SWA Online Trends Economic Issues

Forbes Nobatkan Orang Kaya Indonesia Paling Dermawan No.2 di Dunia

Forbes Nobatkan Orang Kaya Indonesia Paling Dermawan No.2 di Dunia

Pertumbuhan ekonomi menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara dengan pertumbuhan populasi orang super kaya atau high net worth individuals (HNWI) paling cepat di Asia. Laporan Wealth Insight menunjukkan bahwa populasi HNWI di Indonesia memegang kekayaan gabungan sebesar US$241 miliar. Pesatnya pertumbuhan HNWI juga telah mendorong banyak keluarga kaya di Indonesia mendirikan yayasan keluarga atau yayasan perusahaan dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini berdampak berkembangnya kegiatan filantropi di Indonesia.

Filantropi Indonesia

Menurut Hamid Abidin, Direktur Eksekutif Filantropi Indonesia, sumbangan untuk kegiatan berderma dan menolong sesama oleh perusahaan pada tahun 2015 mencapai Rp 12,45 triliun. Sementara potensi zakat pada tahun yang sama mencapai Rp 213 triliun, sedangkan yang tergalang baru 1,2 persen atau Rp 3 triliun. Tak heran jika masyarakat Indonesia dinobatkan sebagai masyarakat yang dermawan nomor 2 di dunia oleh Forbes.

Berbagai yayasan filantropi bermunculan, mulai dari yayasan keluarga, yayasan perusahaan, yayasan berbasis keagamaan sampai yayasan komunitas semakin didorong oleh adat istiadat setempat, hubungan masyarakat, dan nilai-nilai agama.

Survei PIRAC (2007) mencatat tingkat kedermawanan masyarakat Indonesia sangat tinggi (99,6%) dengan rata-rata sumbangan Rp 325.775/orang/tahun. Filantropi perusahaan juga berkembang yang salah satunya didorong oleh terbitnya Undang-Undang No.40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. UU ini mewajibkan perusahaan perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang yang berkaitan dengan sumber daya alam menjalankan tanggung jawab sosial dan lingkungan.

Timotheus Lesmana, Ketua Badan Pengurus Perhimpunan Filantropi Indonesia, berpendapat bahwa meskipun filantropi tampaknya telah berakar di Indonesia, mayoritas filantropi di Indonesia belum mengarah pada filantropi institusi dan strategis karena bersifat insidental dan tidak terstruktur.

“Hal itu disebabkan filantropi di Indonesia, didorong oleh penyumbang yang cenderung didasarkan pada preferensi pribadi daripada penilaian obyektif atas kebutuhan masyarakat. Para penyumbang institusi, seperti yayasan perusahaan, maupun yayasan keluarga juga cenderung mendukung persoalan-persoalan yang dinilai aman atau apolitis, seperti pendidikan, kesehatan, pelestarian lingkungan, dan pengembangan usaha kecil,” kata Timotheus saat konferensi pers Festival Filantropi, (28/9).

Sementara dukungan untuk program advokasi kebijakan sosial yang dinilai strategis masih minim. Selain itu, lembaga-lembaga filantropi lokal tersebut juga cenderung memanfaatkan sumber daya filantropis mereka untuk program sendiri daripada memberikan hibah kepada para NGO sebagai pihak yang banyak mengembangkan program-program strategis.

Adapun dalam rangka mengenalkan keragaman filantropi di Indonesia, Filantropi Indonesia akan menggelar event Indonesia Philanthropy Festival 2016 (IPFest 2016). Event pameran dan konferensi filantropi internasional ini akan digelar pada 6 – 9 Oktober 2016 di Jakarta Convention Center, Jakarta.

Secara khusus festival filantropi mengangkat tema “Fostering Partnership for SDGs“ atau memperkuat kemitraan untuk mendukung pencapaian SDGs (Sustainable Development Goals). SDGs merupakan seperangkat tujuan universal berikut target dan indikator-indikator agenda pembangunan global yang digunakan untuk membingkai rencana pembangunan nasional negara-negara di seluruh dunia selama 15 tahun ke depan.

Pada kesempatan yang sama Erna Witoelar, Co-chair Badan Pengarah Perhimpunan Filantropi Indonesia mengatakan bahwa lembaga filantropi di Indonesia dapat berperan secara signifikan dengan menawarkan pendekatan baru yang saling melengkapi, disertai dengan sumber daya dan keahlian teknis yang unik dibandingkan idengan lembaga pemerintah dan swasta.

“Kontribusi filantropi, sangat dibutuhkan karena keistimewaan lembaga filantropi dengan kemampuannya untuk mengambil risiko yang lebih besar, dan menetaskan proyek-proyek baru yang menunjukkan keberpihakan kepada isu isu SDGs atau masyarakat terpinggirkan atau kurang mendapatkan perhatian,” ungkap Erna.

Selain mengenalkan perkembangan dan kemajuan filantropi di Indonesia, event ini juga bertujuan meningkatkan kapasitas para pegiat organisasi filantropi, sekaigus update perkembangan terkini filantropi di Indonesia dan mancanegara. Selain itu, IPFest 2016 juga diharapkan jadi forum yang strategis bagi pegiat organisasi filantropi dan organisasi nirlaba Indonesia untuk berbagi pengalaman, meningkatkan kapasitas, memperluas jejaring dan mengembangkan kemitraan dengan lembaga-lembaga filantropi nasional dan global.


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved