CSR Corner

Ini Profil 5 Pejuang Sosial Danamon

Ini Profil 5 Pejuang Sosial Danamon

PT Bank Danamon Indonesia, Tbk. (Danamon) telah mengumumkan lima peraih Danamon Social Entrepreneur Awards (DSEA) 2016. Mereka sukses membangun wirausaha berkelanjutan untuk mengatasi masalah sosial di lingkungannya.

Mereka adalah Andris Wijaya di Garut, Bambang Boedi Cahyono di Lembang, Itmamul Khuluq di Boyolali, Erik Kristianto di Semarang dan Yogyakarta, serta Dian Aryanti di Garut. Mereka berhasil mengalahkan 527 peserta lain.

Usaha mereka bergerak di bidang pangan, pengolahan limbah, peternakan, pendidikan informal, dan online shopping. Proses seleksi menggunakan empat kriteria penilaian, yaitu Motif (Ide Awal), Outcome (Hasil), Outreach (Dampak), Sustainability (Komitmen).

Masyarakat bisa memilih pejuang sosial favoritnya di situs resmi DSEA 2016. Pengumuman peraih favorit hasil voting akan diumumkan pada tanggal 10 November 2016. Informasi terkini bisa dilihat di Facebook dan Twitter Danamon.

Berikut ini profil masing-masing kandidat:

Itmamul Khuluq

itmamul-dalam-min

Inovator Telur Puyuh dari Boyolali

Pria kelahiran Lamongan, Jawa Timur, 16 Januari 1986 ini melihat peternak burung puyuh di Karanggede, Boyolali, Jawa Tengah, tak berkembang.

Telur burung puyuh hanya dikonsumsi sendiri maupun dijual di pasar sekitarnya. Lewat jejaring yang dia miliki, lulusan S1 Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada ini berusaha membantu memasarkan telur puyuh tersebut.

Dengan pengetahuan yang dimiliki, dia juga secara rutin memberi pendampingan kepada para peternak agar hasil telur burung puyuh mereka bisa maksimal.

Setiap hari Selasa, Kamis dan Sabtu, Itmamul mengambil telur puyuh sambil berbagi pengetahuan tentang beternak burung puyuh kepada para peternak.

Usaha yang digelutinya sejak tahun 2012 itu kini menjadi tumpuan 90 orang peternak. Produksi telur puyuh pun meningkat.

Kalau semula hanya sekitar 7.500 butir per minggu, kini naik menjadi 75.000 butir per hari. Untuk memberi alternatif pilihan bagi konsumen, dia juga membuat telur puyuh asin.

Pemasaran telur puyuh selain di sekitar Boyolali, juga sampai ke Jakarta, Lampung dan Pontianak.

Pendapatan peternak yang meningkat, diharapkan membuat tak hanya para peternak, tetapi warga di desa itu pun tak lagi tergiur untuk merantau ke kota besar.

Pendapatan minimal peternak dari telur burung puyuh sekitar Rp 1.200.000 per minggu. Ke depan, dia ingin membangun rumah potong unggas.

B.B. Cahyono

bambang-dalam

Sulap Kotoran Sapi Jadi Bahan Bakar Alternatif

Limbah peternakan sapi perah di Lembang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat yang turut mencemari Sungai Cikapundung yang mengalir ke Kota Bandung, membuat Cahyono prihatin.

Dia kemudian membuat instalasi reaktor biogas untuk mengolah limbah atau kotoran sapi untuk meminimalkan dampaknya terhadap lingkungan.

Untuk membuat instalasi tersebut, Cahyono berbagi ilmu dan memberi kesempatan bagi warga setempat untuk menjadi tenaga kerjanya.

Instalasi reaktor biogas yang desainnya dibuat Cahyono bergaransi kontruksi selama 1 tahun. Kini sekitar 2.500 kepala keluarga (KK) telah memanfaatkan instalasi reaktor biogas itu.

Untuk membantu peternak mendapatkannya, sejak tahun 2010 Cahyono bekerjasama dengan koperasi peternak sapi perah di bandung yang anggotanya lebih dari 5.000 peternak.

Pria kelahiran Lumajang, Jawa Timur 19 Februari 1976 itu juga memberi lapangan kerja bagi warga dengan membangun bengkel produksi peralatan biogas seperti kompor, kran biogas, waterdrain, dan alat ukur tekanan biogas. Omzetnya per tahun sekitar Rp 4 milyar.

Dian Aryanti

dian-aryanti-dalam

Bantu UKM Lewat Usaha Makanan Ringan

Keinginan untuk berada lebih dekat dengan anaknya membuat Dian Aryanti, wanita kelahiran Garut 21 September 1984 ini mundur dari pekerjaannya.

Dian yang tinggal di Tarogong, Garut, Jawa Barat punya lebih banyak waktu luang setelah tidak bekerja. Ia mengisi waktu luangnya untuk membuat pisang roll yang biasa dijadikan camilan di Garut.

Di awal pembuatannya, pisang roll Dian ini sangat berminyak dan terlihat tidak menarik. Tapi, dia tak menyerah dan terus mencoba demi menjadikan pisang roll sebagai oleh-oleh khas Garut. Akhirnya, pisang roll buatannya punya tekstur kering dan lebih tahan lama.

Namun, wanita lulusan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung ini terbentur pada pemasaran produknya, sampai akhirnya Dian banyak belajar dari pengusaha lainnya di Kota Depok.

Mulai saat itu bisnis Dian berjalan lancar dan bisa menjangkau lebih banyak konsumen sampai ke daerah lain melalui pemasaran online.

Keberhasilan Dian ini membuatnya terpancing untuk berkontribusi dalam peningkatan UKM yang ada di sekitarnya agar tidak merasakan kesulitan memasarkan produk seperti dirinya.

Sampai saat ini usaha Dian yang dirintis sejak tahun 2013, sudah memiliki 14 UKM binaan dan 42 reseller yang tersebar diseluruh Indonesia.

Tidak hanya membantu memasarkan produk UKM, Dian juga membantu usaha kecil itu untuk memperbaiki produk dan kemasannya agar lebih menarik.

Erix Soekamti

erix-dukungan

Kembangkan Talenta Anak Muda lewat DOES University

Personel band Endank Soekamti, Erix Soekamti atau Erick Christianto punya banyak mimpi. Salah satunya adalah memberdayakan Kamtis Family, nama para penggemar band Endank Soekamti.

Dia tak ingin para fans sekadar bersorak atau berfoto bersama saat Endank Soekamti naik panggung, tetapi juga mampu memberdayakan mereka sekaligus berguna bagi sekitarnya.

Di satu sisi, lelaki kelahiran Surabaya, 31 Maret 1982 ini juga prihatin dengan langkanya lagu untuk anak-anak. Dia harus berbuat sesuatu untuk mulai mewujudkan mimpinya. Apalagi ada kekuatan untuk itu, yakni sekitar 2,2 juta fansnya.

Erix memilih animasi, karena dekat dengan dunia anak muda dan anak-anak. Sebagai modal awal, sebagian dari hasil penjualan merchandise Endank Soekamti diperuntukkan untuk DOES Community.

DOES, singkatan dari diary of Erix Soekamti, adalah tempat belajar bagi fans yang memiliki minat di bidang animasi. Bermodal awal Rp 300 juta, Erix memulainya pada 2015 dengan 10 orang fans sebagai siswa.

Mereka berasal dari berbagai daerah, seperti Bandung, Yogyakarta, Surabaya dan Balikpapan. Mereka belajar animasi dan dikarantina selama sekitar 6 bulan, gratis.

Semua biaya hidup dan belajar mereka selama belajar di Ungaran Timur, Kabupaten Semarang dia tanggung. Kini ada 58 siswa yang menimba ilmu animasi gratis di DOES.

Andris Wijaya

andris-wijaya-dalam

Nasi Liwet Instan, Harumkan Nama Beras Garut

Nasi liwet instan berbagai rasa seperti jambal, jengkol dan pete adalah usaha yang dirintis Andris sejak tahun 2011. Mewarisi usaha penggilingan keluarga di Kecamatan Samarang, Garut, Jawa Barat, dia melewati jatuh-bangun sebelum Nasi Liwet Instan 1001 Garut produknya diterima pasar.

Andris pernah tertipu distributor beras yang kabur sampai kualitas beras yang buruk. Lewat nasi liwet, tak hanya usaha penggilingan keluarga tetap berjalan, tetapi dia juga bisa memberi lapangan kerja untuk 100 orang dan membina sekitar 250 orang petani.

Dia memilih mengolah beras karena bahan bakunya relatif mudah diperolah. Nasi liwet juga cocok dengan lidah banyak orang dari berbagai daerah. Nasi liwet tanpa bahan pengawet itu, bisa bertahan sekitar setahun dalam kemasan.

Pria kelahiran Garut, 6 Juli 1979 ini berharap lewat nasi liwet instan, pamor beras garut pun akan semakin populer. Dia optimis usahanya semakin berkembang. Kini omzetnya rata-rata Rp 1 milyar per bulan.


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved