan ini ke depannya, mendorong para pelaku di industri ini menggunakan lagi sisa bahan dibuat lagi produk kreatif lain. Bahkan beberapa mengolah limbah plastik untuk benang bahannya.

“Kami mengajak masyarakat kurang mampu untuk membuat produk kreatif, membuat detail dalam rancangan kami juga,” tutur Yulia. Sedangkan Chintami mengaku sudah lama membuat kancing, dompet cantik, aksesoris baju dari limbah kain rancangan bajunya. “Saya seminimal mungkin membuang kain perca,” tegasnya.

“Jangan gampang nyampah, harus bisa menambah nilai dari sisa produksi. Kalau packaging plastik saya sudah menggunakan plastik dari casava yg ramah lingkungan,” kata Yulia.

Dalam Naungan Yayasan Cipta Kreasi Mulia, event Fashion Rhapsody: Harmoni Bumi kini lwbih mengukuhkan diri secara hukum dan diharapkan menjadi acara yang akan dilaksanakan setiap tahun. Fashion Rhapsody bekerja sama dcngan Mall Kota Kasablanka sebagai tempat diselenggarakannya Road to Event Fashion Rhapsody dan Jakarta Tourism Forum (JTF) yang akan mcnjadikan Fashion Rhapsody sebagai event yang akan dilaksanakan di Jakarta setiap tahunnya dan dicantumkan dalam kalender event JTF.

Acara ini juga dilakukan untuk menambah awareness masyarakat khususnya warga Ibukota DKI Jakarta tentang apa itu Fashion Rhapsody dan tentang Main Event Fashion Rhapsody yang akan dilaksanakan pada Februari 2020 mendatang di The Tribrata, Jakarta Selatan.

Editor : Eva Martha Rahayu

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved