Editor's Choice Youngster Inc. StartUp

Adhiatma Gunawan Gagal Jadi Dokter Spesialis, Lambungkan Meetdoctor.com

Oleh wiend
Adhiatma Gunawan Gagal Jadi Dokter Spesialis, Lambungkan Meetdoctor.com

Adhiatma Gunawan

~~

Anda punya keluhan mengenai kesehatan? Jangan panik dan buru-buru ke dokter. Konsultasikan dulu masalah Anda pada tim dokter secara gratis. Caranya, cukup buka website Meetdoctor (www.meetdoctor.com). Di website ini Anda dapat bertanya – dan mencari artikel – mengenai berbagai masalah kesehatan. Paling lambat dalam satu jam, pertanyaan Anda akan dijawab oleh dokter yang berkompeten.

Ide kreatif pengembangan situs yang menjadi platform kesehatan ini digagas oleh dr. Adhiatma Gunawan. “Awalnya sih karena kekecewaan saya tidak bisa menjadi dokter spesialis,” kata Adhi (nama panggilannya) seraya tersenyum. Pada 2009, ketika masih di Surabaya, ia membuat portal ibu dan anak, Mommeworld, yang masih eksis sampai sekarang. Setahun kemudian, Adhi pindah ke Jakarta, dan pada 2011 muncul ide mengembangkan Meetdoctor. “Ada hikmahnya sih. Mungkin, kalau saya jadi dokter spesialis kandungan dalam sehari bisa menolong 50-70 pasien, sekarang lewat Meetdoctor saya bisa menolong 15 ribu orang yang berkunjung dan berkonsultasi setiap harinya,” katanya seolah ingin menghibur diri.

Menurut Adhi, proses pengembangan Meetdoctor ini hanya butuh waktu 6 bulan (Maret-Oktober 2011) hingga diluncurkan dalam versi beta. Pada awalnya, ketika orang bertanya, butuh waktu 6-8 jam untuk tibanya tanggapan dari dokter. Maklum, para dokter sibuk dengan pekerjaannya. “Wah, pengunjung ngomel-ngomel karena responsnya lambat sekali. Lalu kami pikirkan solusinya,” ungkapnya.

Solusinya, selain menuntut komitmen dari para dokter, Adhi pun menentukan waktu konsultasi, yakni Senin-Minggu pukul 09.00-21.00 WIB. Untuk rentang waktu itu dibagi menjadi dua shift. Tiap shift (6 jam) ada dua-tiga dokter yang jaga untuk menjawab pertanyaan yang masuk. Lalu, untuk memudahkan interaksi, pihak pengelola Meetdoctor membuatkan sebuah program atau aplikasi yang langsung terhubung dengan ponsel para dokter anggota Meetdoctor. Jadi di mana pun berada, mereka bisa dengan mudah menjawab pertanyaan yang masuk. “Sekarang dalam satu jam sudah pasti dijawab, karena menerapkan sistem seperti dokter jaga di rumah sakit,” Adhi mengklaim dengan bangga.

Adhi menyebutkan, investasi yang dibenamkan pihaknya untuk mengembangkan Meetdoctor ini sekitar US$ 1.000. Dana tersebut, selain digunakan untuk pengembangan teknis, juga untuk membayar gaji lebih dari 150 dokter yang tergabung dalam Meetdoctor. Sementara pendapatan Meetdoctor, sejauh ini masih mengandalkan pemasukan dari iklan. “Nanti, selain dari iklan, pendapatan juga dapat diperoleh dari penjualan data,” ungkap Adhi.

Diklaimnya, saat ini Meetdoctor telah memiliki sekitar 19 ribu data kesehatan yang bisa diolah. Data kesehatan tersebut nantinya bisa digunakan untuk kepentingan para stakeholder, seperti rumah sakit, pemerintah, perusahaan farmasi, dsb. Data tersebut diperoleh, antara lain, dari pertanyaan yang muncul. Tentunya, dengan tetap menjaga kerahasiaan pasien.

Selama ini, Meetdoctor telah melayani lebih dari 12 ribu pertanyaan. Dengan jumlah pengunjung mencapai 15 ribu orang per hari, jumlah pertanyaan yang diajukan mencapai 80-100 per hari. Selain itu, Meetdoctor juga telah menjalin kerja sama dengan 7 rumah sakit, yaitu: RS Pondok Indah, RS Bunda, Brawijaya Hospital, Santosa Hospital Bandung, RS Husada Utama di Surabaya, RS Puri Indah, dan RS Akira.

Bentuk kerja sama dengan pihak RS tersebut mencakup dua hal. Pertama, para dokter yang ada di RS ini menjadi narasumber untuk artikel kesehatan yang ditulis di Meetdoctor. Kedua, dokter juga ikut menjawab pertanyaan dari pasien Meetdoctor. “Tahun ini kami targetkan bisa bekerja sama dengan 20-30 RS. Adapun untuk tenaga dokternya kami menargetkan 1.000 dokter,” ucap Adhi.

Janfrional adalah salah seorang dokter yang bergabung dengan Meetdoctor. Dokter yang sehari-harinya berpraktik di salah satu klinik chiropractic di kawasan Kelapa Gading ini mengaku telah bergabung dengan Meetdoctor sejak Februari 2012 . “Kebetulan, teman saya dr. Alan merupakan teman dr. Adhi, sehingga saya juga diajak bergabung di Meetdoctor,” ujarnya.

Menurut koordinator komunitas dokter di situs ini, Meetdoctor sudah menawarkan konsultasi yang cukup lengkap karena sudah ada dokter spesialis seperti andrologi, penyakit dalam, gigi, THT, dll. Sementara di situs-situs sejenis, konsultasi yang ditawarkan hanya ada dalam empat bidang yang standar, yaitu: penyakit dalam, bedah, anak, dan kandungan.

Janfrional menilai, keberadaan Meetdoctor ini, selain sangat berguna bagi pasien yang membutuhkan informasi kesehatan, juga bermanfaat bagi para dokter sebagai sarana promosi diri. Terutama bagi dokter yang baru menjalani praktik. “Kan ada peraturan dari IDI, bahwa dokter tidak boleh beriklan. Nah ini merupakan sarana baru dan cukup membantu untuk para dokter. Bisa dibilang, ini untuk menambah portofolio kami sebagai dokter,” Janfrional mengakui.

Salah seorang pasien yang mengaku merasakan manfaat dari Meetdoctor adalah Karima Sakura. Menurutnya, ia membutuhkan layanan dokter online yang efisien dan efektif. “Meetdoctor merupakan website yang memberikan pelayanan konsultasi dokter yang paling cepat responsnya dan lengkap penjelasannya dibanding web sejenis lainnya,” ujar Karima.

Selain itu, lanjut Karima, konsultasi yang diberikan dokter di Meetdoctor sangat cepat dan detail. “Saya sudah melayangkan beberapa pertanyaan terkait kesehatan keluarga dan mendapatkan hasil yang memuaskan. Semua pertanyaan dijawab dengan baik,” katanya lagi.

Tentu saja, pertumbuhan pesat Meetdoctor tersebut memunculkan minat dari para investor atau inkubator untuk mengakuisisinya. Menurut Adhi, ada tiga investor – dua dari luar negeri dan satu investor lokal – yang melirik Meetdoctor. “Tapi kami memilih pinangan dari SMS Company Ltd., Jepang,” Adhi menegaskan.

Dijelaskan Adhi, ada dua alasan kenapa pihaknya mau melepas Meetdoctor kepada SMS Company. Pertama, SMS merupakan perusahaan khusus di industri health care yang mempunyai jaringan luas di Asia, seperti India, Hong Kong, Korea, Thailand, Vietnam dan Malaysia. Kedua, sebagai start-up, Meetdoctor memang butuh modal untuk mengembangkan bisnisnya. Sebab, ambisinya, Meetdoctor ini ingin menjadi pemain internasional. “Saya nih punya mimpi Meetdoctor bisa go Asia. Saya berharap mimpi ini lebih cepat menjadi kenyataan,” ucapnya dengan mata menerawang.

Nimas Novi Dwi Arini & A. Mohammad B.S.

Riset: Dian Solihati


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved