CSR Corner Corporate Action

Membagi Spirit Berbisnis Melalui Museum Heritage

Membagi Spirit Berbisnis Melalui Museum Heritage

Didirikan sejak 125 tahun silam, tak membuat Bio Farma lupa pada akar dan budaya yang mejadi landasan bisnis.Hal ini ditunjukkan melalui peresmian museum di lingkungan perusahaan Bio Farma. Kawasan bangunan heritage ini merupakan yang tertua yang dibangun sejak 1920.

salah satu instalasi di museum Bio farma

Salah satu instalasi di museum Bio farma

Pada 1997, Paguyuban Pelestarian Budaya Bandung atau Bandung Heritage telah menginventarisasi bahwa bangunan ini termasuk bangunan cagar budaya. Penetapan ini resmi melalui Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 19 Tahun 2009.

Menurut Iskandar, CEO Bio Farma, pada awalnya Bio Farma tergabung dalam jaringan institusi Pasteur, sehingga bangunan kawasan heritage, memiliki nilai sejarah yang tinggi. Menurutnya, pelestarian cagar budaya ini juga merupakan bentuk nyata Bio Farma untuk bersaing secara global.

“PBB mendorong industri negara berkembang supaya mengutamakan mindset soal sosial dan budaya ke dalam core bisnisnya. Ini adalah rumusan yang harus dipenuhi bila ingin masuk ke dunia global.” Menurutnya, masyarakat global memiliki rasa ingin tahu yang tinggi mengenai asal muasal produk yang mereka gunakan.

Selain itu, nilai jual pun tidak hanya produk tetapi juga knowledge base industry, dan value di dalamnya. Salah satu knowledge base yang ia contohkan adalah berbagai kegiatan CSR yang dilakukan seperti perbaikan keturunan ikan koi, mengurus bio reactor, pengelolaan air limbah menjadi air bersih, dan masih banyak lagi.

Menurutnya , berbagai knowledge base tersebut diaplikasikan kepada masyarakat, salah satu contohnya perbaikan keturunan ikan koi. Bio Farma memperbaiki keturunan ikan koi dengan cara mematahkan pemahaman lama di mana dalam satu kolam ikan koi dimasukan 10 pejantan dan 1 betina.

Hal ini menyebabkan keturunan ikan koi menjadi tidak bagus dan harga penjualannya pun menjadi turun sekitar Rp 200-300 ribu. Pihaknya pun mengajak masyarakat peternak ikan koi, untuk memperbaiki kebiasaan tersebut, dalam 1 kolam jumlah pejantan dibatasi. Hasilnya, kembang biak menjadi lebih bagus dan memiliki harga tinggi di pasaran hingga jutaan rupiah.

Kehidupan para peternak ikan koi pun menjadi lebih baik. Semua proses ini dapat dapat dilihat di museum Bio Farma di bangunan kawasan heritage. Secara keseluruhan Bio Farma memiliki luas 9 hingga 10 hektare, khusus untuk bangunan museum, perusahaan farmasi ini merenovasi satu bangunan tertua seluas 2.659 m2 di mana lantai 1 memiliki luas 2.030 m2 dan lantai 2 seluas 629 m2.

Pelaksananaan renovasi pun berjalan selama 9 bulan dimulai pada Maret 2015. Gedung yang berusia 100 tahun ini memiliki ciri khas atap atau genteng dengan sudut curam. Daun jendela yang terbuat dari kayu jati, sengaja tak diganti untuk memberikan nuansa vintage. Cat nya pun masih berwarna putih untuk mempertahankan ciri khas warna bangunan buatan Belanda.

Dalam satu bulan terdapat 500 kunjungan ke museum ini, di dalamnya disediakan tempat untuk menyimpan peralatan yang sudah lama. Iskandar berharap bahwa nantinya museum ini, bisa menjadi acuan bagi anak-anak muda di Indonesia untuk melihat Bio farma tidak hanya dari produk tetapi spirit Bio Farma dalam mengelola perusahaan. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved