Editor's Choice

Ferra Anggita Memulai Bisnis Pertanian Sejak Dini

Ferra Anggita Memulai Bisnis Pertanian Sejak Dini

“Kenapa saya memilih berbisnis di bidang pertanian? Ya, karena pertanian selalu tumbuh, tidak akan pernah ada habisnya.” Begitulah jawaban Ferra Anggita Agustina, pemilik Floterraria Terrarium, ketika ditanya tentang bisnisnya. Baginya bisnis adalah tempat menyalurkan hobi. Selain itu sebagai cara untuk membuktikan kepada orang tua bahwa sudah bisa menghasilkan uang sendiri dan utamanya ingin berbagi kepada orang lain melalui CSR (Corporate Social Responsibility).

Kuliah di jurusan Agronomi dan Holtikultura IPB memberinya pengetahuan mengenai tanaman hias. Ketertarikan terhadap tanaman hias dan dunia bisnis, membuatnya memiliki ide untuk berwirausaha Terrarium. “Terrarium saya pilih karena saya ingin mempopulerkan lagi bisnis tanaman hias di Indonesia yang sempat redup karena rupiah yang tidak stabil. Selain itu, membantu petani tanaman hias untuk meningkatkan penjualan dan mengedukasi masyarakat umum terutama masyarakat kota agar kembali cinta pertanian dan menanam,” ungkapnya.

Modal awal ia dapatkan dari dana hibah mata kuliah dan mengumpulkan uang sehingga terkumpul Rp 700 ribu. Ia memulai dengan melakukan survei bahan dan alat yang ingin digunakan untuk membuat Terrarium. Setelah itu, survei harga pasar dan desain untuk menetapkan harga. Selajutnya, mengembangkan kreatifitas desain agar lebih menarik dan berbeda dengan pengusaha Terrarium lainnya.

Ferra Anggita (Tengah) di acara Bunga dan Buah Nusantara

Ferra Anggita (Tengah) di acara Bunga dan Buah Nusantara

Usaha yang sudah berjalan selama dua tahun ini bukanlah tanpa kendala. Menurutnya, pada awal usaha, ia sulit utuk mengenalkan produk. Alasannya banyak orang yang trauma untuk membeli kaktus, karena pada akhirnya tanaman tersebut mati.

Tidak hanya itu, ia pun mengalami kesulitan dalam hal desain produk karena mudah sekali berubah jika terlalu banyak mengalami guncangan seperti sering tersentuh. “Terrarium akan mudah tercekam karena pemberian air yang terlalu banyak dan kurang terkena sinar matahari,” tambah perempuan berusia 22 tahun ini.

Berbisnis Terrarium tidak hanya mendatangkan keuntungan ekonomi, tetapi juga menjadi wadah meningkatkan kemampuan wirausaha, menambah jaringan, dan bertemu dengan orang baru. Ia mengatakan bahwa terrarium memang hanya tanaman hias yang sering diabaikan, padahal melalui bisnis ini, petani kaktus dapat meningkatkan omset penjualan.

Manfaat lainnya ialah mengedukasi masyarakat tentang pentingnya menanam, serta memberi manfaat sosial. Dimana ia menyisihkan setengah dari hasil usahanya untuk modal, sedangkan sepertiga untuk menyumbang ke sekolah yang membutuhkan.

Walaupun tergolong usaha baru, produknya sudah dipasarkan di sekitar Kota Bogor, Jakarta, dan Yogyakarta. Upaya pemasaran pun sudah banyak dilakukan, seperti Word of Mouth, mengikuti pameran, menjual di Agrohotplate (kios dalam kampus), memiliki reseller, membuat x-banner, pamflet, katalog, dan leaflet. Selain itu media sosial seperti Instagram dan Facebook juga aktif digunakan untuk pemasaran.

Berbagai pencapaian dalam berbisnis terrarium sudah diraih yaitu omset mencapai Rp 5 juta per bulan, menjadi sponsor beberapa acara di kampus, memiliki reseller di kampus Akademi Kimia Analis Bogor, dan sudah masuk di Indoflower anak perusahaan BLST (Bogor Life Science and Technology).

Pencapaian di atas tidak membuat Ferra cepat puas diri, ia masih memiliki keinginan utuk bisa membuat kit terrarium agar dapat dikirim hingga ke luar kota dengan kemasan yang sesuai dan dapat membuat tanaman hias ini semakin berkualitas dan berbasis mini ekosistem. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved