CSR Corner Corporate Action

NKHRW Memperjuangkan HAM di Korea Utara Melalui Seni

Oleh Dibi
NKHRW Memperjuangkan HAM di Korea Utara Melalui Seni
Marzuki Darusman

Marzuki Darusman dalam acara pembukaan NKHRW 2015

North Korean Human Rights Week (NKHRW) telah dilaksanakan di Jakarta dan Bandung. Rangkaian acara yang berlangsung selama 5 hari (15-20 September 2015) itu berisi seminar dan pameran seni. Korea Utara termasuk sebagai negara yang paling tertutup dari dunia luar. Ini karena pengaruh pemimpin agungnya yang sangat kuat di berbagai lapisan peraturan negara. Mulai dari peraturan-peraturan militer hingga turisme regulasinya dijaga ketat oleh pemerintahan negara tersebut. Disiplin memang yang dibutuhkan untuk membuat hukum berdiri, tetapi NKHRW menjelaskan bahwa di balik kedisiplinan ekstrim yang diterapkan di negara itu sebenarnya terdapat catatan kelam. NKHRW percaya bahwa terdapat pelanggaran-pelanggaran terhadap hak asasi manusia yang terjadi di sana.

Kang Chun-Hyok, salah seorang penyintas dari pelanggaran-pelanggaran tersebut yang berhasil kabur dan kini menetap di Korea Selatan. Dia kini bekerja sebagai artis dan rapper di sana. Dalam NKHRW yang diselenggarakan tahun ini, dia menyumbangkan beberapa karya lukisnya yang terinpirasi dari pengalamannya selama bertahan hidup di Korea Utara. “Untuk bisa kabur dari Korea Utara, banyak penderitaan yang harus kami tempuh. Kami harus mencoba menembus pagar-pagar yang berbatasan dengan dataran China. Setelah melewati pagar-pagar itu kami harus melewati gurun pasir yang luas sebelum sampai di pemukiman di China atau Korea Selatan,” katanya menjelaskan. Namun pengalaman yang dia alami tersebut menurutnya lebih baik daripada harus tetap bertahan hidup di Korea Utara. Melalui lukisan-lukisannya, dia menceritakan dengan cukup mendetail tentang penderitaan seperti apa yang dialami oleh masyarakat Korea Utara di bawah kepemimpinan keluarga Kim.

Ada lukisan yang menggambarkan tentang anak-anak yang kesulitan makan dan bahkan harus mengemis untuk itu. Ada juga yang menggambarkan bagaimana masyarakat yang mencoba kabur dari negara tersebut mendapat hukuman yang berat saat tertangkap oleh pihak pemerintah. Selain melalui lukisan, Kang Chun-Hyok pun menyampaikan pengalamannya melalui lagu-lagu rapnya.

Marzuki Darsuman, Pelapor Khusus PBB untuk situasi HAM di Korea Utara yang hadir dalam rangkaian acara tersebut menyampaikan rasa simpatinya terhadap kondisi hak asasi manusia yang terjadi di Kore Utara. “Pelanggaran-pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi di Korea Utara sangat memprihatinkan. Sistem yang terdapat di sana tidak ada bandingannya di dunia, ini seperti gabungan dari sistem kamp konsentrasi Jerman, gulag ala soviet, dan politik apartheid Afrika Selatan,” jelasnya.

Michele Sonen, Program Officer Campaign Team dari Citizens’ Alliance for North Korean Human Rights, menyatakan bahwa tujuan dari didirikannya rangkaian acara tersebut adalah usaha untuk membuat masyarakat Indonesia dan pemerintah menyadari situasi kemanusiaan yang terdapat di Korea Utara. Michele menegaskan bahwa masih banyak negara-negara di asia tenggara yang masih menentang ataupun abstain ketika penghitungan suara resolusi-resolusi HAM PBB terkait isu seputar negara tersebut. Padahal, menurut Michele, Indonesia dapat memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pengembangan HAM di Korea Utara baik melalui hubungan bilateral maupun dalam bentuk dukungan terhadap resolusi-resolusi PBB tersebut. Tidak hanya abstain. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved