CSR Corner Corporate Action

Kemenkes - WLF Kompak Perangi Bahaya Asap Rokok

Kemenkes - WLF Kompak Perangi Bahaya Asap Rokok

Iklan layanan masyarakat dengan narasi gambar wanita berkerudung tanpa mengeluarkan suara, papan dan tulisan tangannya yang menyampaikan kisah bagaimana rokok membuat suaranya hilang berseliweran di stasiun televisi kita belakangan ini. Ike, 37 tahun adalah satu dari jutaan orang di Indonesia yang menjadi korban paparan asap rokok, sehingga menderita kanker tenggorokan.

ILM

Iklan ini merupakan hasil kerja sama antara World Lung Foundation (WLF) dengan Kementerian Kesehatan RI, yang bertujuan menyadarkan masyarakat Indonesia akan bahaya paparan asap rokok. Penayangannya secara serentak di berbagai stasiun televisi nasional, radio dan media cetaks elama dua minggu.

Bahaya merokok bukan saja merugikan perokok itu sendiri namun juga orang di sekitarnya. Bahkan lebih jauh, dr. Untung Suseno Sutarjo, M.Kes, Sekjen Kementrian Kesehatan RI menyebut pada 2013 menurut survey Depkes RI, kerugian negara akibat ini mencapai Rp 5,6 triliun, disebabkan oleh pengobatan dan penanganan rokok ini. “Bahkan jika ditotal termasuk efek dari tidak bekerjanya si perokok dan orang yang sakit akibat paparan asap rokok ini, efek sosial lain, bisa mencapai Rp 378 triliun,” ujarnya. Sayang dr. Untung lupa untuk angka tahun 2014. Tapi menurutnya angka itu tiap tahun terus naik.

Menurut catatan dr. Untung pula, akibat ini pula negara harus mengeluarkan sepertiga dari Rp 19 triliun total biaya JKN (Jaminan Kesehatan nasional) untuk mengobati para penderita penyakit yang diakibatkan asap rokok ini antaranya kanker dan stroke. “Saya berharap dengan 30 detik iklan layanan masyarakat yang kami kerja sama dengan World Lung Foundation ini, kesadaran masyarakat bisa ditingkatkan, tentang bahaya merokok,” tuturnya.

Bahkan disampaikan dr. Untung bahwa kondisinya makin parah karena tahun lalu saja didapati adanya peningkatan perokok pemula di Indonesia hingga dua kali lipat, mereka ini para remaja. “Kami bekerja sama dengan sekolah agar tidak ada warung-warung dekat sekolah yang menyediakan rokok, kami tidak bisa bekerja sendiri, harus bergandengan tangan,” jelasnya. Maka itu bersama dengan iklan ini, juga diadakan kampanye ke sekolah-sekolah dengan tema “Keren Tanpa Rokok”.

“Kami lihat iklan-iklan rokok itu pakai model-model keren dan cantik atau ganteng. Kami juga akan mengkonsepkan hal yang sama, jangan yang menakut-nakuti, tapi menggunakan model seperti mereka,” imbuh dr. Untung.

Penelitian dari Global Adult Tobacco Survey (GATS) yang dilakukan pada tahun 2008-2013 menunjukan prosentase prevalensi paparan asap rokok terhadap orang dewasa di Indonesia. Datanya didapat 85 persen orang dewasa Indoensia terkena paparan asap rokok di rumah, lebih dari 78 persen di tempat makan dan lebih dari 50 persen di tempat kerja.

Yang terjadi pada Ike, pada iklan layanan masyarakat tersebut, dia menghirup paparan asap rokok di tempatnya bekerja yaitu di sebuah rumah makan, suaminya sendiri tidak merokok. “Suara saya hilang,” ujar ibu dua anak ini dengan menuliskannya di papan tulis dengan kapur. Wanita asal Surabaya ini harus kehilangan pita suara, ada lubang menganga di lehernya, akibat kanker tenggorokan yang dideritanya. Ia berharap jangan sampai hal serupa terjadi pada orang lain yang membuat mimpi mereka terkubur.

“Kami sangat mengapresiasi kerja keras Pemerintah Indonesia dalam kampanye bahaya asap rokok di media massa nasional sejak tahun 2014. Melalui kampanye ini kami juga mendukung upaya Pemerintah Indonesia dalam kebijakan pengendalian bahaya produk tembakau bagi kesehatan,” ujar Peter Baldini, Chief Executive WLF.

Untuk menguatkan upaya ini, Depkes juga telah bekerjasama dengan berbagai pihak seperti Departemen Perhubungan dengan adanya pelarangan merokok di dalam pesawat dan di kendaraan umum lainnya. “Ternyata ini juga membuat airlines lebih efisien, karena filter asap rokok itu memakan bahan bakar mereka cukup tinggi juga,” imbuh dr. Untung. Menurut The Tobacco Atlas, hingga saat ini larangan merokok di dalam ruangan dapat mengurangi sebanyak 2-6 persen prevalensi merokok. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved