CSR Corner

NusantaRun Chapter 6 Targetkan Donasi Rp 2,5 Miliar

Secara konsisten Yayasan Lari Nusantara (NusantaRun) setiap tahun mengadakan gelaran ultra marathon dengan social initiative. Didukung Telkomsel dan Pocari Sweat gelaran keenam ini akan diadakan pada 7-9 Desember 2018 di mulai di Wonosobo Jawa Tengah dan berakhir di Gunung Kidul Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Sebanyak 201 pelari yang terdiri dari 116 kategori half course (86 kilometer) dan 85 kategori full course (169 kilometer) akan berjuang mencapai garis finish di Pantai Sepanjang, Gunung Kidul DIY. Dengan lokasi finish yang sama, tiap kategori tentu dimulai dari garis start berbeda. Untuk kategori full course, akan mulai berlari di garis start yang berada di Kledung Pass Hotel, Wonosobo, Jawa Tengah dan pelari kategori half course akan mulai berlari di garis start yang berada di Kantor Kepala Desa Karangwuni, Wates, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Sama halnya dengan tahun-tahun sebelumnya, para pelari tidak hanya berlari puluhan hingga ratusan kilometer jauhnya. Mereka juga memiliki tanggung jawab untuk menggalang donasi yang dimulai sejak tanggal 24 Agustus 2018 dan berakhir pada tanggal 11 Januari 2019. Tahun ini, NusantaRun menargetkan donasi yang terkumpul sebesar 2,5 milyar yang nantinya akan digunakan untuk program Pengembangan Pendidikan Murid Penyandang Disabilitas di Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta yang bekerja sama dengan Kampus Guru Cikal.

“Isu pendidikan bagi penyandang disabilitas sangatlah penting. Apalagi mengetahui fakta bahwa masih banyak penyandang disabilitas di Indonesia yang kurang mendapatkan akses pendidikan dan pekerjaan. Melalui kampanye ‘Pendidikan untuk Semua’, kami ingin menyuarakan bahwa anak-anak penyandang disabilitas juga memiliki hak yang sama dalam akses terhadap pendidikan dan pekerjaan,” kata Jurian Andika Pendiri NusantaRun.

Di sisi berbeda, Christopher Tobing Pendiri NusantaRun yang lain melihat sebetulnya banyak dari penyandang disabilitas yang memiliki bakat dan potensi. Namun senada dengan Jurian, ia pun menyayangkan kurangnya perhatian pada penyandang disabilitas, hal ini terlihat dari terbatasnya akses pendidikan dan pekerjaan buat mereka. Mestinya mereka punya kesempatan yang sama untuk masa depan yang lebih baik.

Perhatian NusantaRun pada pendidikan penyandang disabilitas sangat beralasan. Pendiri Kampus Guru Cikal Najeela Shihab memaparkan, data FEB UI 2016 terkait akses pendidikan para penyandang disabilitas yang masih rendah. Bahwa penyandang disabilitas di Indonesia hampir 30 juta atau sekitar 12,5% dari populasi Indonesia, namun yang mengenyam pendidikan SD ke atas hanya 54,26%, sedangkan non disabilitas mencapai 87,31%. Bahkan ada 45,74% penyandang disabilitas yang tidak tersentuh pendidikan SD sekalipun. Akses terhadap pekerjaan pun rendah, hanya 51,2% penyandang disabilitas berpartisipasi dalam pasar kerja dibandingkan dengan non disabilitas yang mencapai angka 70,40%.

Sebagai terobosan, Kampus Guru Cikal akan meluncurkan program Pengembangan Murid Penyandang Disabilitas di Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta yang lebih menekankan pada penyiapan keluaran atau lulusan pendidikan inklusi agar berhasil di pendidikan lanjutan. “Melalui program tersebut, kami berharap ada contoh nyata keberhasilan pendidikan inklusi yang dapat meyakinkan orang tua, guru, dan masyarakat luas tentang potensi murid penyandang disabilitas,” imbuh Najeela.

Menurutnya, ada tiga pilar utama untuk program yang akan dijalankan, yaitu menyiapkan guru pembimbing karir yang bisa mengarahkan dan memberi dukungan bagi anak penyandang disabilitas, pengembangan komunitas guru belajar bimbingan karir sebagai sistem dukungan bagi murid penyandang disabilitas, serta pengembangan diri dan penyediaan beasiswa pendidikan tinggi bagi murid penyandang disabilitas.

Najeela menyebut dari riset yang dilakukan Universitas Negeri Semarang menyimpulkan bahwa pengelolaan pendidikan inklusi di Jawa Tengah masih kurang memadai, mulai dari aspek identifikasi kebutuhan murid, penyesuaian kurikulum, kualitas guru, sarana prasarana, pembiayaan hingga aspek sosialisasi ke masyarakat. Dan ini tentu butuh dukungan banyak pihak agar tantangan ini bisa diatasi agar pendidikan bagi para penyandang disabilitas bisa diatasi bersama.

Apa dilakukan para pelari melalui kegiatan lari marathon NusantaRun yang didukung oleh Telkomsel dan Pocari Sweat merupakan upaya dalam mewujudkan misi pendidikan untuk semua. Telkomsel menjadi sponsor utama NusantaRun yang telah mendukung acara ini selama empat tahun berturut-turut. Koneksi antar daerah yang terhubung melalui gerakan lari NusantaRun diperkuat dengan dukungan jaringan dari Telkomsel, sehingga baik pelari maupun para sukarelawan, tetap dapat berkomunikasi dengan nyaman ketika berjuang demi pendidikan di Indonesia.

GM External Corporate Communication Telkomsel Denny Abidin, mengatakan setiap tahu Telkomsel selalu menyambut NusantaRun dengan antusias karena acara ini bukan sekadar ajang kemeriahan pembuktian kekuatan, namun juga sangat relevan dengan kebutuhan bangsa dan memberikan dampak yang nyata bagi perkembangan pendidikan di Indonesia. “Selain itu, dukungan kami untuk NusantaRun didasarkan pada semangat yang sama, yaitu menyebarkan semangat #BikinKerenIndonesia kepada masyarakat luas, dengan turut serta memberikan kontribusi apapun yang dimiliki untuk memberikan dampak positif bagi kehidupan orang lain,” jelasnya.

Dukungan ini karena Telkomsel menyakini semangat #PowerOfContribution yang diusung NusantaRun. Bukan saja menjadi sponsor, Telkomsel juga mengajak karyawannya yang tergabung dalam Telkomsel Runners untuk aktif menjadi bagian dari NusantaRun, baik dengan menjadi fundraiser sebagai pelari ataupun tim sukarelawan.

Di lain pihak, Gading Santoso Putri Head of Sports Partnership Pocari Sweat, bahwa dukungan pihaknya pada gelaran marathon ini merupakan komitmen Pocari Sweat untuk terus mengedukasi akan pentingnya pemahaman dan penerapan #SafeRunning kepada runners di Indonesia. Salah satu yang terpenting dalam ultra marathon fun rising event yaitu penyediaan hydratIonpoint karena penyebab terjadinya cedera ringan (heat stress, fatigue dan keram) ataupun cedera fatal (heat stroke) lantaran kekurangan ion tubuh atau yang sering kita kenal dengan istilah dehidrasi. “Pocari Sweat memberikan pre-race hydration sebelum berlari, saat berlari akan tersebar 12 hydratION point di sepanjang rute serta setelah berlari di satu titik refreshment,” tuturnya.

Kolaborasi dari berbagai pihak dalam mendorong kemajuan pendidikan bagi penyandang disabilitas menjadi semangat yang ingin disebarkan NusantaRun tahun ini. “Kami meyakini bahwa siapapun dapat berkontribusi memajukan pendidikan Indonesia. Dengan semangat power of contribution serta fokus terhadap isu pendidikan bagi penyandang disabilitas, kami berharap dapat membuka mata banyak orang bahwa sejatinya pendidikan harus dapat diakses oleh siapapun tanpa terkecuali,” kata Christopher.

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved