CSR Corner

Roche Berkomitmen Tingkatkan Akses Pengobatan Kanker

Roche Berkomitmen Tingkatkan Akses Pengobatan Kanker

Kanker payudara saat ini menjadi pembunuh nomor satu di Indonesia. Hanya 22% pasien kanker payudara stadium IV yang memiliki angka harapan hidup selama 5 tahun. Mengutip studi Asean Cost in Oncology (ACTION) lebih dari 70 persen pasien kanker mengalami kematian atau kesulitan keuangan dalam tahun pertama setelah diagnosis. Untuk itu dibutuhkan kesadaran pentingnya akses pengobatan yang benar dan lebih baik bagi penderita kanker payudara di Indonesia. Menurut catatan medis Rumah Sakit Kanker Dharmais, hampir 85 persen pasien kanker payudara datang ke rumah sakit dengan kanker stadium lanjut.

PT Roche Indonesia berkomitmen untuk menyediakan solusi kesehatan inovatif dan meningkatkan akses untuk mencapainya. Adalah hak pasien kanker mendapat akses pengobatan yang memberikan harapan hidup lebih besar dan kualitas hidup bagi pasien. Roche sebagai perusahaan farmasi dan diagnostik dunia berkomitmen untuk meningkatkan akses dan kesadaran masyarakat pada kanker payudara. Roche menyadari bahwa obat-obatan inovatif hanya bermanfaat jika mereka dapat diakses.

“Oleh karena itu, kami terus bekerja sama dengan pemerintah dan para pemangku kepentingan agar terapi-terapi terbaru dapat diakses pasien JKN,” kata Lucia Erniawati, Head of Corporate Affairsand Access Roche Indonesia.

Roche juga menyediakan program bantuan pasien. Dalam upaya meningkatkan kesadaran masyarakat akan kanker, Roche secara konsisten bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan, organisasi pasien, organisasi masyarakat, serta pemangku kepentingan lainnya untuk meningkatkan kesadaran akan kanker payudara dan pentingnya deteksi dini melalui kampanye “Kalahkan Kanker” dan “Mari SADARI” (Periksa Payudara Sendiri), mendorong diskusi publik mengenai kanker payudara, mengadakan forum edukasi media dengan topik kanker payudara, serta mendukung berbagai kegiatan organisasi pasien.

“Kami ingin memastikan bahwa kami tidak hanya menyediakan inovasi pengobatan, tapi juga berupaya meningkatkan akses untuk mendapatkan manfaat pengobatan inovatif,” ujar Lucia. Dengan makin meningkatnya beban penyakit kanker payudara, sangatlah penting kerja sama berbagai pemangku kepentingan untuk mengupayakan agar inovasi pengobatan bisa diakses oleh pasien. Hal tersebut mengemuka dalam forum edukasi media bertajuk “Beban Kanker Payudara Terus Meningkat; Dibutuhkan Akses Pengobatan Lebih Baik“ yang diadakan oleh Roche Indonesia di Le Meridien Hotel (15/03/2017).

Para pembicara yang hadir pada forum edukasi kanker payudara itu adalah Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular, Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dr. Lily S. Sulistyowati, MM, yang diwakili oleh dr. Aries Hamzah, MKM. Ketua Perhimpunan Hematologi Onkologi Medik Penyakit Dalam Indonesia (PERHOMPEDIN) Prof. Dr.dr. Arry Harryanto Reksodiputro, Sp.PD-KHOM, dan dokter bedah onkologi dari Rumah Sakit Kanker Dharmais, Dr. Bob Andinata, SpB (K) Onk. “Setidaknya 2000 pasien kanker payudara berobat tiap bulan ke Rumah Sakit Kanker Dharmais,” ungkap dokter Bob. Dan angka itu terus bertambah tiap tahun.

Sebagai perusahaan yang terdepan dalam pengobatan kanker, Roche terus berusaha untukmengembangkan pengobatan terbaru yang memberikan pasien kesempatan untuk hidup lebih panjang dengan kualitas hidup yang lebih baik. Salah satu inovasi Roche di bidang onkologi adalah pertuzumab, yang di Indonesia telah mendapatkan persetujuan dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) pada bulan Oktober 2016. Pertuzumab disetujui sebagai obat yang dikombinasikan dengan trastuzumab dan kemoterapi docetaxel untuk terapi kanker payudara stadium lanjut dengan status HER2-positif atau kanker payudara dengan rekurensi lokal yang tidak dapat dioperasi dimana telah terjadi pemburukan setelah terapi adjuvan. Pertuzumab menunjukkan perbaikan overall survival (OS) ketika dikombinasikan dengan trastuzumab dan docetaxel.

Pasien kanker payudara stadium lanjut dengan status HER2-positif dapat bertahan hidup dengan angka median 56,5 bulan, atau 15,7 bulan lebih lama dibandingkan dengan mereka yang mendapatkan trastuzumab dan kemoterapi docetaxel saja (median OS 40,8 dibanding 56,5 bulan).16 Pertuzumab mampu mengikat HER2, yang mana ditemukan dalam jumlah banyak pada permukaan sel kanker dimana ia menstimulasi pertumbuhan sel kanker tesebut. Ketika pertuzumab berkaitan dengan sel-sel kanker yang memiliki reseptor HER2, maka pertuzumab akan menghambat atau bahkan menghentikan pertumbuhan sel-sel kanker tersebut.

Editor : Eva Martha Rahayu


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved