CSR Corner Corporate Action

Komitmen CropLIfe Indonesia Untuk Petani

IMG_5409

Stewardship adalah suatu inisiatif dari produsen produk perlindungan tanaman yang terkait erat dengan tanggung jawab dan etika perusahaan yang sudah dilakukan sejak 2001. Sebagai gabungan dari delapan perusahaan produsen produk agrokimia, CropLife, sepenuhnya menyadari dan mendukung arti penting dari program dan aktivitas Stewardship ini yang meliputi tahap perencanaan dan riset, pengelolaan dan produksi, distribusi, penggunaan di lapangan oleh petani, dan sampai pada proses pembuangan dan pemusnahan.

Beberapa program Stewardship yaitu, Amarta (Agribusiness Market and Support Activity) yang berlangsung selama 2007-2008. bertujuan untuk meningkatkan produksi dan membantu akses pemasaran beberapa komoditas seperti kopi, kakao dan beberapa komoditas hortikultur pilihan yang bernilai tinggi yang diusahakan oleh petani. Aktifitas utama dalam program ini adalah transfer teknologi terapan, pelatihan petani, pelatihan tenaga penyuluh lapang, fasilitasi pembentukan kelompok tani dan aliansi agribisnis serta mempromosikan hasil panen petani ke eksportir. CropLife Indonesia mengadakan Pelatihan Pelatih (Training of Trainers): Safe & Judicious Use of Pesticides di Tanah Karo, Berastagi, Sumatera Utara. Pelatih yang sudah dilatih ini telah melatih 650 petani yang berasal dari 25 desa di 7 kecamatan di Tanah Karo.

Selanjutnya, CropLife Indonesia pun mengadakan Pelatihan Pelatih: Pemeliharaan dan Perbaikan Alat Semprot (KHS) yang melibatkan 225 petani dari 15 desa di Sulawesi Selatan.

Program Empty Container Disposal (Anti-Counterfeiting) di tahun 2011 dan 2015. Bekerja sama dengan Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Brebes dan Badan Pelaksana Penyuluhan (Bappeluh) Kabupaten Brebes, Geocycle Waste Management dan Kelompok Tani Kabupaten Brebes, program ini bertujuan untuk mengurangi limbah dari kemasan bekas pestisida di lahan pertanian dan menekan aktifitas pemalsuan pestisida.

Lalu, program Pemeliharaan Alat Semprot (KHS) dan Kesehatan Kerja di tahun 2015. CropLife Indonesia bekerja sama dengan program VegIMPACT, membuat program yang mempromosikan Praktik Pertanian Baik (GAP) yang disponsori oleh Kerajaan Belanda dengan dukungan dari Universitas Wageningen dan Fresh Dynamics Asia. Tujuan pelatihan ini adalah untuk meningkatkan kesadaran petani tentang pentingnya melakukan kalibrasi dan perawatan rutin alat semprot dalam kaitannya untuk melindungi kesehatan petani dari paparan pestisida serta efisiensi biaya usaha tani, meningkatkan kesadaran dan pengetahuan petani mengenai pentingnya aplikasi penyemprotan PPT dengan baik dan benar. Selebihnya, kapasitas petani diharapkan meningkat dalam hal perlakuan baik pasca penyemprotan, termasuk cara membersihkan dan menyimpan alat semprot dengan benar.

Program CocoaSafe di 2015 ditujukan agar perdagangan kakao memenuhi standar keamanan dan Standar Sanitasi dan PhytoSanitasi (PSP) internasional, mempromosikan dan memfasilitasi pengetahuan kakao antar pemangku kepentingan serta meningkatkan kesadaran para pemangku kepentingan di dalam cakupan dan daerah sekitar proyek tentang pentingnya keamanan pangan dalam tata niaga kakao dan bagaimana cara mencapainya. CropLife Indonesia bekerja sama dengan CABI dan Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Jember, mengadakan pelatihan fasilitator di dua provisinsi, Sumatera Barat dan Lampung.

Program terakhir di 2015 yaitu Diseminasi Penggunaan Pestisida. CropLife Indonesia memberikan materi “Penggunaan Pestisida yang Bertanggung Jawab” bekerja sama dengan Komisi Pengawas Pupuk dan Pestisida (KP3) Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Brebes.

Di 2016, program baru yang diadakan yaitu Bank Sampah Makmur Bersama. CropLife Indonesia menghibahkan fasilitas pengumpulan botol bekas kemasan pestisida di Desa Slatri, Kecamatan Larangan Brebes untuk digunakan kelompok tani lokal Luwih Makmur.

Midzon Johannis, Ketua Umum CropLife Indonesia, mengatakan petani harus selalu dipantau agar ilmu-ilmu yang sudah diajarkan tidak hilang. “Kami menempatakan beberapa pengawas di setiap daerah untuk memantau perkembangan petani,” ujarnya. Ia juga menambahkan bahwa sebenarnya petani ingin mendapatkan pengetahuan yang lebih mengenai pertanian, namun mereka tidak tau harus mendapatkan informasi kemana. Oleh karena itu, butuh kemitraan antara pemerintah, organisasi non pemerintah, dan industriuntuk lebih sering lagi mengadakan pelatihan bagi petani guna mencapai target produksi pertanian. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved