Editor's Choice

Ambisi Pan Brothers Menjadi Perusahaan Apparel Global yang Terintegrasi

Oleh Admin
Ambisi Pan Brothers Menjadi Perusahaan Apparel Global yang Terintegrasi

Selama ini PT Pan Brothers Tbk. dikenal sebagai salah satu perusahaan manufaktur garmen terbesar di Indonesia. Perusahaan yang berdiri pada tahun 1980 ini sudah menyuplai ke berbagai merek ternama dunia. Sebut saja Adidas, Uniqlo, The North Face, Nike, Tommy Hilfiger, hingga S Oliver. Kalau berdasarkan negara, tujuan ekspornya mencakup Amerika Serikat, Uni Eropa, Eropa Timur, Kanada, hingga Jepang.

Ekspornya yang mendunia itu seiring dengan visi perusahaan: ingin menjadi perusahaan apparel yang terpadu dan mendunia. Makanya, motto perusahaan mengangkat kalimat “Clothing The World With Indonesian Heart.”

“Kenapa fokus di merek-merek (fashion) global karena kami ini sifatnya industri,” terang Anne Patricia Sutanto, Wakil Direktur Utama PT Pan Brothers Tbk ketika berkunjung ke kantor SWA, di Jakarta, pekan lalu.

anne pan brothers

Dia mengatakan, merek-merek fashion ternama biasanya harus didukung oleh pabrik garmen yang sifat produksinya besar. Dan mereka juga membutuhkan pabrik garmen yang bisa menyuplai produk dengan standar yang tinggi. “Biasanya brand-brand didukung pabrik sifatnya mass,” lanjutnya.

Karena bisa memenuhi standar yang diinginkan, Pan Brothers pun berhasil memproduksi ke berbagai merek fashion ternama. “Sebanyak 45 persen (penjualan) adalah lima brand tadi. Itu dari total grup,” ujar Anne. Lima merek itu adalah Adidas, Uniqlo, The North Face, Nike, dan Salomon. Tapi kalau dilihat keseluruh merek yang disuplai, ada lebih dari 40 merek global. Padahal, kata dia, “Tahun 1997 paling cuma lima atau enam merek.”

Selain bisa memenuhi standar yang diminta merek, perusahaan juga bisa mengantarkan barang tepat waktu. “Kami nggak ada reputasi nggak delivery. Dan nggak ada reputasi nggak dibayar juga,” ujar dia. Menurut dia, ketika suatu merek sudah percaya terhadap sebuah perusahaan garmen, maka dia akan mempertahankan hubungannya. Karena ada risiko yang harus dihadapi merek bila berpindah ke pihak lain. “Risiko mereka menempatkan ke vendor lain yang nggak ada reputasi sangat besar,” ia menegaskan.

Bila dilihat penjualan secara geografis, sebagian besar penjualan Pan Brothers lari ke Amerika Serikat. Di tahun lalu, penjualan ke negara itu mencapai 30,77 persen. Eropa adalah yang terbesar dengan 35,06 persen. Sedangkan penjualan ke benua Asia mencapai 33,02 persen di 2012. Penjualan garmen Pan Brothers yang berorientasi ekspor tumbuh sekitar 24 persen, dari Rp 2,17 triliun pada tahun 2011 menjadi Rp 2,7 triliun pada tahun 2012.

Anne pun berpandangan, industri garmen Indonesia tidak kalah dengan negara, seperti China dan India. Bahkan, dia menuturkan, “China itu sampai sekarang manufaktur garmen (yang besar), tapi suplainya cenderung turun karena dia kekurangan tenaga kerja.”

Sekalipun ekspor menjadi senjata utama Pan Brothers, perusahaan berencana untuk berkembang di pasar lokal dengan memperkenalkan merek fashion sendiri, Zoe. Merek tersebut sudah diluncurkan tahun ini.

“Kami memang kemarin ini orientasi untuk ekspor. Nah, brand sendiri dimulai dari domestik. Mulai tahun depan komplit ke pakaian pria sama wanita,” papar Anne. Sekarang ini pakaian dengan merek Zoe masih untuk wanita dewasa. Nantinya, Zoe juga merambah ke pakaian remaja.

Untuk desainnya, Zoe menggunakan perancang dari lokal dan luar negeri. “Rata-rata orang Indonesia. Dan kami juga kolaborasi dari luar. Karena kalau pakai desain sendiri kurang bisa go global.”

Kenapa baru sekarang? Dia pun menuturkan, “Pasar manufaktur beda sama retail. Untuk bisa menciptakan sebuah merek yang bagus butuh modal yang nggak sedikit.” Mungkin, di awal, perusahaan tidak bisa mendapatkan untung. “Tahun depan, kami geber platform e-commerce,” tegasnya.

“Tahun ini hanya bersifat masuk. Tahun depan, kami ke arah standalone store,” tandasnya. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved